Atik adalah seorang ibu rumah tangga biasa yang bersuamikan Reno seorang guru honorer. Namun harinya mulai berubah, ketika bertemu dengan istri dari teman suaminya yang menyangka ia akan membeli emas di pasar, ibu itu juga menyangka Atik dan suaminya sudah mendapat pencairan dari hasil menggadaikan SK suami yang sudah berubah status guru honor menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja. Bagaimana bisa suaminya Atik bisa menjadi P3K sedangkan Reno hanyalah lulusan D3? Yuk, baca cerita lengkapnya SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3 dengan mengsubscribe cerita ini. Jangan lupa juga follow akunku, ya!🥰🙏
View MoreSUAMIKU BUKAN LULUSAN D3
Bab 1 “Hai, Bu Reno, kebeneran banget kita ketemu di depan toko emas di sini. Pasti mau beli emas kayak aku, ya? Haha …. Alhamdulillah banget, ya, Bu. Akhirnya suami kita bisa jadi P3K juga,” ucap Bu Ridwan bersemangat. Keningku berkerut. “Su-suami kita?” tanyaku heran dan terbata. Sungguh pernyataan yang aneh kudengar ini tidak masuk akal. Apa mungkin Bu Ridwan salah orang?! Mungkin yang dia maksud Bu Reno yang lain, bukan aku. “Ish, Bu Reno ini.” Bu Ridwan mencubit kecil lenganku. “Maksud saya, Pak Reno–suami ibu dan suami saya, kok Bu Reno kelihatan bingung, sih? Sekarang kan mereka sudah turun SK P3K-nya. Bisa kita gadaikan, tuh, Bu ke bank. Emangnya Bu Reno nggak punya niat beli kebun, sawah dan sebagainya pakai uang pinjaman dari bank?” Bu Ridwan kembali menjelaskan hal yang tidak aku mengerti. Aku sempat tersenyum membayangkan bisa memiliki kebun dan sawah seperti yang Bu Ridwan katakan. Siapa juga yang tidak mau punya sawah dan kebun sendiri? Tapi, siapalah aku? Untuk makan pagi sore saja aku susah, jadi harus sadar diri, kalau semua itu tidaklah mungkin terjadi. Mana bisa aku membeli itu semua dengan hanya mengkhayal tanpa bekerja dan ikhtiar. Aku menghela nafas dan ber-do’a dalam hati, semoga semua itu bisa terjadi dalam hidupku, kalau pun itu semua bisa terwujud, pasti karena Allah yang merencanakan, walaupun semua itu semua bak jauh panggang dari api. Tak terasa aku jadi senyum-senyum sendiri. Tapi rasanya itu tidak mungkin, senyumku pun mengendur. Kemudian kembali aku mengingat kata Bu Ridwan tentang suamiku dan suaminya yang sudah menjadi P3K. Bagaimana bisa Mas Reno jadi P3K sedangkan suamiku itu hanya lulusan D3? Ah, Bu Ridwan pasti salah orang. Aku menggeleng tak mengerti. SK, uang pinjaman?! Bikin aku tambah bingung saja. Lebih baik aku menghindari Bu Ridwan. Karena niatku ke pasar bukan untuk membeli emas seperti yang Ibu Ridwan sangka. “Bu, maaf permisi, ya, saya ada keperluan yang lain!” pamitku. Bu Ridwan menantapku heran. Lalu aku bergegas membalikan badan dan berjalan cerpat sebelum ia bertanya yang macam-macam lagi. “Bu, Bu Reno!” panggil Bu Ridwan saat aku sudah melangkah pergi terburu-buru. Sementara Bu Ridwan terus memanggilku, aku mempercepat langkah dan pura-pura tidak mendengarnya. Bukan apa-apa. Aku hanya khawatir jika berlama lama dengannya, maka aib rumah tanggaku akan diketahuinya. Apalagi sampai ia tahu niatku ingin ke toko emas bukanlah untuk membeli, melainkan ingin menjual kalungku yang putus. Ck. Kenapa juga harus bertemu Bu Ridwan di pasar. *** Ada rasa kesal setelah sesampainya di rumah, gara-gara bertemu istri dari teman ngajar suamiku, aku jadi mengurungakn niatku menjual kalung emasku yang sudah lama putus ini. Tadinya sengaja aku simpan agar suatu saat nanti bisa diperbaiki. Namun sayangnya, uang untuk mematri kalung ini tak kunjung terkumpul, selalu saja terpakai lagi dan lagi. Demi mencukupi kebutuhan sehari-hari terpaksa aku melupakan sejanak memperbaiki kalung kesayanganku ini. Kalung pemberian ibu sebagai kenangan terakhirnya sebelum ibu memutuskan menjadi TKW ketika aku masih remaja. Hingga saat ini, aku kehilangan kontaknya dan ibu juga tidak pernah menghubungiku lagi. Bahkan, ketika aku menikah dengan Mas Reno pun tidak disaksikan oleh ibuku. Sedangkan bapakku, kuanggap sudah mati karena ia tak pernah ada untukku setelah mempunyai keluarga baru. Oleh sebab itulah, kesusahan yang aku rasakan sekarang adalah hal