Pria di depan Satria langsung melompat mundur saat panah-panah berapi mulai melesat menuju Satria. Dengan lincah Satria melompat kesana kemari menghindari panah yang menghujaninya dari langit, tapi meski dia bergerak cepat menghindari panah sebanyak itu tetap saja susah, beberapa bagian tubuhnya bahkan terserempet panah sampai mengeluarkan darah.
Teman-temannya yang melihat dari kejauhan terlihat menyeringai puas, Satria terus berusaha menghindari panah meski di beberapa bagian tubuhnya kini sudah terluka. Tapi itu lebih baik daripada harus mati, pada akhirnya semua panah sudah menancap di tanah. Satria tampak terengah-engah kelelahan karena terus bergerak tanpa henti.
“Ini buruk, jika saja aku memiliki senjata atau bisa menggunakan sihir mungkin akan jauh lebih mudah,” gumam Satria seraya tangannya bergerak untuk membenarkan kacamatanya. Tapi dia baru sadar ternyata dia tidak memakai kacamata sama sekali. Setelah diingat-ingat memang tidak ada item kacamata di dalam game MW RPG.
“Dia lumayan juga, kelihatannya kita harus menghadapinya secara bersamaan,” kata pria yang membawa pedang yang langsung melesat ke depan menyerang Satria.
Satria berusaha menggerakan kakinya dan berhasil menghindar ke samping, tapi dari sisi lain tiga anak panah melesat. Satria mencoba menghindarinya tapi satu anak panah berhasil menancap di bahu kirinya hingga mengeluarkan darah, Satria tampak meringis kesakitan. Tapi dari belakangnya sebuah pukulan melayang.
‘Beugh’
Punggung Satria terkena hantaman dari belakang, tapi pria yang membawa pedang tidak tinggal diam dan langsung mengayunkan pedangnya. Satria mencoba bergerak di tengah rasa sakit yang dia rasakan, ujung pedang yang melesat ke arahnya berhasil menyayat tangan kanannya sampai mengeluarkan darah.
“Burning slash!” ucap pria yang membawa pedang sembari menebaskan pedangnya ke udara.
Tebasan pedang itu langsung mengeluarkan api yang melesat diagonal menuju Satria, tapi Satria langsung melompat ke samping dan berhasil selamat. Api yang melesat itu langsung menebas pohon sampai terpotong diagonal dan terbakar.
“Jika mengenaiku tentu aku sudah mati,” batin Satria.
“Ini benar-benar solo vs squad. Tapi jika memang ini dunia game seharusnya aku juga bisa melakukan sihir dan semacamnya yang sudah aku miliki,” gumam Satria. Dia terus memikirkan cara bagaimana menggunakan sihir atau tehnik yang biasa dia lakukan dengan akun Loner King miliknya.
‘Beukh’
“Akh,” Satria meringis kesakitan karena dari arah yang tidak terduga seorang pria menghantamkan kakinya mengenai perut, darah mulai keluar dari tepi bibir Satria sebelum tubuhnya terpental dan jatuh di tengah aliran sungai yang deras. Tapi tidak sampai di situ karena wanita yang membawa tongkat sihir sudah berdiri di atas permukaan air serta langsung menghantamkan tongkatnya ke permukaan air.
“Water waves!” ucap wanita itu, seketika itu juga gelombang air besar langsung bergulung di sungai dan mengalir deras menghantam tubuh Satria yang berusaha berenang.
Tubuh Satria langsung tenggelam terbawa arus air yang begitu besar, dia berusaha terus menahan nafasnya dan bergerak menuju permukaan untuk mengambil nafas. Jika saja dia bisa menggunakan sihir mungkin dia bisa meredam sihir milik lawannya tersebut, tapi dia tidak tahu caranya. Di dalam game biasanya sihir, tehnik dan skill bisa digunakan dengan menekan kombinasi tombol di keyboard atau tombol di joystick konsol.
Satria berusaha menggerakan tangannya dengan harapan dia bisa menggunakan sihir, tapi itu semua percuma saja karena tidak ada sihir yang muncul. Tubuhnya terus terbawa arus air menuju ke hilir sungai. Setelah tubuh Satria menjauh terbawa gelombang air, wanita yang membawa tongkat langsung mengangkat tongkatnya ke atas.
