Beranda / Horor / SUSUK TERATAI PUTIH / BAB-36 KELOPAK BUNGA DAN INANGNYA

Share

BAB-36 KELOPAK BUNGA DAN INANGNYA

Penulis: UMMA LAILA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-21 01:36:54

“Sepertinya Bapak ingin mencoba sesuatu dulu, Bu. Tolong ambilkan air putih di dapur,” ujar Kyai Ibrahim pelan namun tegas.

Bu Nyai Ambar tidak membantah sedikit pun. Ia segera menuruti perintah suaminya, melangkah cepat ke dapur meski dadanya masih berdebar melihat keadaan Seruni.

Kini, di dalam kamar sederhana yang tak terlalu luas itu, hanya tersisa Kyai Ibrahim, Nur, dan Seruni yang masih terikat di ranjang.

“Nur, ke belakang. Ambil wudhu. Suruh juga ibumu berwudhu. Kita akan berdoa di sini,” perintah Kyai Ibrahim lagi.

“Baik, Pak...” Nur mengangguk, lalu mengikuti jejak ibunya menuju belakang rumah.

Kesunyian seketika menyelimuti ruangan. Hanya terdengar suara napas Seruni yang teratur namun terasa berat. Gadis itu tampak tenang setelah tadi ditampar Nur—atau mungkin karena muntahan kelopak bunga yang keluar dari mulutnya.

Kyai Ibrahim menatapnya tajam dari kejauhan. Sorot matanya menyelidik, mencoba menembus tirai kegelapan yang masih melingkupi tubuh Seruni.

“Seruni...” panggil
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-37 BAYANGAN DI JALAN

    Di saat Kyai Ibrahim sedang berjuang keras membantu Seruni, bahkan baru saja menemukan jalan keluar bagi penderitaan gadis itu, sesuatu yang tak terduga terjadi di luar sana.Pak Ahmad, ayah Seruni, masih berdiri di tengah jalan desa yang sepi. Angin malam berhembus dingin, membawa aroma tanah basah bercampur bau anyir yang samar-samar menusuk hidung. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, seperti sedang menunggu seseorang.Dan benar saja—tiba-tiba matanya menangkap sosok yang begitu ia kenal.Seorang lelaki tua muncul dari arah jalan setapak. Tubuhnya kurus namun tegap, wajahnya keras dan berkerut dalam, matanya tajam menyorot dari balik kerlip lampu sentir yang dibawanya. Ia mengenakan baju lurik yang sudah lusuh, celana cokrang hitam, dan sebuah blangkon menutupi kepalanya. Di tangan kirinya tergenggam erat buntalan kain hitam, seolah menyembunyikan sesuatu di dalamnya.“Mbah Bejo...?” suara Pak Ahmad tercekat, namun segera berubah menjadi lega. Ia segera menghampiri sosok itu dengan waj

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-36 KELOPAK BUNGA DAN INANGNYA

    “Sepertinya Bapak ingin mencoba sesuatu dulu, Bu. Tolong ambilkan air putih di dapur,” ujar Kyai Ibrahim pelan namun tegas.Bu Nyai Ambar tidak membantah sedikit pun. Ia segera menuruti perintah suaminya, melangkah cepat ke dapur meski dadanya masih berdebar melihat keadaan Seruni.Kini, di dalam kamar sederhana yang tak terlalu luas itu, hanya tersisa Kyai Ibrahim, Nur, dan Seruni yang masih terikat di ranjang.“Nur, ke belakang. Ambil wudhu. Suruh juga ibumu berwudhu. Kita akan berdoa di sini,” perintah Kyai Ibrahim lagi.“Baik, Pak...” Nur mengangguk, lalu mengikuti jejak ibunya menuju belakang rumah.Kesunyian seketika menyelimuti ruangan. Hanya terdengar suara napas Seruni yang teratur namun terasa berat. Gadis itu tampak tenang setelah tadi ditampar Nur—atau mungkin karena muntahan kelopak bunga yang keluar dari mulutnya.Kyai Ibrahim menatapnya tajam dari kejauhan. Sorot matanya menyelidik, mencoba menembus tirai kegelapan yang masih melingkupi tubuh Seruni.“Seruni...” panggil

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB 35 APA ITU?

    Seruni akhirnya benar-benar diikat. Tangan kanan dan kirinya diikat pada sudut ranjang, sementara kedua kakinya diikat menjadi satu. Posisi Seruni duduk bersandar pada kepala ranjang. Matanya tertutup, nafasnya teratur, namun hawa dingin aneh masih menyelimuti kamar itu. Seolah, meskipun tubuhnya terkurung, jiwa di dalamnya masih berkeliaran bebas. Pak Ahmad duduk di sisi tempat tidur, menatap wajah putrinya yang pucat dan dingin. Hatinya perih. “Maafkan Bapak, Nak...” gumamnya lirih, menggenggam ujung kain yang menutupi kaki Seruni. Bu Nyai Ambar berdiri di depan pintu, masih memegang tasbih, sementara Kyai Ibrahim berdzikir dalam hati. Wajahnya tegang, namun tatapannya tetap tenang. Ia tahu, ini belum berakhir. Bahkan mungkin, ini baru permulaan dari badai yang lebih besar. Tiba-tiba, Seruni menggeliat pelan. Matanya masih terpejam, tapi bibirnya mulai bergerak. “Dia datang...” bisiknya lirih, nyaris tak terdengar. “Dia marah...” Pak Ahmad menegang. “Siapa, Nak? Siapa yan

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB 34 KENAPA BAPAK MEMBUANGKU?

    "Tenang, Pak Ahmad." Kyai Ibrahim, yang juga melihat apa yang dilihat oleh Pak Ahmad, berusaha menenangkan tamunya itu, padahal dirinya sendiri tidak dalam keadaan baik-baik saja."A'udzu billahi minasy-syaithanir rajim."Kyai Ibrahim segera melafalkan doa, suaranya tegas dan penuh keyakinan. Seketika, sosok gelap di sudut rumah itu menjerit keras, suaranya melengking menusuk telinga.Pak Ahmad dan yang lainnya refleks menutup telinga mereka, kecuali Kyai Ibrahim yang terus melanjutkan doanya tanpa gentar. Suara jeritan semakin menggema, hingga tiba-tiba...Ckkkrrsshhh...Bau gosong menyengat memenuhi ruangan, bersamaan dengan lenyapnya sosok hitam itu.Bu Nyai Ambar masih terisak di sudut ruangan, tubuhnya bergetar hebat. Tangannya mencengkeram gamis yang dipakainya, mencoba menenangkan diri setelah menyaksikan kejadian yang begitu mengerikan.Seruni terduduk di lantai dengan tatapan kosong. Napasnya memburu, tangannya yang terluka masih meneteskan darah akibat goresan keris Wulu Ire

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB 33 SERUNI DAN SOSOK LAIN

    "Aku masih tidak setuju sebenarnya, Pak," Bu Nyai Ambar berkata pelan setelah memastikan bahwa Pak Ahmad sudah pergi."Yang ikhlas ya, Bu. Ini juga demi Nur. Pokoknya, Bapak punya rencana, Ibu bantu doakan," Kyai Ibrahim tersenyum sambil mengusap pelan lengan istrinya."Baik, Pak. Saya percaya sama Bapak." Bu Nyai Ambar lagi-lagi hanya bisa pasrah dan berdoa agar keputusan suaminya membawa kebaikan bagi semuanya.Sementara itu, Pak Ahmad berlari tergesa-gesa menuju rumahnya. Napasnya memburu, pikirannya penuh dengan berbagai kemungkinan. Ia harus segera membawa Seruni ke rumah Kyai Ibrahim sebelum berangkat menemui Mbah Bejo.Setibanya di rumah, tanpa ragu, ia langsung menuju kamar Seruni. Dengan sekali dorongan kuat, pintu kamar terbuka lebar, menimbulkan suara dentuman yang cukup keras."Seruni! Bangun, Nak!" suara lantang Pak Ahmad memenuhi ruangan.Gadis itu terkejut. Matanya yang masih berat karena kantuk terbuka perlahan. Tubuhnya yang kurus tampak menggeliat, berusaha menyesuai

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB 32 KEPUTUSAN UNTUK SERUNI

    Begitu sampai di dalam kamar Seruni, Pak Ahmad mendapati anak gadisnya hanya sedang tidur lelap. Sinar matahari sore menembus jendela kamar, membiaskan cahaya ke wajah Seruni yang tampak damai. Namun, bagi Pak Ahmad, pemandangan itu justru membuatnya semakin waspada. Ia berdiri di ambang pintu, menahan napas, memastikan apakah ada hal yang tidak biasa. Ketakutan masih mencengkeram pikirannya, membayangkan kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi pada Seruni. Lututnya mendadak lemas, membuatnya terduduk di lantai. Ia bersandar pada pintu kamar sambil mengusap wajahnya yang dipenuhi keringat dingin. "Apa benar dia baik-baik saja? Apa Sumirah sudah menyentuhnya?" gumamnya dalam hati. Di luar, suara burung yang kembali ke sarangnya bersahut-sahutan, mengingatkan bahwa sebentar lagi Magrib tiba. Namun, Pak Ahmad tidak bisa tenang. Ia masih merasakan hawa yang tidak biasa, seolah-olah Sumirah masih mengintainya. "Ini nggak bisa begini. Aku harus segera bertemu dengan Kyai Ibrahim s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status