"Sayangku, pelan dong jalannya. Nanti aku bisa jatuh, lho?" Indra mengatakan itu karena Yana menyeretnya dengan cepat dan melangkah tergesa-gesa saat ini."Nggak usah manja deh Lo! Dasar bocah!" seru Yana sengit lalu menghempaskan tangan Indra begitu saja. Sesaat setelah mereka sampai di taman itu."Ya ampun, Tante Yana! Kasar banget sih, Lo?" "Kenapa? Lo nggak suka? Gue sengaja!""Yaiyalah, gue nggak suka! Lagian ya, gini-gini ... gue adalah calon suami Lo!" seru Indra kepada Yana. "Cih! Siapa juga yang mau nikah sama Lo? Dasar bocah ingusan! Jangan mimpi, Lo!" kesal Yana."Ha-ha-ha!" Indra malah menertawakan tingkah konyol perempuan itu."Indra Aharon! Ngapain Lo nertawain gue!" kesalnya lagi."Tentu saja gue tertawa. Karena menurut gue tingkah Lo sangat konyol saat ini, Tante!""Konyol bagaimana maksud, Lo?""Yaiyalah ... tingkah Lo saat ini sangat konyol. Bahkan melebihi konyol menurut gue!" ketus Indra."Indra .... bocah! Jelaskan dari sudut mana Lo mengatakan jika tingkah gu
"Terima kasih atas pujiannya, Mami. Kami sangat tersanjung. Iya kan, Sayang?" Satu kecupan bibir Indra mendarat di kening Yana. Yang membuatnya sangat kaget. Karena Indra sangat berani menciumnya di depan kedua orang tuanya."Duh ... so sweet banget kalian!" Nyonya Lila ikut memuji kemesraan yang ditampilkan oleh keduanya. Padahal semua hanyalah kepalsuan belaka. Sepertinya Indra hanya cinta sendiri kepada wanita dewasa itu. Akan tetapi sang pemuda tidak mempedulikannya sama sekali. Bahkan Indra sangat yakin dapat menaklukkan hati Tante Yana yang sangat keras itu.Pujian kedua ibu atas perlakuan manis dari Indra untuknya. Tidak serta merta membuat Yana tersanjung. Wanita itu malah menatap tajam ke arah Indra pertanda dirinya protes dengan tingkah sang pemuda.Namun Indra tidak menggubris tatapan menusuk dari Yana untuknya. Bahkan Indra melanjutkan aksi manisnya dengan menggeser kursi makan untuk Yana. Sehingga wanita kesayangannya itu dapat duduk untuk makan."Please ... sit down, Ba
Pemuda itu pun kembali masuk ke dalam rumah. Dia melihat jika semua orang telah selesai makan siang. Para orang tua terlihat sedang duduk-duduk santai di ruang keluarga. Indra pun berjalan menuju ke arah mereka. Yana juga ikut bergabung duduk diantara para orang tua. Sang pria mendaratkan tubuhnya tepat di samping Yana. Wajahnya terlihat sangat serius, ditekuk, dan tanpa senyum sedikit pun. Tentu saja semua hanya sandiwara Indra saja. Demi untuk memuluskan semua rencananya."Indra, kamu mendapatkan telepon dari siapa? Kenapa wajahmu tak bersemangat begitu?" tanya Mami Endang kepada putranya."Aku baru mendapatkan kabar dari para kolegaku, Mi. Sebagian besar dari mereka ingin menarik investasi mereka di perusahan karena dampak dari saham yang sangat anjlok." serunya dengan mimik wajah sedih."Semua pasti karena kejadian tadi malam." Tuan Irwan ikut-ikutan angkat bicara. "Pi, Mi. Sepertinya aku dan Yana harus segera mengadakan konferensi pers untuk menjelaskan semuanya dan rencana per
"Sial! Kenapa semua malah berbalik menjadi hal baik kepada Indra! Kurang ajar! Tono! Tolong jelaskan kenapa semua ini bisa terjadi!" teriak Viktor penuh amarah kepada asistennya."Ma ... maaf, Tuan Muda. Saya juga tidak tahu kenapa semuanya malah berbalik arah menjadi hal baik kepada Tuan Indra. Padahal semua telah saya lakukan sesuai perintah Anda, Tuan." jawab Tono sedikit terbata.Mata Viktor semakin terbelalak saat menyaksikan Indra menyematkan sebuah cincin permata di jari manis, Yana Ilone Handoko. Wanita yang selama ini dirinya sukai secara diam-diam."Bangsat Lo, Indra! Lo berani merebut wanita yang sangat aku sukai dari dulu." hardiknya penuh amarah."Tono sialan! Kenapa Lo menjebak Indra dengan Yana?""Hah? Yana? Yana itu siapa, Bos?" sahut Joko bingung.Tono sangat kaget dengan kemarahan yang ditampilkan oleh atasannya saat ini. Pasalnya sang asisten tidak tahu jika Viktor memiliki seorang wanita yang dirinya sangat sukai. Tono pun baru menyadarinya saat ikut menonton telev
IEI Corp,Pagi Senin yang cerah, di sebuah ruang meeting, Tuan Irwan sedang memimpin rapat terbatas dengan para petinggi perusahaan dalam rangka membahas skandal yang telah dilakukan oleh Indra yang baru saja menjabat sebagai CEO di perusahaan miliknya itu."Tentunya Anda sekalian telah melihat konferensi pers yang diadakan oleh Indra beberapa waktu yang lalu. Jika putra saya akan bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah pribadinya secepatnya. Kami selaku keluarga besar Aharon juga mendukung penuh rencana pernikahan Indra yang akan berlangsung dalam waktu dekat ini," ujar Tuan Irwan menjelaskan kepada semua orang yang berada di dalam ruangan itu.Lalu Asisten Aji menyalakan layar LED besar yang ada di dalam ruangan meeting itu."Mohon perhatiannya sebentar, untuk melihat di layar." Setelah berkata seperti itu, tiba-tiba Indra muncul di layar besar tersebut. Sembari berkata,"Halo, semuanya? Bagaimana kabar kalian sekalian? Saya harap baik-baik saja. Seperti halnya dengan saya s
"Tapi Tuan Muda, tidak ada informasi apapun tentang pernikahan Tuan Indra dan Nona Yana." Tono mencoba menjelaskan fakta yang ada kepada Viktor.Namun sepertinya sang atasan tidak mempedulikan omongan Tono. Dia malah berkata,"Gue nggak peduli dengan semua omongan Lo, Tono! Lakukan sesuatu untuk menggagalkan pernikahan itu, apapun caranya!" perintah Indra."Ta ... tapi, Bos." Tono mencoba memelas kepada Viktor. Namun sama sekali tidak digubris olehnya."Tidak ada kata tapi untuk Lo, Tono! Lakukan saja sesuai dengan yang gue perintahkan! Makanya Lo gue bayar dengan sangat mahal untuk bekerja! Bukan untuk berleha-leha!" sindir Viktor tajam.Tono hanya bisa diam. Namun pria itu sedikit tersinggung dengan omongan Viktor kepadanya. Akan tetapi dia tidak dapat berbuat apa-apa selain hanya dapat menyimpannya di dalam hatinya.Viktor juga menyuruh asistennya untuk segera ke luar dari ruangannya."Lo mau menunggu apa lagi Tono? Lakukan yang gue minta!" seru Viktor marah."Baiklah, Tuan Muda. S
"Itu artinya jika Mami Lila mendukung ku secara utuh. Dengan memberi lampu hijau kepadaku untuk masuk ke dalam kamar Tante Yana!" ucapnya, lalu dengan penuh semangat Indra pun masuk ke dalam kamar sang calon istri.Sesampai di dalam kamar, ternyata tidak ada seorang pun yang berada di sana. "Lho ... kok kamarnya malah sepi?" serunya kepada dirinya sendiri.Indra pun mulai mengitari pandangannya di dalam kamar itu. Kamar pribadi sang calon istri terlihat sangat rapi dan asri. Interior kamar tersebut sungguh begitu elegan. Dipadukan dengan warna dinding yang sangat lembut untuk dipandang.Lalu tiba-tiba, pintu kamar mandi terbuka. Yana yang baru selesai mandi langsung masuk ke dalam kamar pribadinya dengan hanya memakai handuk mini yang menutupi tubuhnya.Melihat pemandangan yang sungguh langka di hadapannya.Membuat Indra beberapa kali menelan ludahnya. Sepertinya sang pria mulai tergoda dengan lekuk tubuh Yana yang sungguh begitu seksi. Wanita dewasa itu, masih belum menyadari kebe
"Baiklah, aku akan ke luar. Tapi ingat! Pasang kembali cincin itu di jari manismu!""Cih! Siapa kamu nyuruh-nyuruh aku? Dasar bocah!" jawab Yana ketus."Tante, aku ini adalah calon suamimu! Tolong jangan membuatku marah! Ayo segeralah ganti baju, aku menunggumu di luar," sergah Indra lalu benar-benar ke luar dari kamar sang calon istri. "Suka banget sih memerintah!" tukas Yana lalu segera beranjak dari ranjang dan berjalan menuju pintu kamarnya untuk mengunci pintu dari dalam. Wanita itu kembali duduk di depan cermin dan mulai memoles wajahnya dengan make up tipis. Yana juga mulai memakai dress di atas lutut berwarna peach yang semakin membuatnya menjadi sangat cantik pagi itu.Tak lupa Yana mengambil cincin pemberian Indra di dalam laci meja riasnya. Dia terpaksa memakai cincin itu dari pada sang calon suami akan semakin marah kepadanya.Setelah dirinya rasa penampilannya telah rapi dan cantik. Yana pun mulai ke luar dari dalam kamarnya.Dari kejauhan sang wanita dapat mendengar ge