Kisah Tiara yang memiliki dendam pada Mila, istri Adnan. Tiara merupakan mantan istri Adnan. Perceraian mereka terjadi akibat adanya Mila, masa lalu Adnan. Seperti cinta lama yang belum selesai, mereka menjalin cinta hingga berhasil menyingkirkan Tiara. Tiara yang memiliki dendam, berusaha membubarkan pernikahan Adnan dan Mila dengan cara mengirim pelet untuk ibu Adnan. Ia ingin ibu Adnan membenci Mila lalu mengusirnya. Namun, lama-lama rencana Tiara berubah setelah bertemu Raharjo. Wali murid yang tidak sengaja bertemu karena masalah anak.
View More“Pergi kalian dari rumahku!“ teriak mertuaku, matanya merah, nafasnya memburu, seolah sangat membenciku, menantunya.
Aku terkejut, tidak ada angin tidak ada hujan mengapa tiba-tiba beliau mengusir kami? Apa salah kami? Seingatku, aku tidak membuat kesalahan sama sekali hari ini. Semua perkerjaan rumah ku selesaikan dengan sempurna. Masak, mencuci baju, menjemur, mengepel, bahkan aku sempat menyetrika baju semua anggota keluarga ini. Beruntung hanya ada kami berempat, aku, suamiku, anak, dan mertuaku, jadi baju yang ku setrika tidaklah banyak.
Mas Adnan diam tidak berkutik, tapi aku tahu dia sedang memikirkan sesuatu. Matanya sejenak terpejam. Seolah menelusuri apa yang membuat mertuaku tiba-tiba marah pada kami.
“Cepat kalian pergi, aku sudah muak melihat kalian. Apalagi kamu, Mila. “ Mertuaku menunjukku dengan tatapan bengis.
“Apa salah Mila, Bu? “ tanyaku terbata-bata. Sungguh aku tidak merasa melakukan salah, selama ini di rumah mertua, aku melakukan semua perkerjaanku sendiri. Mengasuh anak pun kulakukan sendiri tanpa bantuan siapapun.
Kubenarkan gendongan Mehra, anakku yang terlihat mulai tidak nyaman. Sepertinya dia kaget mendengar suara neneknya yang keras dan melengking.
“Kamu tanya apa salahmu? Salahmu banyak, salahmu kenapa kamu mengambil Adnan dari Tiara? Seharusnya yang pantas menjadi istri Adnan itu Tiara, bukan kamu!“ hardik Mertuaku.
Deg!
Rasanya jantungku berhenti berdetak, kenapa pula mertuaku menyebut nama Tiara? Tiara adalah mantan istri Mas Adnan. Ya, aku menikah dengan Mas Adnan saat ia masih berstatus suami Tiara. Bukan mauku menikah dengan laki-laki yang sudah memiliki istri, sungguh. Namun, aku tidak bisa membohongi hatiku, sejak 5 tahun yang lalu aku sudah mencintai mas Adnan.
Saat itu aku masih kelas 3 SMA, satu hari setelah ujian kelulusan aku bersama dengan teman-temanku iseng mencari pekerjaan sambilan sembari menunggu ijazah. Akhirnya kami diterima di salah satu pabrik di desa sebelah. Di sanalah awal mula aku dan Mas Adnan bertemu. Setelah satu bukan berkenalan akhirnya kami berpacaran. Namun, tahun kedua hubungan kami kandas. Kami memutuskan untuk berpisah. Saat itu hubungan kami berada di titik jenuh, akun dan mas Adnan sama-sama bosan dengan hubungan kami yang tidak ada kemajuan.
Setelah beberapa bulan putus, aku mendengar ia akan menikah dengan seseorang, Tiara, namanya. Awalnya aku tidak begitu peduli lagi dengan kehidupan mas Adnan, hingga suatu ketika salah satu dari kami mengirimkan pesan. Itulah awal dari masalah yang tidak ada habisnya sampai sekarang.
“Gak usah nangis kamu, ha... Kamu itu Cuma perebut suami orang. Seharusnya Tiara tetap menjadi menantuku! Bukan kamu! “ teriak mertuaku histeris sambil menangis.
Ya Allah, apa yang harus kulakukan? Sebelumnya hubungan kami baik-baik saja. Tidak pernah sekalipun mertuaku menghina apalagi marah kepadaku. Mas Adnan sudah tidak ada di sampingku. Kemana dia? Padahal aku sangat membutuhkannya saat ini.
Inginku menjawab ucapan Ibu Mertuaku, tapi aku takut dikatakan menantu tidak berbakti.
Beliau nampak ngos-ngosan, seolah mengeluarkan tenaga melebihi kemampuannya.
Tak lama datanglah Mas Adnan dari arah dapur membawa segelas air putih. Tanpa berkata apapun, ia menyodorkan gelas itu pada Ibu.
“Minum dulu, Bu.“ Mas Adnan membantu Ibu minum sampai air itu habis.