“Lightning strike!” ucap wanita itu. dari langit tiba-tiba saja terlihat sebuah sambaran petir melesat menuju air sungai yang membawa Satria.
“Sial, wizard sialan!” pikir Satria saat melihat kilatan petir yang menghantam permukaan air di kejauhan. Mendadak saja tubuhnya tiba-tiba terasa sejuk, meski bingung kenapa tapi dia kini kembali fokus melihat serangan musuhnya.
Petir yang menghantam permukaan air langsung merambat melalui air, ikan-ikan yang ada di dalamnya langsung mengambang karena listrik yang menyengat mereka di dalam air. Satria berusaha berbagai cara untuk menggunakan sihir, dari mulai menggerakan tangannya, membaca mantra sihir asal-asalan, hingga berkonsentrasi penuh membayangkan dari tangannya keluar sihir namun semua itu sia-sia.
“Sial, apa aku akan mati sebelum membalas dendam?” pikir Satria sambil memejamkan matanya seakan pasrah saat melihat petir mulai merambat mendekatinya. Saat itulah dia membayangkan kembali bagaimana serunya bermain game Mythical World, bagaimana dia membantai satu squad sendirian. Saat itulah dia sadar ada hal yang belum dia coba untuk menggunakan kekuatan sihirnya, yaitu menyebut nama sihirnya secara langsung.
“Whirlwind!” ucap Satria, saat itu juga air di sekitarnya seakan terdorong oleh tekanan udara yang berputar membentuk pusaran angin. Tepat saat itu juga petir yang merambat di air langsung menghantam pusaran angin yang terbentuk di sekitar Satria.
‘Bbbbhhaaammmrrrr’
Terdengar ledakan besar saat benturan terjadi, ombak air yang menyeret Satria langsung berhamburan ke udara bagaikan ombak yang menghantam karang. Si wanita yang membawa tongkat sihir tampak tersenyum lalu melompat kembali ke daratan menghampiri teman-teman Satria.
“Dia pasti sudah tersengat petir itu sampai hangus dan mati tenggelam,” kata pria yang membawa pedang sambil mendekati Maya.
“Terima kasih tuan, sekarang kami selamat,” ucap Maya sambil memeluk pria tersebut yang malah terlihat kegirangan.
“Meski dia tidak mati tersambar petir, tapi di ujung sungai ini ada air terjun yang tinggi. Dia pasti akan mati jatuh dari air terjun tersebut,” timpal wanita yang membawa tongkat sihir.
“Kita sudah membereskan misi gelombang energi di kota ini, sekarang kita hanya perlu mengambil bayarannya dan pergi mencari misi lain,” kata pria yang tadi menyerang Satria dengan tangan kosong.
“Ya, kalian sebaiknya ikut dengan kami untuk keselamatan kalian,” tambah pria yang membawa pedang.
***
Sementara itu Satria berhasil selamat dari sambaran petir karena terlindungi sihir whirlwind miliknya, tubuhnya kembali terseret oleh arus air menuju ke hilir. Di kejauhan tampak ujung sungai menukik turun ke bawah, Satria berusaha bergerak ke daratan tapi sungai terlalu luas dan tenaganya juga sudah melemah setelah sekian lama tadi terombang ambing ombak besar yang menyeretnya.
Tubuh Satria langsung terbawa air yang jatuh melewati tebing, bebatuan terjal tampak terlihat di bawahnya. Dengan sisa tenaganya Satria mengarahkan tangan kanannya ke bawah, dia mulai mengingat ingat lagi nama sihir yang mungkin bisa membuatnya tidak menghantam bebatuan terjal di bawah.
“Water fountain!” ucap Satria, saat itu juga tekanan udara melesat dari telapak tangannya menghantam permukaan air di bawahnya. Tak lama kemudian semburan air tiba-tiba melesat dari bawah seperti halnya air mancur.
Kini air terjun yang turun dari atas tebing langsung melebar karena beradu dengan air mancur yang menghambur ke atas. Tubuh Satria yang terbawa air terjun juga akhirnya tertahan oleh air mancur, perlahan air mancur itu kembali menyusut turun ke permukaan air.
