"Yana! Mau sampai kapan kamu betah melajang? Umur mu telah genap tiga puluh lima tahun sekarang, tapi kamu sekali pun tidak pernah mengenalkan seorang lelaki kepada keluarga besar kita," seru Nyonya Lila kepada anak gadisnya yang sangat keras kepala itu."Apaan sih, Mami. Reseh banget, deh! Menikah dan sejenisnya masih jauh dalam jangkauan pikiranku," ucap Yana dengan nada kesal."Terus mau sampai kapan kamu terus begini, Yana? Apakah kamu menunggu Fred Levin, pria tua itu menceraikan istrinya, baru kamu akan menikah dengannya?" "Mami! Fred sudah bahagia dengan gadis pilihannya. Aku masih ingin sendiri, bukan karena dirinya. Perihal masa depanku tidak ada sangkut pautnya sedikit pun dengan Fred. Jadi tolong Mami, kalau ngomong itu kira-kira dong!" sengit Yana penuh amarah.Yana Ilone Handoko seorang wanita independen yang bekerja di perusahaan milik keluarganya, yang menjabat sebagai direktur keuangan. Pernah mengalami jatuh cinta yang sangat mendalam kepada seorang pria teman kulia
Yana yang telah berada dibawah pengaruh minuman beralkohol. Mencoba menajamkan penglihatannya dan melihat wajah pria yang sedang menopang tubuhnya saat ini."Kamu siapa? Kok berani-beraninya, memeluk tubuh saya?" serunya marah.Indra dapat mencium bau wine yang sangat menyengat dari tubuh Yana saat ini."Tante Yana, ini gue Indra.""Hah? Indra? Siapa kamu? Saya tidak mengenal Anda! Lepas! Saya ingin pergi dari tempat ini!" ucap Yana lalu menghempas tubuh Indra, sampai pemuda itu terjatuh di lantai.Namun bersamaan dengan itu, Yana juga terjatuh karena kepalanya yang tiba-tiba pusing dan pandangannya menjadi gelap. Akan tetapi dengan siap Indra segera bangkit dari lantai. Lalu menahan tubuh Yana yang hampir saja terbentur di lantai keras toilet itu."Tante Yana! Bangun! Anda kenapa?" seru Indra khawatir.Namun Yana tidak merespon. Dia benar-benar pingsan saat ini."Sial! Apa yang harus gue lakukan!" Indra juga berada dibawah pengaruh minuman beralkohol saat ini.Dengan sigap pria it
Setelah menaburkan darah ayam di atas sprei. Wanita tadi mulai mengambil beberapa foto keduanya dan gambaran kondisi kamar yang sangat berantakan. Sementara sang pria mulai merekam wajah Yana dan Indra serta kondisi kamar saat ini. Setelah semua beres, keduanya saling memberi isyarat satu sama lain.Mengetahui jika rencana bos mereka berhasil, orang-orang tadi segera ke luar dari dalam kamar tersebut menuju lantai bawah.Keduanya meninggalkan bar tersebut melalui pintu belakang. Sehingga tidak ada orang lain yang mengetahui tindakan mereka. Ruang cctv juga telah dikendalikan oleh anak buahnya sehingga tidak ada bukti yang di dapatkan nantinya. "Semua telah beres! Ayo kita segera meninggalkan tempat ini!" bisik salah seorang koordinator penyerangan itu. Secara perlahan orang-orang itu pun mundur. Ternyata Nino dan Kaleb benar-benar jago bela diri sehingga merela tak terkalahkan sedikit pun."Hei, pecundang! Kalian kok malah pergi!" teriak Nino geram."Dasar penakut!" Kaleb menjadi i
Pagi pun tiba, Kediaman Aharon."Indra Aharon! Di mana kamu!" hardik Tuan Irwan Aharon yang baru saja tiba di rumah pribadinya setelah melakukan perjalanan bisnis dari luar kota.Sang istri yang sedang sibuk di taman yang berada di samping rumahnya merasa kaget dengan suara suaminya yang begitu besar, menggelegar saat ini.Nyonya Endang segera masuk ke dalam rumah dan hendak menemui suaminya yang sedang marah-marah kepada para maid, karena tidak menemukan keberadaan sang putra, Indra."Maaf, Tuan Besar. Kami telah mencari Tuan Muda Indra di dalam kamar pribadinya. Namun dia tidak berada di sana," ucap salah satu maid mencoba menjelaskan kepada Tuan Irwan yang sedang emosi."Anak kurang ajar! Kalian cari dia sampai dapat! Jika tidak saya akan pecat kalian semua!" hardik Tuan Irwan penuh amarah.Nyonya Endang yang baru saja sampai di ruang tv rumahnya. Begitu sangat kaget mendengar suaminya yang sedang marah-marah, dan penyebab sang suami naik pitam adalah Indra, putra kesayangan merek