Seketika ibu terlihat lebih tenang, dan lemas. Mas Adnan terus mengelus punggung Ibu, mulutnya tak henti komat kamit membacakan sesuatu pada Ibu. Tak lama mas Adnan meniup kepala Ibunya.
“Sudah, Ibu istirahat dulu ya. Ibu pasti lelah.“ Mas Adnan memapah Ibu masuk ke dalam kamar.
Aku menunggunya dengan gelisah di ruang keluarga bersama Mehra dalam gendongan yang mulai tertidur. Karena mas Adnan tak juga keluar dari kamar Ibu, kuputuskan menidurkan Mehra terlebih dahulu. Kebetulan sudah pukul 20.30 malam, sudah waktunya Mehra tidur.
Setelah yakin Mehra tidur, aku keluar dari kamar, ternyata mas Adnan sudah duduk di ruang keluarga. Tak langsung duduk, aku memilih ke dapur membuatkan kopi untuknya. Aku tau ada yang ingin ia bicarakan denganku.
Beberapa menit kemudian kopi sudah terhilang di depan mas Adnan, kulihat ia menghembuskan nafas dengan kasar.
“Ibu kenapa, Mas? “ Aku duduk di samping mas Adnan.
“Apakah tadi Tiara ke sini? “ Aku mengernyitkan dahi, bukannya menjawab malah menanyakan Tiara.
“Iya, tadi sore Tiara ke sini, mampir katanya. Dia dari kuliah, “ jawabku asal.
“Bawa apa dia? “ Lagi-lagi aku terheran, kenapa selalu menanyakan Tiara.
Aku berpikir sejenak, “Kalau gak salah, dia bawa martabak telur. Kenapa, Mas? “ tanyaku tak sabar kemana arah pertanyaannya.
“Lain kali langsung buang apapun yang dibawa Tiara untuk Ibu, “
“Kenapa? “ tanyaku heran, aneh sekali.
“Kamu tau, Martabak tadi ada ‘isi'nya. Itu yang membuat Ibu marah-marah dan mengusir kita.“
Deg!
Benarkah itu?
Pukul 8 pagi, Jo sudah berada di kantornya, beberapa menit lagi ia harus meeting dengan klien penting. Ia berjalan cepat dari tempat parkir menuju ruangannya. Sesekali ia mengangguk saat berpapasan dengan karyawannya.CeklekJo mengernyitkan dahi saat melihat ada sebuah kotak yang berukuran sedang di atas mejanya. Ia menatap sekeliling sebelum masuk ke dalam ruangannya, tidak ada siapa pun yang bisa ditanyai.Setelah menutup pintu, ia berjalan menuju meja kerjanya. Ia menatap kotak yang berwarna merah muda itu dengan teliti, mencari nama pengirim atau semacamnya. Sayangnya, tidak ada.“Siapa pengirimnya? Salah kirim atau bukan?” tanya Jo, berbicara sendiri.Jo membuka kotak itu perlahan, matanya melebar saat melihat isinya. Ia mengangkat dengan ujung jarinya, seolah jijik. Sebuah celana dalam dan bra dengan renda di setiap tepi.‘Siapa orang g*la yang mengirimkan benda menjijikkan ini?’ batin Jo kesal.Tanpa sengaja ekor matanya melihat sebuah kertas yang terselip di antara bra berwar
[Mbak, ini foto yang mbak Tiara minta.]Pesan masuk dari bu Keke, tetangga Adnan yang rumahnya persis di depan. Beliau mengirimkan setidaknya ada 10 foto Nando, saat ia bermain di halaman, bahkan foto saat makan di suapi Bu Rini, ibu Adnan.“Ya Allah, cerdas sekali bu Keke, bisa mendapatkan foto di dalam rumah.”Mata Tiara terbelalak saat melihat salah satu foto Nando yang makan hanya dengan nasi putih, Tiara yakin itu hanya nasi yang ditaburi garam. Tiara ingat sekali, saat Adnan tidak punya uang, ia lebih memilih makan dengan garam saja.“Aku harus kirim foto ini agar segera di proses di pengadilan.” Tiara segera mengirimkan semua foto itu pada Jo yang saat ini masih berada di kantor.Tiara yakin, kemarin Jo sudah menghubungi pak Dewa untuk menggugat hak asuh Nando ke pengadilan.Memang salah Tiara, dulu mengizinkan Nando di asuh oleh Adnan, saat itu Tiara belum bisa berpikir jernih, belum berkomitmen dengan Jo. Jadi ia masih bingung dengan keadaan dirinya sendiri.Tok tok tok“Ma,