‘Gggbuurr’
Tubuh Satria juga langsung tercebur ke permukaan air, jika saja tubuhnya tadi tidak menghantam air terjun pastilah saat ini tulang-tulangnya sudah remuk menghantam bebatuan terjal yang ada di dasar air terjun.
“Uhuk.. uhuk..” Satria batuk-batuk karena tadi dia beberapa kali menelan air saat terombang ambing gelombang besar, perlahan dia merangkak ke tepi genangan air di dasar air terjun.
“Hah, hah,” nafas Satria terdengar memburu karena kelelahan ditambah rasa sakit yang ada di sekujur tubuhnya. Luka-luka yang dia dapatkan dari pertarungan singkat tadi terasa begitu perih setelah terkena air. Satria menggerakan tangan kanannya ke arah dadanya sambil mengingat nama-nama sihir penyembuhan yang ada di dalam game Mythical World RPG.
“Healing: cure wounds!” ucap Satria tapi tetap tidak terjadi apa-apa.
“Aku pikir akan berhasil,” batin Satria sambil bersandar di batang pohon besar sambil merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
Satria mulai mengingat ingat kembali sistem dalam game Mythical World RPG, dia ingat bahwa sihir healing hanya bisa digunakan oleh player yang mengambil job class cleric, priest dan druid saja. player yang mengambil job wizard atau sorcerer tidak akan bisa menggunakannya meskipun jobnya sama-sama berkaitan dengan penggunaan sihir.
“Bagaimana caranya aku mengaktifkan skill khusus miliku?” pikir Satria sambil membuka bajunya dan menjadikannya perban untuk membalut luka di tangan kanannya yang masih mengeluarkan darah, tubuhnya kini seakan semakin lemas saja.
Setiap player di dalam game MW RPG memiliki dua skill utama yaitu skill khusus dan skill ultimate. Satria sendiri memiliki skill khusus yang memungkinkannya merubah job class dirinya menjadi yang dia inginkan di dalam game. Skill khusus tersebut dia dapatkan setelah menyelesaikan sebuah event langka yang bernama Dreamer, sebuah event yang hadiahnya berupa skill khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan pengetahuan para player player.
Karena itulah Satria selama bermain game MW RPG dia tidak memerlukan orang lain untuk menjelajahi dungeon sebab kemampuan skill khususnya tersebut, jika terluka dia bisa berganti job ke cleric atau priest, jika bertarung jarak dekat dia bisa menggunakan job fighter, swordman dan sebagainya, dalam pertarungan jarak jauh dia juga bisa menggunakan job archer, ranger, wizard, sorcerer dan sebagainya.
Untuk menggunakan skill khusus yang bernama Multiple Job itu dia hanya perlu menekan kombinasi tombol di keryboard atau joystick saja. Tapi kini dia tidak menggunakannya, lagi-lagi hal itu membuatnya memutar otak. Dia sangat memerlukan sihir healing sekarang sebab luka ditubuhnya akan bertambah parah jika tidak segera disembuhkan.
“Multiple Job!” ucap Satria. Dia mencoba kemungkinan bahwa untuk menggunakan skill khususnya itu dia hanya perlu menyebutkan namanya saja.
“Healing: cure wounds!” ucap Satria sambil mengarahkan tangannya ke dada, tapi lagi-lagi tidak ada yang terjadi.
“Percuma,” ucap Satria sambil menengadahkan kepalanya ke atas melihat langit biru yang indah, sekilas seekor naga terlihat terbang tinggi di angkasa melewatinya. Satria hanya tersenyum senang, rasanya dia benar-benar dalam dunia fantasi yang dia impikan.
“Kelihatannya di saat seperti ini aku memang harus meminta bantuan orang lain,” gumam Satria. Dia sadar bermain solo dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan seperti itu sangat tidak menguntungkan.
“Tapi di tengah hutan begini mana ada player atau NPC dengan job priest tiba-tiba lewat,” kata Satria seraya tertawa kecil. Namun mendadak saja tubuhnya terasa sejuk, keadaan itu sama seperti saat dia tadi menggunakan sihir untuk pertama kalinya setelah menyebut 'wizard'. Satria merenung sebentar lalu perlahan menggerakan tangannya ke dadanya.
“Healing: cure wounds!” ucap Satria. Seketika itu juga cahaya gradasi berwarna kuning menyelimuti tubuhnya. Luka-luka ringan di tubuhnya perlahan mulai sembuh dan pulih tanpa bekas. Satria langsung senang bukan kepalang, akhirnya dia mengerti cara menggunakan skill khusus miliknya.
“Healing: recovery!” ucap Satria kembali. Kali ini luka parah di bahunya yang terkena tusukan panah dan luka sayatan pedang di tubuhnya juga langsung pulih tanpa bekas.
“Ini sembuh, benar-benar pulih kembali,” kata Satria mulai tertawa senang. Dia kini langsung bangkit tanpa merasakan sakit kembali, meski begitu rasa pegal dan lelahnya tetap tidak hilang.
Sekarang dia mengerti bahwa saat dia tiba di dunia ini mungkin dirinya sedang berada di dalam job class yang lemah. Jika saja dia berada dalam job class guardian mungkin luka di tubuhnya tidak akan parah, atau bahkan tidak terluka sama sekali sebab job class guardian memang spesialis pertahanan di tambah akun Loner King miliknya sudah maksimal di level 70.
“Tolong!” ditengah kegembiraannya tiba-tiba saja Satria mendengar permintaan tolong dari dalam hutan. Dari suaranya tampaknya yang meminta tolong adalah perempuan. Tampak Satria merenung sebentar seolah sedang memilih untuk pergi melihatnya atau tetap diam beristirahat di tempatnya saat ini.
Terbayang kembali kejadian beberapa bulan yang lalu saat dia bertemu dengan Reina untuk pertama kalinya saat acara orientasi siswa baru di hutan, kejadian itu jugalah yang tampaknya membuat Reina bersikap baik setelahnya. Satria menghela nafas dalam lalu berlari menuju ke arah sumber suara yang meminta tolong.
Selamat sore sobat semuanya. Mudah-mudahan sobat semua dalam keadaan sehat selalu. Hari ini novel Solo vs Squad (season 1) sudah tamat dan akan dilanjutkan ke season kedua. Perjalanan Satria di dunia game Mythical World RPG sudah mencapai setengahnya, petualangan, pengorbanan dan perjuangan yang dia lakukan saya harap berkesan bagi sobat semuanya. Novel ini hanyalah fiksi belaka, andaikan ada kesamaan nama tempat, tokoh dan yang lainnya itu hanya kebetulan semata. Saya harap ada hal-hal baik dari novel ini yang bisa kita ambil sebagai pembelajaran, adapun hal-hal buruknya cukup kita jadikan pengetahuan. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena di dalam novel ini masih banyak kekurangan, terutama kesalahan dalam penulisan atau kata yang diulang-ulang. Pengetahuan saya dalam dunia literasi belumlah seberapa, saya akan belajar lebih banyak lagi agar bisa membuat novel yang lebih baik lagi. Sekali lagi saya mohon maaf kepada sobat pembaca semuanya
Esok harinya setelah mereka bangun, mereka kembali bersiap-siap untuk melakukan perjalanan pulang. Tapi sebelum itu mereka untuk pertama kalinya memasak dulu di dalam dungeon untuk sarapan. Sebab makanan yang sudah masak dibekal Satria juga sudah habis, kini hanya makanan mentah saja yang dibawa oleh Satria.Sebagai pengamanan, Satria memanggil dua archangel untuk menghabisi monster yang menghalangi jalan mereka. Setelah persiapan mereka selesai, barulah mereka melangkahkan kakinya keluar dari lantai 70. Raut wajah mereka semua terlihat cerah karena mereka akhirnya bisa pulang dari sarang monster mengerikan itu. Tadinya Satria berniat menggunakan item gate of teleportation, tapi ternyata item tersebut tidak bisa digunakan di dalam dungeon, jadi mau tidak mau mereka harus kembali berjalan kaki untuk keluar dari sana.“Oh iya, sekarang aku ingin tahu seberapa jauh level kalian meningkat,” tutur Satria seraya berjalan paling depan.&ld
