SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3 BAB 6
PoV: Atik Netraku mulai memanas mendengar perbincangan suamiku dan keluarganya, ingin rasanya menangis saat ini juga, tapi sebisa mungkin aku tahan. Aku tidak boleh ketahuan jika sudah di rumah dan mendengar apa yang selama ini tidak aku ketahui. Tega sekali Mas Reno berbohong tentang penghasilannya. Aku yang mengatas namkan berbakti Istri pada suami tidak pernah sekalipun merengek meminta apa pun padanya. Karena aku tahu uang yang Mas Reno hasilkan hanya bisa mencukupi kami makan. Sedangkan Ibu dan adiknya meminta uang berjuta-juta dengan mudah Mas Reno memberikan kartu ATM. Kamu anggap apa aku selama ini, Mas? Tiap hari aku mengurusi dan melayanimu dan tidak pernah menuntut yang macam-macam tega kamu bohongi. Sebenarnya aku tidak masalah dan tidak akan melarangmu memberikan uang pada keluargamu, tapi ya jangan terlalu jomplang begini. Sampai kamu membiarkan aku sering makan dengan garam. Hampir tiap hari aku makan nasi dengan garam, bahkan rela membiarkan kamu menikmati makan dengan ikan asin atau tempe yang aku khususkan untukmu. Bodohnya aku selama ini. Aku memilin ujung bajuku dengan gemas sambil masih mengintip mereka dari jendela samping rumahku. Tak lama keluarga Mas Reno pamit pulang. Hampir saja aku ketahuan ketika ibu mertuaku menoleh ke jendela tempat aku mengintip. Untungnya aku sigap berjongkok. Hingga beliau tidak sempat beradu pandang denganku. Huft! Kuembuskan nafas lega dan mengatur nafas setelahnya. “Bu, eh, anu. Kalau bisa Ibu nggak usah ke sini lagi, ya! Kalau ada perlu cukup telepon aja. Nanti biar aku yang datang ke rumah Ibu.” Terdengar lagi suara Mas Reno. “Loh, memangnya kenapa Ibu nggak boleh ke sini?” “Anu, Bu. Takutnya Atik nggak suka dengan kadatangan Ibu.” “Oh, iya, ya. Istrimu tadi kemana? Jangan jangan sengaja menghindari Ibu.” “Nah, makanya. Seperti yang aku bilang, takut istriku nggak suka ibu datang, apa lagi kalau sampai tau ibu dan adik adikku minta uang, pasti Atik akan cemburu melihatku memberikan uang untuk Ibu. Dah mending ibu pulang, ya. Sekarang!” Sudahlah menutupi tentang masalah pengangkatannya jadi P3K, sekarang menjelek jelekan aku di depan ibunya. Awas kamu, Mas. Akan kubuat perhitungan denganmu. Kembali aku berdiri dengan hati-hati dan mengintip kembali ke jendela. Rupanya Mas Reno mendorong Ibu dan adik-adiknya keluar. “Reno, nggak usah dorong-dorong Ibu segala. Iya, iya, ibu juga akan pulang. Takut banget sih sama istrimu. Kalau perlu dan sampai terjadi ia memarahimu karena memberi ibu uang, nanti ibu yang akan marahi balik dia. Kalau perlu tinggalkan saja istri pelitmu itu. Cari wanita lain yang lebih baik dari dia. Takut banget sama istri.” Ibu bersungut-sungut. “Iya, iya. Nanti aku akan ganti istri. Sekarang ibu pulang sebelum Atik datang.” Hah, dia bilang mau ganti istri. Kurang ajar kamu, Mas. Setelah keluarga Mas Reno pulang, kulihat Mas Reno masuk menuju kamar. Pelan-pelan aku melangkah menuju teras sambil memikirkan rencana apa yang akan aku lakukan untuk membalas kebohongan suamiku selama ini. Tibalah langkahku di depan kamar, lalu berhenti sejenak untuk mencari ide yang belum juga muncul untuk menghadapi Mas Reno. Tiba-tiba pintu terbuka, Mas Reno terkejut melihatku meremas plastik berisikan makanan ringan yang kubeli dari warung atas permintaan suamiku. “Dek, kamu ngagetin aku aja, berdiri kayak hantu nggak ada suaranya.” Mas Reno mengusap dadanya. Rupanya ia sudah mengganti baju. Sudah rapih dan wangi. seperti ingin pergi. Mau kemana dia? Aku mencebik. “Minggir, Dek. Aku mau lewat. Lagian ngapain sih berdiri sambil lihat aku kayak gitu?” Aku menggeserkan badan untuk memberi Mas Reno jalan. Lalu memilih untuk membuat teh manis. Mas Reno mengekoriku, lalu berwajah heran ketika melihatku menyendok gula dan teh ke cangkir. “Dek, kamu mau