Dosen Killer Itu Calon Suamiku

Dosen Killer Itu Calon Suamiku

last updateLast Updated : 2025-11-25
By:  NareswariUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
7Chapters
3views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Tiara Magdalena Friedrich mendapat penolakan terus pada skripsinya dari Bima Wicaksana, dosen pembimbingnya yang terkenal killer. Suatu ketika, Tiara malah terlibat cinta satu malam dengan Bima dan akhirnya dia harus terjebak dengan permainan gila dosennya itu demi mendapatkan acc skripsinya dan lulus tahun ini. Namun, di tengah permainan itu, rupanya Angelina Tan, istri Bima, datang dan berusaha untuk menghancurkan mereka.

View More

Chapter 1

Bab 1: Terjebak Permainan Dosen

“Kamu benar-benar … perkasa!”

Tiara mendesah. Napasnya tersengal. Dia tenggelam dalam permainan seorang pria kekar dan tampan yang kini berada di atas tubuhnya.

Penerangan di kamar hotel nomor 111 sengaja dipadamkan. Namun cahaya rembulan masuk melalui jendela yang terbuka, menciptakan siluet indah sepasang kekasih dadakan.

Si pria tampan terus menggerakkan pinggulnya. Sosoknya terlihat semakin seksi.

“Kamu yakin nggak akan menyesal kalau kita teruskan permainan hot ini?”

Wajah Tiara merona merah. Dia menggelengkan kepala sambil memeluk tubuh pria itu dengan erat.

Tiara mendesah, “Aaahhh …”

Keduanya terus bergerak mengikuti irama musik orkestra yang diputar pada layar TV.

“Punya kamu ini … ternyata masih disegel, ya,” gumam si pria.

Malam semakin larut. Mereka kelelahan dan tertidur pulas setelah bermain tiga ronde.

Keesokan paginya.

Tiara terbangun karena cahaya matahari pagi yang menyilaukan.

Perlahan, Tiara membuka matanya. Dia mengerjap-ngerjap sebentar. Muncul ingatan tentang semalam. Saat itu juga, dia tersadar.

Tiara menatap tangan besar yang melingkar di atas perutnya. “Ini … tangan siapa?”

Tiara terkejut mengetahui bahwa dia berada di sebuah kamar hotel bersama pria yang tidak dikenalnya.

Dengan rasa penasaran yang bergejolak, Tiara menoleh. Dia ingin tahu, pria mana yang sedang tidur di sampingnya!

‘Astaga! Pak Bima?!’ pekik Tiara di dalam hati. ‘Kok dia bisa di sini?!’

Tiara menyingkirkan tangan Bima dengan sangat lembut, khawatir akan membangunnya.

Sambil menahan nyeri pada bagian kewanitaan, Tiara bangkit dari ranjang besar. Dia mengambil pakaiannya yang tercecer di lantai dengan cepat.

“Astaga! Badanku rasanya mau rontok,” keluh Tiara, pelan.

Dalam hitungan dua menit, Tiara selesai mengenakan pakaiannya. Lalu, merapikan rambutnya sebentar dan mengambil tas tangan di atas meja.

‘Ya Tuhan! Apa yang sudah aku lakukan?’ jeritnya dalam hati. ‘Bodohnya aku!’

Saat Tiara hendak melangkah pergi, Bima mencengkram lengan Tiara dengan erat.

“Kamu mau ke mana, Tiara?” tanya Bima, ketus.

Mata Tiara melotot. ‘Mampus aku!’

Tiara kemudian menoleh.

Tampak tubuh Bima yang kekar hanya mengenakan celana boxernya. Ototnya begitu nyata. Kulitnya yang putih dan tegap, dengan sorot matanya yang tajam membuat Tiara terpana hingga membayangkan kejadian semalam.

Tiara begitu terpesona dengan ketampanan dosen pembimbingnya itu. ‘Sayangnya, tubuh Pak Bima tidak mungkin kumiliki!’

Tiara terkejut dengan pikirannya sendiri. Dia menepuk-nepuk kepalanya untuk mengusir pikiran-pikiran aneh itu.