"Mami, sepertinya latar belakang gadis itu tidak begitu penting saat ini. Mau tidak mau Indra harus mempertanggungjawabkan perbuatannya yang telah menodainya. Apakah Mami tidak lihat noda darah yang banyak di atas seprei tadi?" tutur sang suami."I ... iya, Pi. Gadis itu sudah tidak suci lagi, dan semua karena Indra." Nyonya Endang sudah tidak dapat menyembunyikan rasa sedihnya saat ini mengingat kejadian yang menimpa putranya.Tak berapa lama setelah itu, ponsel Asisten Aji berdering. Dia pun segera mengangkatnya. Ternyata panggilan telepon itu berasal dari salah seorang anak buahnya yang menginformasikan jika keberadaan Indra telah ditemukan.Asisten Aji segera menginformasikan hal tersebut kepada Tuan dan Nyonya Aharon."Tuan, Nyonya. Lokasi Tuan Muda telah ditemukan," serunya kepada kedua majikannya."Papi, ayo kita segera ke sana!" seru Nyonya En kepada suaminya."Iya, Mi. Kita memang harus te tempat itu dan menemui Inda. Aji tolong antar kami ke sana," perintahnya kepada sang a
"Bertanggung jawab apa maksudmu, Indra! Kamu jangan semakin bercanda!" Yana menjadi gusar. Apa lagi noda darah begitu banyak bertebaran di atas kasur empuk itu."Tidak! Ini tidak mungkin terjadi!" seru Yana tak percaya jika dirinya dan Indra, Si bocah ingusan itu telah melakukan hubungan layaknya suami dan istri. "Tante, aku minta maaf. Aku memang tidak mengingat sedikit pun, apa yang telah terjadi tadi malam. Tapi Tante harus tahu, aku tidak akan lari dari tanggung jawabku!" ujar Indra dari kesungguhan hatinya."Apa? Kamu mau bertanggung jawab? Apakah kamu sudah gila Indra? Aku lebih tua sebelas tahun dari mu! Kamu jangan bercanda, deh! Dasar bocah!" Yana kesal bukan kepalang saat ini."Apa, Tante? Aku hanya seorang bocah?""Yaiyalah! Malah pakai nanya lagi kamu!" ketus Yana lagi. Sepertinya sang wanita dewasa, sangat marah saat ini. Setelah memakai kembali pakaiannya, Yana berencana hendak ke luar dari kamar tersebut. "Cih! Tapi bocah inilah yang membuat Tante sampai berdarah-da
"Papi! Mami!" kaget Indra.Sementara dengan spontan Yana bersembunyi di belakang punggung lebar pria muda itu."Indra, aku takut!" bisiknya penuh kecemasan.Indra dapat merasakan ketakutan Yana. Tiba-tiba saja tangan wanita itu, yang berada di dalam genggamannya dari tadi, menjadi sangat dingin. Mengisyaratkan rasa takut yang mulai mengintainya. Kebetulan layar LED itu masih menyala, yang menunjukkan foto-foto keintiman diantara Yana dan Indra. Lalu sang ayah berkata lagi,"Kamu sudah melihat perbuatanmu? Semuanya telah menjadi sangat heboh sekarang!" hardik sang ayah."Maaf, Pi. Aku sangat menyesal atas kejadian ini," ucap Indra tegas."Maaf, kamu bilang? Setelah apa yang telah kamu lakukan? Kamu telah mencoreng nama baik keluarga besar kita, Indra! Kamu sudah tahu, jika saham perusahaan terjun bebas pagi ini!" hardik Tuan Irwan tak dapat menahan emosinya."Maaf, Papi. Saya akan mempertanggungjawabkan semuanya," sahutnya tegas."Tanggung jawab apa yang hendak kamu lakukan Indra! Ka
"Nona, Anda jangan sembarangan menghajar Tuan Muda, Indra!" teriak Kaleb marah dan tidak terima dengan sikap arogansi yang ditunjukkan oleh Cici."Lho, memangnya kenapa? Lo pikir gue takut apa? Dia wajib digebukkin karena telah berani merusak masa depan sahabat gue!" teriaknya semakin lantang.Yana hendak angkat bicara, namun Cici tidak memberinya kesempatan untuk bicara.Lalu Nyonya Endang yang kesal dengan putranya, juga mulai angkat bicara, "Hajar saja, Nak! Jangan kasi ampun!" sergah sang ibu."Mami! Kok Mami malah mendukung jika aku dibikin babak belur, sih?" Indra menjadi kesal kepada ibunya."Karena kamu memang berada dipihak yang salah. Jadi untuk apa Mami membelamu?" ketus Nyonya Endang.Cici semakin berada di atas angin karena ibunda dari Indra malah mendukungnya."Lo pikir Lo siapa berani melakukan itu kepada Yana?" Anggi juga ikut-ikutan menyudutkan Indra.Namun dengan lantang Indra berkata, "Aku adalah pacarnya Yana!" "Apa?" kaget Anggi dan Cici berbarengan. Keduanya