“Pa, tolong buatkan susu untuk Reihan.” Tiara sedang memandikan Reihan, buah cintanya bersama Jo.“Kan masih mandi?” protes Jo.“Iya, setelah mandi biar langsung minum susu, Pa. Udah gih, cepetan bikinin.”“Iya iya,” jawab Jo sambil beranjak keluar dari kamar mandi. Karena Tiara sudah menyiapkan air, botol, dan susu di atas meja, mudah saja Jo meraciknya.Tiara mengangkat Reihan ke atas ranjang, lalu mengeringkan tubuhnya menggunakan handuk. Lalu mengoleskan minyak telon, bedak, dan memakaikan baju. Bayi berumur 7 bulan itu terus menggerakkan kaki dan tangannya senang, sesekali menyunggingkan senyum.“Lucu sekali anak mama, udah ganteng sekarang.” Tiara menyemprotkan sedikit parfum pada baju Reihan setelah mengoleskan minyak rambut.Tiara bersyukur, Allah memberikan banyak berkah di dalam hidupnya. Menghadirkan Jo sebelum terlambat, memberikan kenikmatan hidup selama ini.Reihan hadir membawa suasana baru di rumah Jo, setelah ada Reihan, Jo lebih sering menghabiskan waktunya di rumah
“Kamu jahat, Mas. Kamu apakan dia?” teriak Mila sambil terisak.Mila segera berlari menghampiri Erga yang sudah terkapar tidak berdaya di teras. Ia menyangga kepala Erga dengan tangannya.“Kamu jahat sekali, apa salah dia? Kenapa kamu hajar sampai seperti ini?” teriak Mila histeris. Bukan seperti ini keinginan Mila, ia tidak suka Adnan berbuat kasar dan main hakim sendiri.“Bela terus selingkuhanmu itu! Kalau perlu sekalian saja kamu keluar dari rumah ini. Perempuan sepertimu tidak pantas diperjuangkan,” hardik Adnan, matanya memerah menahan emosi.Hati dan pikiran Adnan sudah dibutakan oleh nafsu dan gelap karena iri dan benci. Ia sudah pernah dikhianati, sekarang seseorang yang dulu ia perjuangkan mati-matian juga mengkhianati cintanya.“Jaga ucapanmu, Mas. Secara tidak langsung kamu sudah menalakku.”“Lebih baik berpisah saja, aku lelah terus dikhianati.”“Baiklah! Aku akan pergi dari sini.”Mila membantu Erga bangun, bibir dan hidungnya mengeluarkan darah segar bekas pukulan Adnan
“Mama... “ teriak Nando berlari dan menghamburkan peluk ke arah Tiara.Jo mengernyit melihat Nando begitu dekat dengan Tiara, dan memanggilnya mama.“Siapa anak ini?” Tanya Jo pada Tiara.Nando sudah berada di gendongan Tiara, sambil mencium dan memeluk leher mamanya erat.Tiara tersenyum pada Jo, lalu berkata,” Ini anakku yang pernah aku ceritakan.”“Jadi, kamu... “ Jo menunjuk Tiara dan Adnan bergantian.“Iya, Mas. Dia mantan suamiku.” Mendengar itu, Jo mengangguk paham. Lalu mengambil alih gendongan Nando, ia tidak mau Tiara kelelahan karena saat ini sedang hamil.“Halo, jagoan. Nama kamu siapa?” Jo bertanya pada Nando dengan riang, seolah sudah pernah bertemu.“Nando,” jawab Nando singkat.“Aku gak nyangka, ternyata istri lo bekas gue,” celetuk Adnan sambil menyunggingkan sebelah bibirnya.Seketika Jo merasa panas, emosi sudah berada di ubun-ubun. Segera Tiara mengelus lengan suaminya, dan mencoba menenangkannya.Sang tuan rumah belum terlihat, sepertinya masih sibuk di belakang.
“Ah, kenalkan, ini Mila. Dia pacarku,” ucap Erga jumawa.Tiara mengernyitkan dahinya tidak percaya dengan ucapan Erga.‘Dasar perempuan gila, sudah mengambil suamiku, masih mencari laki-laki lain’ batin Tiara kesal.“Pacar kamu?” tanya Tiara tak percaya.Erga menganggukkan kepala mantap, sedangkan Mila melotot menatap Tiara.“Kamu udah cek status dia?” Tanya Tiara tak peduli Mila yang terus melotot padanya. Ia harus menyelamatkan Erga dari jerat Mila, seingat Tiara Erga sekarang sedang berada di puncak kejayaannya. Bisa jadi Mila hanya memanfaatkan Erga. Setidaknya itu yang ada di pikiran Tiara sekarang.“Maksud kamu?” tanya Erga bingung mendengar pertanyaan Tiara.“Iya, coba tanya dia yang lebih paham. Dan juga, sekedar saran, jangan gampang percaya dengan ucapan orang, coba kamu cek siapa perempuan itu sebenarnya.” Setelah mengucapkan itu, Tiara menerima uang kembalian dadi kasir. “Aku duluan ya,” pamit Tiara cuek.Entah setelah ini Mila tetap berhubungan dengan Erga atau tidak buka
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments