"Ucapanmu terdengar seperti seorang laki-laki yang sedang merayu kekasihnya,” ucap Jessi sambil tertawa pelan.
“Benarkah?” tanya Leon malu-malu. “Kalau begitu saya bena-benar minta maaf atas kelancangan saya.”
Kata-kata itu keluar dari mulutnya tanpa disadarinya. Entah kenapa ia berbicara seperti itu kepada Jessi.
“Kamu terlalu banyak minta maaf, Leon.” Jessi tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. “Tolong, antarkan saya ke meja kerja, pekerjaan saya sudah memanggil-manggil sejak tadi.”
“Baiklah, Nona.” Leon membopong wanita cantik itu dan membawanya ke meja kerja, lalu mendudukkannya di kursi kebesaran sang CEO. “Selamat bekerja, Nona.”
“Terima kasih selalu menyemangatiku.”
“Sama-sama, Nona.” Leon kembali duduk di sofa setelah sang nona kembali fokus pada pekerjaannya.
Laki-laki itu menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa sambil memijat batang hidungnya. Ia merasakan keanehan pada dirinya saat berada dekat dengan sang boss.
"Leon, bisakah kamu antar aku ke kamar mandi?" tanya Jessi setelah sang pengawal mendudukkannya di tempat tidur."Bisa, Nona," jawab Leon dengan cepat.Laki-laki tampan itu kembali membopong Jessica dan membawanya ke dalam kamar mandi."Turunkan aku di sana saja!" titah Jessi sambil menunjuk sisi bathtub.Leon mengangguk dan membawanya ke tempat yang ditunjuk sang nona. "Ada lagi yang bisa saya bantu, Nona?" tanya Leon setelah menurunkan Jessi."Tolong ambilkan handuk dan taruh di situ.""Baik." Leon segera melakukan apa yang diperintahkan oleh boss-nya."Terima kasih, Leon," ucap Jessi setelah pengawalnya mengambilkan apa yang diperintahkannya. "Aku mau berendam? Setengah jam lagi kamu ke sini!""Baik, Nona. Saya juga mau mandi dulu." Leon menutup pintu kamar mandi, lalu pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri.Sebelum mandi, Leon menelpon asistennya. "Kirimkan obat untuk mengobati kaki yang terkilir!" titahnya
“Maafkan saya, Nona. Saya tidak berhati-hati," ucap Leon setelah mengusap wajahnya.“Aku yang minta maaf, Leon karena tadi aku menumpahkan sabun dan lupa untuk bilang padamu,” ucap wanita yang masih berada di atas tubuh Leon.“Maaf, Nona.” Leon menurunkan Jessi dari tubuhnya, lalu ia bangun dari bathtub. Kemudian, membersihkan lantai terlebih dulu sebelum membantu sang nona.Setelah membersihkan lantai, Leon mengambilkan handuk yang baru untuk sang nona.Lalu, laki-laki yang masih basah kuyup itu membantu Jessi keluar dari bathtub, lalu memberikan handuk yang baru kepada sang nona. “Gantilah handuk anda, saya akan berbalik.”Laki-laki dengan rambut halus yang memenuhi rahang bawahnya itu membalikkan badannya membelakangi sang nona, kemudian mengulurkan tangannya ke belakang. “Peganglah tangan saya kalau anda tidak kuat berdiri, Nona.”“Terima kasih, Leon, aku masih bisa berdiri.&rdq
"Kenapa Leon?" tanya Jessi saat Leon langsung menundukkan pandangan setelah melihatnya."Maafkan saya, Nona, kenapa anda hanya memakai baju seperti itu? Maaf kalau saya lancang."Leon memalingkan wajahnya dari sang nona. Ia tidak mau saudara kembarnya terusik karena melihat keseksian tubuh sang nona yang terlihat jelas karena wanita itu memakai pakaian yang transparan."Apa kamu tidak suka melihat aku memakai baju seperti ini? Aku sudah terbiasa memakai pakaian seperti ini jika hendak tidur. Tadi aku memakai jubah karena kedinginan.""Bukan seperti itu, Nona, tapi jika Tuan Alan atau Tuan Jimmy melihat saya berada di dalam kamar ini dan anda memakai pakaian seksi itu pasti mereka akan salah paham.""Di sini tidak ada Alan ataupun Jimmy, kamu tidak perlu khawatir," balas Jessi. "Kalau kamu tidak nyaman berada di sini, silakan kamu keluar saja, Leon, kakiku tidak apa-apa, besok juga sembuh.""Tidak, Nona. Maafkan saya." Leon segera memba
