Mila terkejut melihat kedatangan Tiara ke rumahnya, ada perlu apa lagi dia? Belum puaskah dia sudah membuatku terusir?Segera Mila kembali ke kamar untuk mengambil ponsel, lalu mengirimkan pesan pada Rt di lingkungan ini. Untung saja Mila sempat menyimpan nomor Rt saat ada masalah beberapa waktu yang lalu.Selesai mengirimkan pesan, Mila kembali ke depan dan bersiap menghadapi mereka. Ia menarik napas lalu mengeluarkan perlahan mencoba mengatur detak jantungnya.Dok dok dok“Keluar kamu Mila!” teriak Tiara lagi.Ceklek!Mila membuka pintu, kini ia bisa melihat dengan jelas wajah Tiara yang memerah menahan amarah.“Akhirnya keluar juga pelakor ini,” Ujar Tiara, ia memandang Mila dengan pandangan yang meremehkan.“Mau apa kamu ke sini? Tolong jangan membuat keributan!” cegah Mila, ia tidak ingin menjadi sorotan tetangga, apalagi mengganggu Emak yang sedang tidur dengan Mehra.“Gak usah sok polos kamu! Bukankah dulu kamu sudah pernah membuat keributan besar? Kenapa sekarang tidak suka ak
Arya mengambil ponselnya lalu menunjukkan videonya bersama Tiara.“bukankah ini Video kita?” tanya Arya dengan wajah yang menyebalkan.“Kok bisa?” Tanya Tiara terbata-bata. Bagaimana mungkin video yang sudah ia hapus, masih ada di ponsel Arya?Arya tersenyum meremehkan Tiara, ia berjalan mendekat hingga berjarak beberapa senti di depan Tiara.“Kamu pikir aku bodoh? Aku sudah membuat salinan video ini banyak sekali.” Ucapan Arya sontak membuat Tiara menganga tak percaya, matanya melotot menatap Arya yang tersenyum mengejek.Sialan! Batin Tiara terus bergemuruh merasakan amarah.“Cepat hapus video itu!” teriak Tiara histeris.Arya menyeringai lebar, “Tidak akan aku hapus Baby, aku belum mendapatkan apa yang aku mau, jadi bersabarlah sebentar lagi.” Arya berbisik di dekat telinga Tiara.“Apa maksudmu? Bangsat!” Tiara berteriak sambil terus memukuli dada bidang Arya yang polos tanpa baju.“Tenang, Sayang.” Arya mencekal tangan Tiara untuk menghentikan perbuatannya.Tiara ngos-ngosan, mata
Setelah menyerahkan surat pengunduran diri, segera Tiara mengemasi barang-barang miliknya. Lalu segera keluar dari sekolah.Saat mencapai pintu keluar, tiba-tiba saja sebuah mobil berhenti di depan Tiara.Tiara mengernyit melihat mobil itu, siapa yang mengganggu jalannya?Tak lama kemudian, pintu kemudian terbuka, keluarlah Yuda dengan wajah memerah menahan marah. Matanya tak lepas menatap Tiara dengan pandangan membunuh.“Apa semua ini perbuatanmu?” bentak Yuda. Tiara sedikit meringis saat tangan Yuda mencekal lengannya dengan kuat.“Ma-maksud kamu apa?” tanya Tiara.“Video kita kemarin, kamu yang menyebarkan bukan? Apa tujuan kamu?” hardik Yuda, ia menyentak lengan Tiara dengan kasar.“Bukan aku!” jawab Tiara cepat.“Lalu siapa?” teriak Yuda frustrasi. Untung saja keadaan di depan sekolah tidak terlalu ramai, tidak terlalu mengundang perhatian banyak orang.“Mana aku tau! Aku baru saja mengundurkan diri dari pekerjaan, gara-gara video sialan itu. Untuk apa aku menyebarkan kalau nasi
Pov MilaMataku terbelalak melihat sebuah video yang viral di sosmed, sebuah video tidak senonoh yang dimainkan oleh laki-laki yang sangat tampan, dan perempuan berjilbab, cantik.Tapi tunggu, sepertinya aku mengenal perempuan itu. Kuamati lagi dengan saksama, mungkin saja aku salah lihat. Tidak! Betul ini Tiara. Tiara? Masak sih dia berani membuat video seperti ini? Bukankah dia paham agama?Segera aku keluar dari kamar, lalu kutunjukkan pada mas Adnan yang kebetulan hari ini tidak bekerja.“Mas, coba lihat, bukankah ini Tiara?” Kusodorkan ponsel ke hadapan mas Adnan yang sedang bermain mobile legends dari ponselnya, melihatku menunjukkan sebuah video, ia meletakkan ponselnya sembarangan. Dahi mas Adnan berkerut, entah apa yang ia pikirkan.“Dasar perempuan g*la.” Mas Adnan mengepalkan kedua tangannya, terdengar suara giginya bergemeletuk.“Bener Tiara kan itu?” tanyaku memastikan.“Iya, aku sudah menduga akan terjadi hal seperti ini.” Segera mas Adnan berdiri, mengambil kunci motor.