“Kelihatannya Noir telah menyelamatkan nyawa kalian semua,” sambung Satria.“Ya. Dia merespon dengan cepat saat melihat pergerakan Pixie yang mencoba menggunakan skill healingnya, dia menggunakan skill khususnya untuk memaksa kami tiarap ke tanah yang telah menyebar dari skill gnome sebelumnya,” tutur Alexa.“Sekilas aku melihat dia telah putus asa mengingat kau terkena serangan telak dari Glace, tapi saat melihat seranganmu yang mengalihkan perhatian Glace tampaknya dia kembali punya harapan,” sambung Alexa.“Ya. Kelihatannya orang yang paling berjasa kali ini adalah Noir, tanpa ragu dia bahkan menggunakan skill ultimatenya untuk menjauhkan Glace dariku. Di saat yang bersamaan dia juga memecahkan healing potion menggunakan skillnya itu hingga bisa memulihkanku, aku tidak menyangka jika di situasi saat itu dia masih kepikiran rencana secerdik itu,” timpal Satria.“Kita benar-ben
Saat itu juga tujuh lapis lingkaran sihir muncul di sekitar tubuh Satria bersamaan dengan bergetarnya permukaan es, mendadak saja pusaran api besar muncul mengelilingi tubuh Satria serta membakar habis akar-akar pohon besar yang ada di sekitarnya. Kini dengan jelas dia bisa melihat sosok Glace yang masih menapak di atap lantai dungeon.‘Beukh’Tiba-tiba saja tubuh Satria sudah ada di hadapan Glace menggunakan skill assassin miliknya meski tanpa mengubah job classnya dulu. Tinju tangan kanan Satria dengan telak menghantam tubuh Glace hingga dia terpental menghantam permukaan es hingga terdengar benturan yang amat keras. Satria segera menggenggam lagi invisible saber di tangan kanannya.“Top tier magic: thunder spear!”“Dimensional slash!” teriak Satria menggunakan dua skill serangan level 70 dari dua job class yang berbeda sekaligus.Tujuh lapis lingkaran sihir muncul di sekitar tubuh
Tubuh Satria tampak tergeletak tak berdaya di tengah-tengah kabut putih yang mengepul di cekungan permukaan es, darah tampak menetes dari luka di kepala dan tubuhnya. Seluruh armor hitam terkuatnya kini telah hancur berkeping-keping karena skill serangan milik Glace. Andaikan saja dia tadi tidak mengendalikan Pixie dari kejauhan untuk memberikan bantuan sihir healing dan penguat tubuh kepada tubuhnya, mungkin kini dia sudah tewas.“Kelihatannya aku masih selamat,” batin Satria saat samar-samar tatapannya yang kabur masih bisa melihat kabut putih tebal di sekitarnya. Tampaknya hanya mata kanannya saja yang masih bisa melihat agak baik, mata kirinya sendiri serasa begitu perih dan rasanya ada darah terus keluar dari luka di mata kirinya itu.“Tapi, kenapa sihir Pixie berhenti secara tiba-tiba?” gumam Satria seraya berusaha bangkit dengan nafas yang terengah-engah, tubuhnya kini serasa dipenuhi oleh rasa sakit. Jika orang biasa pasti su
“Kelihatannya aku harus mencoba beberapa rencana, meskipun resikonya serangan itu tidak akan berdampak lagi kepada Glace saat dia menggunakan skill ultimatenya nanti,” pikir Satria sembari mencabut invisible saber yang dia selipkan di pinggangnya.Melihat serangan cepat datang menuju ke arahnya, Glace kali ini dengan cepat menghindar hingga tubuhnya lenyap dari pandangan Satria. Tapi Satria segera tersenyum dan merubah job classnya menjadi seorang guardian, dengan cepat dia menggunakan skill tebasan angin untuk membelokan serangan gabungan salamander dan sylph yang malah menuju ke arahnya hingga berbelok menuju ke arah lintasan pergerakan Glace.‘Wwrrrr’‘Dhhaaaammrrr’Lagi-lagi serangan gabungan itu menghantam tubuh Glace yang segera merespon dengan skill assassin miliknya untuk menahan serangan yang datang. Satria sekencang mungkin berteriak memanggil nama archer Heptagram agar dia menjalankan