Lalu, Tiara meringis. “P-pak Bima, maafkan saya. Saya mohon. Anggap semalam tidak ada kejadian apa-apa.”

Sebelah alis Bima naik. “Bagaimana bisa saya melupakan permainan kita semalam? Kamu begitu …”

Bima kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Tiara. “Perkasa.”

Tiara bergidik mendengarnya. Namun, Bima justru menyeringai.

Tiba-tiba Tiara ingat mengatakan kalimat itu dengan suara yang menggoda semalam. Tiara menggeleng, mencoba mengusir semua bayangan yang muncul di dalam pikirannya.

Tiara menyatukan kedua telapak tangan di depan wajahnya.

“Saya mohon, Pak. Maafkan saya. Saya tidak ingat bagaimana kita bisa berakhir di sini berdua. Tolong, maafkan saya dan lupakan kejadian ini, Pak.”

Melihat Tiara memelas dengan sangat, Bima pun menyetujuinya dengan cepat. Sepertinya, dia memiliki ide yang cemerlang.

“Kalau begitu,” ucap Bima sambil memegang kedua lengan Tiara.

Bima membalikkan badan Tiara dengan cepat. Lalu, menduduki Tiara di pangkuannya. Tanpa segan, dia mendekatkan wajahnya di telinga Tiara dari belakang.

Bima berbisik, “Kamu harus terus mengikuti permainan saya.”

Tiara kembali bergidik. Sekarang lebih kepada geli karena suara dan napas Bima begitu jelas di telinganya.

“T-tapi, Pak–”

Baru saja Tiara mau nyerocos, Bima sudah langsung memotong kalimatnya.

“Tidak ada tapi-tapian. Kalau tidak, skripsi kamu saya batalkan semester ini. Jadi, kamu harus mengulangnya tahun depan dari nol! Bagaimana? Kamu sendiri yang menentukan pilihan, loh.”

Wajah Tiara cemberut. “Pak …”

Bima berdiri, membiarkan Tiara berperang dengan perasaan dan akal sehatnya sendiri. Dia mengambil pakaiannya yang juga tercecer di mana-mana. Dan memakainya dengan cepat.

Bima mengancingkan lengan kemejanya. “Jangan lama-lama mikirnya, Tiara!”

Tiara bingung. Dia tidak mungkin mengikuti permainan Bima yang jelas-jelas sudah beristri. Tiara tidak mau dicap sebagai perusak rumah tangga orang. Apalagi, Bima adalah Dosen pembimbingnya sendiri.

Tapi, Tiara juga tidak ingin skripsinya dibatalkan.

Pilihan ini benar-benar membuat Tiara bingung!

Tiara harus segera lulus agar bisa segera bekerja dan meneruskan bisnis ayahnya. Dia tidak mungkin menunda skripsi, karena ayahnya sedang sakit.

“P-pak,” ucap Tiara setelah bergelut dengan pikirannya sendiri. “Saya akan mengikuti permainan Bapak.”

‘Sudah kepalang basah, sekalian aja nyebur!’ pekiknya dalam hati.

Bima tersenyum sinis. “Bagus. Kalau begitu, sekarang kamu boleh pulang. Dan besok, temui saya di kubikel jam 8 pagi.”

“B-baik, Pak,” sahut Tiara tanpa ada jeda.

Tiara pamit meninggalkan Bima dengan gelisah.

Sesampainya di luar kamar hotel, Tiara memastikan tidak ada seorang pun yang mengenalnya. Tiara berjalan dengan perlahan sambil celingukan.

“Kalau kejadian ini sampai viral, bisa-bisa aku dilabrak istrinya Pak Bima, bahkan dikeluarkan dari kampus,” ujar Tiara, pelan.

Setelah sampai di lobi depan, Tiara, segera menghampiri taksi yang sedang terparkir rapi.

Tiara membuka pintu mobil. “Jalan Garuda no. 19 ya, Pak!”

Sopir taksi mengangguk. Taksi melaju bebas di jalan raya.

Di dalam taksi, Tiara menepuk dahinya. Dia menyadari kebodohannya.

‘Apa-apaan, sih? Kenapa aku jadi terjebak begini?!’

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

No Comments
7 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status