“Pergi kamu dari sini!” Teriak mbok Mina mengusir Tiara.Mendengar teriakan Mbok Mina, Tiara terkejut setengah mati, mulutnya menganga lebar, matanya melotot tidak percaya.“Mbok berani ngusir aku?” Tanya Tiara.“Berani, kenapa takut? Kamu hanya membuat masalah, belum puas ayahmu meninggal? Mau bikin masalah batu lagi?”“Ta-tapi, Mbok... Ke mana aku harus pergi? Aku gak punya siapa-siapa selain Mbok.” Tiara menangis tergugu.“Mbok gak mau tahu, pikirkan masalahmu sendiri! Mbok sudah lelah menghadapi ulahmu.”Mendengar itu, segera Tiara menyeka air matanya.“Baiklah. Tiara pergi, jangan pernah mencari Tiara, apa lagi meminta Tiara pulang,” ucap Tiara kesal, gegas ia pergi ke kamar, lalu mengambil koper yang tersisa. Ia memasukkan sebagian baju miliknya.Pikiran Tiara kacau, entah akan pergi ke mana setelah keluar dari rumah ini. Ia tidak lagi memiliki teman.Tiara menyeret koper dengan cepat, tak ia hiraukan mbok Mina yang masih tertutup di ruang tamu. Ia sama sekali tidak melirik Mbok
“Lalu kenapa harus menikah? Kita bisa bertemu setiap saat tanpa harus ada ikatan pernikahan.”Jo menggelengkan kepala, “ Tidak, aku ingin kamu selamanya milikku, dan tidak ada yang boleh menyentuhmu selain aku.”Tiara terpaku mendengar ucapan Jo, baru kali ini ia mendengar kata-kata begitu tulus dari seorang laki-laki. Dulu bersama Adnan, Tiara bahkan tidak pernah mendengar ucapan cinta.Tak terasa air mata Tiara membasahi pipinya, kini hatinya bimbang, haruskah menerima Jo untuk hidup bersama selamanya?“Tiara, tatap mataku!” perintah Jo, kedua tangannya mencengkeram bahu Tiara pelan.Tiara mendongak menatap wajah tampan Jo, ia bisa melihat ketulusan di mata Jo. Tiara ingin sekali berbahagia, andaikan ini mudah, mungkin Tiara akan segera menerima ajakan Jo. Banyak hal yang harus Tiara pertimbangkan, salah satunya tumbal untuk cincin yang tengah ia pakai.Selama bersama Jo, bisa saja ia mencari laki-laki lain sebagai tumbal, tapi bisakah nuraninya tega menyakiti hati Jo yang begitu tu
[Gimana? Asik sekali video itu sudah menyebar ke mana-mana. Kita lanjutkan permainan atau sudahi di sini? ][Kembalikan semua uang yang pernah kuberikan, aku tidak mau lagi mengenalmu]Pesan ketiga hanya berisi nomor rekening Arya.Sial*n! Berani sekali Arya memerasnya, bagaimana ini? Apa Tiara meminta uang pada Jo saja? Tidak, dia pasti curiga, uang sebanyak itu untuk apa.‘Tenang Tiara, tenang. Jo sudah mengatakan akan membereskan masalahnya dengan Arya, jadi harus tenang. Jangan ambil pusing masalah video itu, oke? Jo akan mengatasi Arya.’ Batin Tiara.“Sayang, kamu kenapa?” tanya Jo, tangannya melingkari pinggang Tiara dari belakang, dagunya menempel di pundak Tiara. Bau harus shampo dan sabun menguar menusuk hidung Tiara.“Eng-enggak apa-apa,” jawab Tiara terbata-bata.“Kenapa? Sepertinya kamu sedang memikirkan sesuatu.”“Aku hanya belum terbiasa, biasanya pagi aku sudah mengurus anak dan bersiap mengajar. Sekarang, aku tidak tahu apa yang akan kulakukan,” kilah Tiara.“Oh, tidak
Tiara melangkahkan kaki menuju pelataran mall yang mulai ramai oleh pengunjung, tempat pertama kali yang ia datangi adalah foodcourt, perutnya sudah melilit minta diisi.Tiara memilih makan nasi goreng seafood untuk makan siang, ditambah dengan orange juice. Segera ia melahap makanan saat sudah tersaji di depan mata.Selesai makan, barulah ia membeli barang-barang yang ia butuhkan. Lumayan, ia tidak jadi memberikan uang pada Arya, ATM dari Jo masih utuh. Sehingga Tiara tidak perlu memutar otak untuk mencari alasan ke mana perginya uang itu.Tiara masuk ke dalam salah satu toko baju, lalu memilah mana baju yang bagus dan pantas untuk bertemu orang tua Jo.“Ah, lebih baik aku tanya Jo saja, dia lebih suka aku memakai jilbab atau tidak.”Tiara melakukan panggilan video pada Jo, cukup lama telepon itu diangkat.“Halo, Sayang. Ada apa?” tanya Jo saat panggilan telepon sudah diangkat.Terlihat Jo masih di ruang rapat bersama bawahannya. Bos mah bebas ya, menerima panggilan saat rapat tetap