bikin teh untuk siapa? Aku kan nggak minta dibikinkan teh, lagian juga kamu lama banget ke warungnya, ibu keburu pergi. Tehnya bikin untuk besok pagi saja, kuenya juga untukku ngemil pagi sebelum berangkat ngajar.” Aku tak menghiraukan ia bicara, tanganku terus saja menuangkan air panas kecangkir. “Dek, jangan boros. Teh itu untuk tamu dan sarapan pagi besok. Ingat uang kita itu pas untuk makan saja. Jadi istri itu harus hemat. Kalau nggak penting penting amat. Mending nggak usah bikin teh siang hari.” Masa bodo dia mau bilang apa. Hemat-hemat, untuk apa aku melakukan itu. Kalau di belakangku dia bersikap boros pada dirinya dan keluarganya, kenapa aku harus bersusah payah menahan keinginanku yang sederhana ini. Toh ini cuma teh. Untuk harga teh manis di warung makan juga tidak akan dihargai sepuluh ribu. “Kamu denger nggak sih, Dek. Malah tetep diseduh. ya, sudah. Kalau sudah terlanjur, sini aku minum.” Mas Reno mendekatiku dan ingin mengambil cangkir yang masih kuaduk untuk melarutkan gulanya. “Hais.” Aku memukul punggung tangannya ketika menyentuh cangkir teh. “Aku bikin ini bukan untuk kamu, Mas. Tapi ini untukku.” “Hah!” Mas Reno terkejut. Kemudian aku mulai menyobek bungkus biskuit kelapa yang kubeli sambil duduk dengan santai. Lalu menikmatinya dengan mencelupkannya ke dalam cangkir teh sebelum kumakan. Kulirik Mas Reno, jakunnya naik turun melihat aku menikmati kue tersebut. Cukup lama aku menunggunya marah padaku atas sikapku ini. Namun ia tak juga kunjung protes. Tiba-tiba terdengar suara tukang bakso keliling memanggil dengan memukul mangkok dengan sendok sebagai ciri khasnya. “Wah, ada tukang bakso! Mas bakso, tunggu, Mas! Aku mau beli!” teriakku dengan suara tinggi.SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3BAB 50PoV: Reno“Dek!” Aku memiringkan dudukku sedikit mengarah pada Atik.“Apa lagi, sih, Mas? Udah habisin sarapannya, nanti kamu kesiangan berangkat ngajarnya!” Atik berbicara tanpa mau menoleh padaku.Kulihat isi mangkuk yang disendoki Atik, ternyata bubur sudah tinggal setengah. Cepat sekali makan Atik, aku saja baru tiga sendok, aku menghitung dengan jari sambil mengingat-ingat.“Mas! Buruan habisin, punyaku sudah habis, nih!”“Hah!” Kulihat mangkuk Atik sekali lagi. Seakan tak percaya ucapannya. Tetapi, benar adanya. Aku menggeleng takjub.“Adek laper? Aku pesan satu mangkok lagi, ya?”Atik menatapku dengan membesarkan mata. “Memanganya boleh? Nggak rugi nawarin aku makan lagi? Nanti uangmu bisa habis, loh.” Kemudian ia mengambil tisu dan mengusut ujung bibirnya.“Mas mana berani pelit lagi sama kamu, Dek. Aku benar-benar menyesal atas sikap pelitku selama ini,
SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3BAB 49PoV: RenoKulihat kedua alis Bu Weni bertautan, ia juga tersenyum dan mengangguk-angguk.“Kenapa saya nggak kepikiran dari dulu, ya. Wah, Bu Karsih.” Kemudian Bu Weni melirikku lalu pada anaknya. “Owalah. Piye, Arlan? Nggak usah jauh-jauh. Pilihan ada di depan mata.”Aku yang mendengar Bu Weni berkata, langsung bisa menerka kemana arah ucapannya. Suasana yang awalnya tadi tegang karena uacapan ibuku, kini telah berubah menjadi riuh tawa mereka. Sebab obrolan ibuku dan Bu Weni langsung terkoneksi alias nyambung. Aku saja yang lelaki mengerti, kok. Masa iya Arlan tidak paham?Belum lepas senyum di wajahku, aku melirik Arlan. Betapa terkejutnya aku ketika mendapati Arlan melihatku dengan tatapan sinisnya.“Aku tahu jalan pikiranmu,” ucap Arlan padaku.“Aku juga tahu pikiran orang tua kita,” jawabaku santai. Kemudian mengalihkan pandanganku ke l
SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3BAB 48PoV: Reno***Aku terbangun karena mendengar adzan yang aku setting di handphone-ku. Sebab aku tak mau meninggalkan sholat subuh lagi hari ini. Ya, setelah diceramahi sang adik bungsu, hatiku merasa tersirami oleh keimanan yang luar biasa.Sholat sebelum tidur membuat hati ini menjadi tenang, tidak lagi gelisah memikirkan permasalahan hidup, bahkan aku kini berserah jika nanti Atik benar-benar tak ingin kembali padaku lagi.Masya Allah, sungguh luar biasa dampak dari sholat yang dijalani dengan khusuk.***Setelah selesai menunaikan ibadah sholat subuh, tak lupa aku melakukan amalan dzikir dan sebagainya, sesudah itu barulah berdoa, salah satu nama yang kusebut dalam do’a adalah Atik. Doa yang sama seperti tadi malam selepas sholat isya.“Ya, Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, jika Atik benar jodohku, maka mudahkanlah jalan untukku kembali membina rumah tangga lagi dengannya, tetapi, jika tidak, berilah keikhlasan sedalam samudra dan seluas jagad r
SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3BAB 47PoV: Reno“Ren, Atik kan sudah bilang, katanya dia lelah dan ingin segera beristirahat. Tunda dulu bicaranya. Lain kali saja, ya?” Kemudian ibu dan anak itu kembali membalikkan badan.Aku menghela nafas perlahan. Ya, sudahlah, aku tidak mungkin memaksa, lagipula aku juga melihat wajah Atik begitu lesu. Lebih baik aku menekan ego-ku.Walau kaki ini melangkah mendekati motor, tapi hati ini masih ingin disini, pulang dan tinggal bersama-sama lagi seperti dulu saat aku dan Atik menjadi suami istri. Tapi kini aku harus sadar diri bahwa Atik sudah berstatus mantan istriku. Aku menoleh kembali dan menatap punggung Atik yang hampir masuk setelah ibunya lebih dulu membuka pintu untuknya. Nasib! Aku masih berandai dalam anganku. Harusnya malam ini Atik mendengar apa yang aku katakan ketika di perjalanan mengantarnya pulang. Sayangnya tidak.Aku pikir ketika dia mengatakan, iya, iya, Atik juga menginginkan apa yang aku inginkan. Rupanya …., yah, sekali lagi, nasib
SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3Bab 46PoV: Atik“Aku pulang diantar Mas Reno, Mas,” jawabku jujur. Kemudian ikut beranjak.“Jadi benar kamu masih mencintai Reno?” Suara Mas Arlan terdengar melemah. “Jujurlah, Tik! Agar aku bisa tau diri.”“Cinta? Justru aku nggak tahu arti cinta sebenarnya itu apa, Mas.”“Loh, kamu nikah atas dasar apa jika bukan karena cinta?” Kening Mas Arlan berkerut, matanya juga menatapku lekat.Aku menggeleng.“Tik, biasanya perempuan itu tidak mau disentuh oleh lelaki manapun kecuali sang wanita mencintai lelaki yang menyentuhnya. Kalian sudah pernah menjadi suami istri, pasti sering melakukan hubungan intim. Itu juga bisa diartikan cinta.”“Apa iya?” Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal.“Iya, lah!” Mas Arlan mengambil tanganku lalu mencium punggung tanganku.Aku tersentak dan segera menarik tanganku. Kejadian itu begitu cepat dan tak pernah aku sangka. Kalau aku tahu dia akan melakukan itu pasti sebisa mungkin aku menghindari lelaki yang ada di hadapanku ini. Aku
SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3BAB 45PoV: Atik“Tapi, Bu Weni, akan butuh waktu lama menunggu lagi kalau Mas Arlan yang jemput, sedangkan biaya administrasi sudah dibayarkan oleh Mas Reno.”“Jadi mantan suamimu itu minta kita pulang cepat supaya uangnya ingin segera diganti? Bilang padanya, saya akan ganti uangnya yang terpakai dua kali lipat. Dasar lelaki pelit perhitungan, takut sekali uangnya tidak diganti!” Bu Weni bersungut-sungut.Bu Weni sedang tidak sehat, baiknya aku tidak memaksanya untuk pulang bersama Mas Reno. Bu Weni juga sepertinya juga marah sekali mendengar nama Mas Reno. Jadi percuma jika aku memaksa.“Bukan Atik mau membela Mas Reno, Bu. Tapi aku tadi sudah mengatakan padanya bahwa setelah kita pulang dari sini akan mengganti uangnya. Tapi, ia tidak mau. Katanya anggap saja sebagai penebus dosanya pada Ibu.”Bu Weni hanya diam, sepetinya dia enggan menimpali ucapanku.Akhirnya aku memutuskan untuk menemui Mas Reno. Ketika aku sampai di depan lobi puskesmas, ternyata Mas