Jessi menjalani hari-harinya dengan semangat karena rencananya untuk memikat hati Tuan Hans bisa berjalan dengan lancar karena kakinya sudah sepenuhnya sembuh.Satu hari sebelum pesta berlangsung, Jessi sudah menghubungi Alan dan menyuruh untuk menunggunya di pesta saja.Sedangkan Jimmy, setelah beberapa hari terakhir sejak insiden pemukulan terhadap Leon, ia tidak pernah terlihat lagi dan tidak pernah menghubunginya. Jessi berpikir kalau laki-laki itu sudah bisa menerima keputusannya untuk tidak berhubungan dengannya lagi di luar pekerjaan.Kini, malam yang ditunggu-tunggu CEO Beauty Corporation itu telah tiba. Jessi sudah berpakaian rapi. Memakai gaun pilihan sang pengawal.Wanita itu terlihat sangat anggun memakai gaun merah yang mempunyai belahan tinggi, hingga setengah paha mulusnya terlihat.Bibirnya yang sensual terlihat semakin menggoda dengan polesan bibir berwarna senada dengan gaunnya. Rambut panjangnya disanggul sederhana, n
Ucapan Jessi benar-benar mengejutkan laki-laki yang sedang fokus mengemudi itu, hingga ia mengerem secara mendadak."Maafkan saya, Nona." Leon menoleh pada sang boss. "Apa anda terluka? Maaf atas kecerobohan saya.""Aku tidak apa-apa, Leon." Jessica tersenyum pada laki-laki tampan itu."Baiklah, kita lanjutkan, sebentar lagi juga sampai." Leon melajukan kembali mobilnya."Maafkan aku sudah membuatmu terkejut," ucap Jessi dengan tulus."Tidak apa-apa, Nona." Leon pura-pura tersenyum.'Anda kira saya ini penjual benih?' batin Leon."Orang tuaku menginginkan penerus untuk keluargaku, tapi aku tidak mau menikah. Apa kamu mau memberiku seorang anak? Aku tidak akan menuntut apa-apa darimu.""Saya ini hanya seorang pengawal, Nona. Tuan Jason pasti menginginkan calon cucu dari bibit yang unggul. Seorang pria sukses yang mempunyai masa depan yang cerah. Sedangkan saya hanya laki-laki biasa."Leon berusaha menolak secara hal
"Apa kamu tahu keberadaannya?"Leon mengangguk sambil menunjuk kursi yang diduduki Tuan Hans. "Saya sudah berbicara dengan asistennya dan beliau mengizinkan Nona bertemu dengannya."Jessi tersenyum sambil memerhatikan dua laki-laki yang Leon tunjuk tadi."Mari, Nona." Leon mempersilakan Jessica untuk berjalan lebih dulu.Sang asisten Tuan Hans bangun dari duduknya untuk menyambut Jessi."Apa anda pemimpin Beauty Corporation?" Daniel mengulurkan tangannya pada Jessi.Jessi tersenyum, lalu menyambut tangan yang ia yakini sebagai pemimpin perusahaan pesaingnya."Anda benar. Saya Jessica Anastasya Moris, CEO Beauty Corporation." Jessi tersenyum manis pada laki-laki itu.'Jadi ini si pecundang itu,' ucap Jessi dalam hatinya."Ternyata anda lebih cantik dari perkiraan saya, Nona Jessica. Kalau tidak keberatan bergabunglah dengan kami di sini.""Tentu!" sahut Jessi sembari tersenyum. Memang itu yang dia
“Saya pikir Nona Jessi bersama anda,” jawab Leon.“Sejak tadi dia bersamamu. Lagi pula kamu itu pengawalnya, harusnya tidak membiarkan boss-mu sendiri.”“Maafkan saya, Tuan.” Leon menunduk meminta maaf kepada Alan.“Aku sudah mencarinya ke mana-mana, tapi tidak menemukannya. Tidak biasanya dia seperti ini,” kata Alan. “Bukannya tadi Jessi mau bertemu dengan Tuan Hans? Mungkin dia bersamanya.”“Iya, Tuan. Waktu saya tinggal, Nona Jessi bersama dengan Tuan Hans, tapi sekarang Nona pergi entah ke mana, Tuan Hans pun tidak tahu keberadaannya.”“Cepat cari dia! Aku sudah menghubunginya, tapi tidak dijawab.” Alan pun mulai khawatir kepada kekasihnya karena sang pengawal yang selalu ada di sisinya sedang tidak bersama sang kekasih.“Baik, Tuan.”Leon segera mencari sang nona ke toilet wanita, tapi tidak menemukannya. Ia mulai khawatir dengan
“Bukan apa-apa, lupakan saja!” Leon merogoh ponselnya saat benda pipih itu bergetar di dalam saku jasnya. ‘Leon, cepat bawa aku pergi dari sini!’ itulah isi pesan Jessica kepada Leon. Leon menunjukkan isi pesan itu kepada Daniel. “Cepat lacak keberadaan Nona saya!” titah Leon pada asistennya. “Maksud saya Nona Jessi.” “Tidak apa-apa, Tuan, Nona Jessica memang Nona anda.” Daniel tersenyum sambil mengotak-atik ponselnya. Beberapa detik kemudian, ia sudah menemukan di mana keberadaan Jessica. “Kamu tidak perlu ikut, nanti Nona Jessi curiga!” “Biak, Tuan. Saya akan menyiapkan mobil anda.” Daniel pergi keluar, sementara Leon pergi ke salah satu kamar di hotel tempat diadakannya pesta. Leon mencari kamar sesuai petunjuk dari ponselnya. Ia langsung menendang pintu kamar hotel dengan sangat keras ketika menemukan kamar yang dimaksud. Ia melihat Jessica sedang duduk di sofa sambil meraba-raba lehernya. Ia pun seger