biasa dan tak kuanggap beban hidup. Aku menjalani dengan sabar dan ikhlas, berharap suatu saat nanti akan ada perubahan dalam hidupku. Entah kapan aku pun tak tahu. Sebab itulah tadi pagi kubulatkan tekatku menjual kalung ini untuk kujadikan modal berdagang di kantin sekolah dasar dekat rumah. Pikirku akan lumayan jika aku berdagang, bisa meringankan beban suamiku sebelum ia menerima upahnya sebagai honorer dari mengajar. Karena upah Mas Reno yang sebulan enam ratus ribu per bulan bisa didapat tiga bulan sekali, itu pun kalau sedang lancar, tapi jika tidak, akan mundur jadi empat bahkan bisa enam bulan baru bisa menerima. Kalau sudah begitu keadaanya, sebisa mungkin aku akan berusaha hemat dan memperkecil pengeluaran dengan membeli tempe atau tahu yang harganya hanya tiga ribu sepotonganya untuk kami jadikan teman makan nasi sehari tiga kali. Bahkan kadang aku rela berpuasa demi mengalah pada Mas Reno yang menurutku lebih perlu asupan makanan ketimbang aku yang hanya di rumah saja. Atau jika perhitungan stok beras akan cukup sampai tanggal Mas Reno gajian, aku rela mengenyangkan perutku dengan memakan nasi saja dan tahu atau tempe menjadi jatah Mas Reno semua. Tiba-tiba perutku berbunyi, itu tandanya mengingatkan aku untuk segera mengisinya. Tadi pagi memang tak sempat mengisi perut setelah Mas Reno pamit mengajar. Karena ingin cepat ke pasar dan kembali pulang sebelum Mas Reno datang, jadinya aku menunda makan. Gegas aku ke dapur, mendekat pada meja makan dan membuka tudung saji. Melihat tempe yang tadi pagi aku masak, semangatku untuk makan kembali hilang. Sebentar lagi Mas Reno pulang. Baiknya aku makan nasi memakai garam saja. Biar tempenya untuk suamiku. Setelah selesai makan, aku menunggu Mas Reno di teras rumah. Karena jam segini memang waktunya Mas Reno pulang. Sekalian mau langsung membahas apa yang aku dengar dari Bu Ridwan di pasar tadi. Penasaran juga jadinya, Reno yang Bu Ridwan maksud itu sebenarnya Reno yang mana?! Bersambung …. Kira-kira Bu Ridwan salah orang nggak, ya? Koment, ya!SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3BAB 42Cukup lama aku berada di kamar kecil, pura-pura tidak mendengar dan segera menghentikan merepetnya ibuku.Setelah tak terdengar lagi, barulah aku keluar untuk menyalakan mesin motor beberapa menit sebelum menggunakannya ke sekolah. Saat itulah aku melihat pemandangan yang cukup menyita perhatianku.Seorang Ibu kira-kira sepantaran ibuku. Sedang memeluk Atik dengan suara tangis yang terdengar pilu. Siapa beliau?Jiwa ingin tahuku meronta, maka aku berniat menghampiri mereka.Kudekati mereka kemudian bertanya, “Dek, ada apa?” tanyaku.Atik dan Ibu itu merenggangkan pelukan mereka. Keduanya menghapus jejak air mata di pipi masing-masing.“Ini, Mas, ini ibuku,” jelas Atik.Ibu itu tersenyum dan mengangguk.“Oh, ibu mertua.” Segera aku menarik dan mencium punggung telapak tangan wanita paruh baya di depanku.Ibu itu menatapku heran. “Dia siapa, Tik?” tanya ibunya Atik.“ini Mas Reno, Bu. Mantan suami Atik,” jelas Atik dengan terbata.“Oh, lelaki yang dicerit
SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3BAB 41PoV: Reno“Nanti kau akan tahu artinya setelah Atik melalui masa iddahnya,” jelas Arlan sambil tersenyum dan sesekali melirik pada Atik.Dadaku rasanya terbakar melihat kemesraan lirikan mata mereka berdua.“Memangnya kapan masa Iddah Atik selesai?” tanyaku sambil menahan nyeri di hati.“Nanti, setelah empat bulan sepuluh hari,” jawab Arlan.Mataku membola mendengar jawaban Arlan, kurasakan darahku seperti berdesir. “Sembarangan kamu, Arlan! Memangnya Atik itu cerai mati. Aku menceraikannya dalam keadaan hidup.”Kulihat Bu Weni dan Atik tertawa sambil menunduk.“Sudah-sudah, ini sudah malam, lebih baik kita masuk ke rumah masing-masing!” Bu aWeni menarik tangan Atik, disusul oleh Arlan yang masih menertawakan aku.*Malam ini aku gelisah kembali. Apa lagi ucapan Arlan terngiang terus di telingaku. Memang benar kata orang. Penyesalan selalu datang di akhir. Aku yang kurang bersyukur mempunyai istri cantik dan sabar seperti Atik kini merasakan akibat peli
SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3BAB 40“Nih!” Atik mengulurkan tangannya yang memegang smartphone ke arahku.Aku mengambilnya. Kulihat layar benda itu masih dalam mode terhubung dengan si pemanggil telepon.“Memang siapa yang nelpon?” tanyaku pada Atik, ada ragu dalam hati untuk berbicara dengan si penelpon.“Nggak tahu, nggak ada angin nggak ada hujan dia bilang aku sebagai komplotan penipu.”“Penipu?”“Lebih jelasnya lebih baik Mas yang berbicara!” titah Atik.Segera kutempelkan benda pipih dari tanganku ke telinga.“Hallo!”“Ya, Hallo! Ini pasti Pak Reno, kan?” Terdengar suara laki-laki.“Iya, betul. Ini siapa?” Ada firasat tidak enak menyelimuti hatiku mendengar suara pembicara dari seberang telepon.“Pak Reno. Cepat bayar hutang pacar Bapak. Katanya dia nunggu transferan dari Pak Reno. Saya sudah capek ini nungguin dari tadi, berbelit-belit dan banyak alasan. Kalau tidak bayar hutang sekarang juga, nanti pacar Bapak saya gelandang ke kantor polisi, mau?” Pria yang berbicara di seberang
SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3BAB 39“Memangnya kamu sudah sampai mana dan di bengkel mana? Biar nanti aku jemput dan mengantarkanmu langsung pulang ke rumah.” Cemas juga hatiku mendengar kabar dari Melia.“Sudah setengah perjalanan menuju rumah kamu, Mas. Kamu nggak usah jemput, akan butuh waktu lama jika aku menunggumu. Aku cuma butuh uang saja sekarang,” jelasnya. Mungkin agar suaranya terdengar jelas olehku. Karena tadi aku bilang suaranya Melia berbicara berbarengan dengan deru mobil di pinggir jalan.“Bersabarlah, tunggu aku, ya! Aku juga ingin lihat kondisimu dan mobilmu.” “Mas! Aku bilang nggak usah ke sini. Aku cuma mau pinjam uang kamu, aja, kok. Nanti akan langsung aku kembalikan jika aku sampai rumah,” ucap Melia terdengar panik.“Akan aku beri, cuma aku pengen lihat keadaanmu dan mobilmu yang rusak. Itu aja kok susah amat.”“Kamu yang susah amat. Cuma mau minjem uang aja ribet banget urusannya, dasar pelit!” Melia mematikan sambungan teleponnya.Aku mengedikkan bahu. Memangny
SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3BAB 38PoV: RenoWajah Melia seperti mayit, pucat, kontras dengan warna bibirnya yang merah.“Bayaran apa lagi, Pak, Bu? Memangnya uang yang saya berikan tadi kurang untuk menggantikan teh tubruk kalian? Ada-ada saja, sih. Asal kalian tahu, ya! Baru kali ini saya bertamu diminta ganti rugi untuk apa yang disuguhkan tuan rumah, mana cuma Reno yang minum, itu juga cuma dikit, palingan seteguk, saya dan kedua anak gadis saya malah nggak minum.” Ibu merepet pada orang tuanya Melia.Melia mulai terlihat salah tingkah. Aku tahu ia ingin berbicara pada kami, karena kemunculan orang tuanya, Melia sepertinya tak jadi berbicara, ia memilih berbicara sambil berbisik pada orang tuanya.“Duh, kenapa keluar, sih? Ayo, ayo, masuk ke dalam, yuk!” Melia menarik tangan ibu dan bapaknya. Sedangkan kami cepat-cepat masuk ke mobil untuk segera pergi dari sini sebelum Melia kembali mencoba menahan kami.Di sepanjang perjalanan pulang, di mobil, Ibu terus saja merepet, mengatakan ke
SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3BAB 37PoV: Reno“Hah, seminggu lagi?” tanyaku kaget, saking kagetnya suaraku terdengar cukup tinggi.“Loh, kenapa, Mas? Nggak mau? Apa jangan-jangan kamu belum move on dari Atik terus masih mikir panjang untuk serius sama aku?”Mana bisa move on kalau lingkunganku terus saja mengingatkan aku dengan Atik, apalagi mereka selalu menyebut nama mantan istriku. Duh, jadi sedih rasanya mengganti nama Atik dengan sebutan mantan istri.“Mel, seminggu itu terlalu cepat, kalian pasti akan keteteran jika memaksa nikah seminggu lagi. Ngurusin administrasi, nyari MUA, sewa tenda dan catering, belum lagi nyari mahar dan seserahannya.” Ibu menasehati Melia.Aku percaya pada apa yang ibuku katakan, karena Ibu sudah makan asam garam kehidupan. Gimana rasanya tuh asam garam dimakan? Pasti nggak enak. Aku tertawa dalam hati membayangkan Ibu benar benar makan asam dan garam yang sebenarnya.“Nikahnya sederhana saja, Bu. Nggak usah mewah-mewah. Untuk masalah urusan surat menyurat
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments