Jemy masih menunggu duduk di atas batang kayu, duduk diam seperti orang linglung. Sudah lewat tengah hari dan Adam belum juga kembali. Berbagai bayangan mengerikan sedang memenuhi kepalanya dan dia tidak bisa berhenti memikirkannya. Bagaimana jika Adam benar-benar tidak pernah kembali dan Jemy yakin dirinya pasti akan segera gila. Dia tidak mau hidup sendiri dengan lumba-lumba, bahkan selembar foto Adam pun dia tidak punya. Mungkin akan lebih memilih mengunyah buah apel beracun dari pada harus hidup sendiri tanpa Adam lagi.
Jemy mulai mengoreskan ranting di atas pasir coba menggambarka senyum Adam yang bisa dia ingat, karena ternyata dia sudah sangat rindu dan takut jika sampai melupakannya. Dia sudah coba berulang-ulang tapi tetap tidak bisa menggambarkannya dengan benar. Adam selalu memiliki senyum cemerlang dengan deretan gigi rapi serta sedikit taring kecil yang membuatnya terl
Walau selama ini Adam yang selalu mencari ikan untuk mereka, tapi Jemy yakin dirinya juga bisa mengantikan semua tugas pria itu. Jemy cepat-cepat mengambil ikan yang tersangkut di jaring kemudian buru-buru kembali ke gubuk mereka karena tidak mau lama-lama meninggalkan Adam. Adam masih belum bisa bergeser ketika ia kembali, karena pagi ini kakinya justrub terlihat semakin bengkak."Apa rasanya masih sangat buruk?" Jemy segera menghampirinya dengan cemas."Tidak ini hanya masih kaku karena bengkak dan aku yakin akan segera membaik besok atau lusa."Jemy ingin mempercayai semua perkataan Adam karena dia juga masih sangat takut jika luka tersebut jadi infeksi."Akan kuganti perbannya dengan yang baru setelah kita sarapan."
Jemy duduk di batang kayu dan menghitung jumlah goresan yang sudah dia buat di sana. Sudah lewat empat bulan mereka berada di pulau, empat bulan yang terasa lebih lama dari empat tahun. Dia mendongak ke atas langit melihat burung-burung camar yang beterbangan di hari yang sedang cerah tapi dirinya seperti sudah tidak memiliki harapan hidup. Tadi malam demam Adam semakin tinggi dan sempat hilang kesadaran. Jemy tahu jika ini akan berakhir buruk, mereka sudah sama sekali tidak memiliki persediaan obat dan tidak bisa minta pertolongan kemanapun. Ia sedang sangat takut tapi tidak tahu juga dengan siapa harus berbagi ketakutannya.Adam semakin lemah walau dia berusaha tidak mengeluh tapi pasti yang dirasakannya juga sedang tidak mudah. Bukan hanya fisiknya saja yang sakit, tapi hatinya juga sedang sangat sakit karen tidak bisa membayangkan bagaimana jika dia pergi dan meninggalkan wanit
Jemy dibawa pulang ke rumah orang tuanya sementara Adam masih harus menjalani operasi dan Erica sendiri yang akan menanganinya. Sebenarnya Jemy sangat cemas dan ingin ikut bersama Adam, tapi rasanya memang tidak mungkin. Adam sudah bersama Erica dan kedua orang tuanya, Adam akan baik-baik saja. Saat itu juga Jemy langsung ikut melihat orang tuanya sendiri dan jadi kembali tidak bisa berpikir. Otaknya tiba-tiba kosong ketika harus ikut mempertimbangkan perasaan mereka. Sebaiknya dia memang harus bersikap sebagaimana mestinya dan jangan berulah. Apa lagi dengan begitu banyak kamera di depannya. Bahkan beberapa mobil wartawan masih mengikuti mereka sampai di rumah dan sebagian malah sudah menunggu di sana. Jemy benar-benar tidak habis pikir bakal seheboh apa berita ini. Jemy langsung di bawa masuk ke dalam rumah oleh dua orang ajudan ayahnya. Dua orang prajurit bertubuh kekar tanpa seragam membantunya membelah kerumunan dan langs
"Terima kasih kau sudah mengurusnya," kata Erica saat akhirnya mereka memiliki kesempatan untuk bicara berdua.Menurut Erica sangat luar biasa karena adik perempuanya yang ceroboh itu ternyata bisa mengurus orang lain."Sebenarnya dia yang lebih banyak mengurusku sebelum kakinya digigit hiu," santai Jemy dengan nada acuh seperti gaya khasnya.Erica hanya mendengus maklum karena sudah sangat mengenal sifat adik perempuanya. Tapi dia masih tersenyu mentap Jemy dengan kelegaan yang tidak bisa diungkapkan."Tidurlah bersamaku malam ini.""Sejak kapan kau takut tidur sendiri dan minta ditemani? " Jemy pura-pura menggerutu meskipun sebenarnya dia tidak pernah keberatan.
Setelah satu minggu hanya berada di atas ranjang Adam benar-benar mulai jenuh dan rindu dengan Jemy yang justru sama sekali tidak muncul. Memang agak keterlaluan apa lagi saat Adam tahu Jemy justru sudah kembali ke LA.Meski menurut Erica adik perempuannya tergesa-gesa karena urusan pekerjaan yang mendesak tapi tetap saja bagi Adam keterlaluan, karena tidak memberitahunya sama sekali. Adam bisa mengerti jika Jemy beralasan tidak bisa keluar rumah karena menghindari media, tapi ini nyatanya dia malah sudah sampai di LA. Bahakan dari kemarin ponselnya sama sekali tidak bisa dia hubungi.Rasanya ingin sekali Adam membanting ponsel di tangannya karena lima kali panggilannya pagi ini belum direspon sama sekali. Memang sesibuk apa pekerjaannya hingga sampai mengangkat telpon pun dia tidak sempat. Sepertinya memang lebih muda
Sebenarnya di tempat lain Jemy juga tak jauh berbeda. Bahkan saat kemarin media meliput mengenai rumah nelayan dan lumba-lumba Jemy langsung ingat cincin pemberian Adam dan kedua foto anak -anak yang masih rapi disimpannya. Jemy mengeluarkan dua benda itu dari kotak kecil dan memperhatikannya lagi.Walau media sedang heboh membahas kisah mereka, tapi sampai saat ini tidak pernah ada yang tahu cerita tentang nelayan, lumba-lumba dan foto kedua anak kecil yang juga masih selalu dibawanya kemana-mana. Jemy hanya sedih karena belum sempat untuk mencarinya. Mendadak kesibukannya belakangan ini memang luar biasa.Jemy kembali memperhatikan cincin dari kulit kerang dan mutiara kebiruan yang Adam rekatkan hanya dengan getah kayu. Warna biru yang cantik, seperti pantai dan langit biru dengan para camar. Tanpa terasa Kristal bening mu
Jemy benar-benar meyempatkan untuk datang ke Bali di sela rutinitas kesibukannya yang sedang luar biasa. Bahkan dia tidak memberi tahu Erica mengenai kepulangannya ke Indonesia. Jemy pergi diam-diam karena Tara mengaku tidak nyaman dengan media, dia mengajukan syarat itu sebelum setuju untuk bertemu.Jemy sudah berada di pantai Kuta melihat ke sekeliling wisatawan yang sedang ramai memasuki masa libur musim panas. Mustahil bisa mengenali seseorang dalam keramaian seperti itu. Jemy menghubungi nomor telpon yang di berikan Tara dan berharap segera di angkat karena ia terlihat aneh dengan pakaiannya yang tidak cocok untuk berada di pantai. Jemy memang langsung dari bandara cuma singgah di hotel sebentar tanpa sempat berganti pakaian dan langsung kemari. Tara minta agar Jemy mencarinya ke pantai, pemuda itu baru mengatakannya ketika dirinya sudah berada di dalam taksi. Tara menga
Jemy tidak menyangka jika foto-foto pertemuan dengan Tara kemarin tiba-tiba sudah muncul di media online. Buru-buru Jemy menghubungi pemuda itu untuk minta maaf."Sorry... " Jemy benar-benar merasa tidak enak karena Tara sudah berulang kali menegaskan tidak mau terekspose media."Sudahlah, tidak apa-apa kau tidak perlu minta maaf. ""Apa kau tidak keberatan aku bertemu keluargamu akhir pekan ini? ""Ya, kita akan tetap pergi. "Mereka tetap pergi di akhir pekan dan siap dengan konsekuensi dan gosip yang bakal kembali viral. Bahkan Jemy geli hanya membaca judul dari artikel yang membahas tentang mereka. Kadang media memang bisa jadi keterlaluan.Jemy sudah berusaha berpakaian tidak mencolok bahkan dia tidak keberatan memakai hoodie kebesaran yang dipinjamkan Tara. Tara langsung menarik Jemy untuk masuk ke dalam mobil yang sudah menjemput mereka. Rumah keluarga Tara kurang lebih masih satu jam lagi perjalanan darat dari bandara. Jemy cob