Pelajaran IPS sudah selesai, guru langsung menyuruh Satria untuk membereskan ruangan kelasnya dari bola-bola kertas yang berserakan. Satria akhirnya membereskan kelas diiringi oleh tertawaan teman-temannya.
“Cocok nih jadi pemulung,” celetuk Arga sambil tertawa.
“Hus, gitu-gitu juga dia itu siswa berprestasi, dalam memulung tentunya,” timpal Vanzard, lagi-lagi semua siswa di kelas tertawa riuh.
“Awas kalian nanti malam, aku akan mencari akun game kalian dan menghabisi kalian di dalam game!” batin Satria sambil terus mengambil bola-bola kertas.
Tiba-tiba saja suara langkah kaki terdengar mendekat dari luar ruangan kelas tepat setelah Satria selesai membereskan ruangan, seorang pria paruh baya berkacamata hitam dan pakaian rapi masuk ke dalam kelas. Semua siswa termasuk Satria langsung keheranan karena baru kali ini mereka melihat pria tersebut.
“Guru baru?” gumam Satria.
“Duduk!” tegas pria paruh baya itu dengan keras hingga semua murid terkejut, baru kali ini mereka mendengar ada guru yang berani seperti itu di kelas mereka.
“Anda siapa?” tanya Andre yang tampak sedikit kesal.
“Aku adalah guru sains baru mulai hari ini, namaku Sanjaya. Cukup perkenalannya, sekarang buka catatan kalian,” jawab Sanjaya sambil mulutnya terus bergerak mengunyah permen karet.
“Cih, dia guru baru rupanya. Pantas saja songong,” gerutu Andre.
“Dia belum tahu siapa kita rupanya,” timpal Leo.
“Kali ini kita akan membahas banyak hal, teori relativitas, distorsi ruang dan waktu serta dimensi lain,” kata Sanjaya sambil mengeluarkan sebuah kotak berwarna hitam kecil, di tengah-tengahnya ada sebuah tombol berwarna merah. Semua siswa tampak bingung karena tidak bisa menebak apa tujuan Sanjaya mengeluarkan benda aneh itu.
“Aku akan memberikan sebuah pertanyaan, jika ada yang mau menjawabnya silahkan maju ke depan dan tekan tombol ini. Jika dia tidak bisa menjawab pertanyaanku maka bisa aku pastikan dia akan dikeluarkan dari sekolah ini, tidak peduli siapa orangnya,” sambung Sanjaya dengan wajah serius.
“Jika dia bisa menjawab pertanyaanku maka aku akan memberikannya ucapan selamat. Silahkan siapa yang mau maju ke depan?” tanya Sanjaya, tentu saja semua siswa tidak mau maju ke depan karena resikonya lebih besar dari apa yang akan mereka dapatkan jika bisa menjawab pertanyaan dengan benar.
“Satria saja pak! Dia murid paling berprestasi di sekolah ini,” usul Vanzard.
“Iya pak, dia malah mendapatkan beasiswa dari sekolah,” timpal Maya.
“Siapa saja boleh, tapi jika dalam hitungan kesepuluh tidak ada yang mau maju maka kalian semua dipastikan akan dikeluarkan dari sekolah ini,” ancam Sanjaya dengan serius. Tentu saja semua murid semakin khawatir.
“Satria maju cepat!” bentak Sicilia.
“Heh dekil! Maju kau cepat kalau masih mau selamat!” timpal Leo.
“Apa kau budek hah!” bentak Andre sambil melotot.
Satria termenung sejenak, mungkin akan seru jika semua siswa dikelasnya dikeluarkan. Tapi hidupnya pasti tidak akan tenang setelahnya, orang tua mereka pasti akan mengejarnya sampai ke ujung dunia sekalipun. Tapi jika dia saja yang dikeluarkan maka hidupnya juga akan bebas dan bisa menyusun rencana pembalasan dendamnya. Satria tersenyum sejenak, dia sudah tidak peduli dengan masa depannya. Yang dia pedulikan hanyalah membalas dendam.
“Saya pak,” jawab Satria sambil berdiri dan melangkah maju ke depan. Sanjaya terlihat tersenyum lalu menyodorkan kotak hitam kecil di mejanya. Tanpa ragu Satria langsung menekan tombol merah diatas kotak hitam tersebut.
“Selamat!” ucap Sanjaya seraya tersenyum.
‘Tring’
‘Krulung’
‘Tiiiit’
Terdengar suara notifikasi dari ponsel semua siswa di kelas secara bersamaan, semua siswa termasuk Satria langsung terkejut karena ponselnya bersuara. Namun belum lepas keterkejutan mereka tiba-tiba saja tatapan mereka mendadak gelap, tubuh mereka seakan melayang di udara yang hampa.
“Apa ini?” ujar Satria sambil mencoba mengucek-ngucek matanya, namun yang dia lihat hanyalah kegelapan. Tidak ada sedikitpun suara kecil terdengar, tubuhnya seakan mengambang di udara yang hampa. Detak jantungnya berdetak semakin kencang karena takut, gelisah dan bingung.
“Apa yang terjadi? Apa aku mati?” ucap Satria sambil mencoba mencubit tangannya. Tapi rasa sakit masih bisa dia rasakan, hanya saja tubuhnya seakan mengambang dan tidak menapak apa-apa.
‘Deg’
Detak jantung Satria terasa semakin kencang, tubuhnya seakan bergetar. Kepalanya seakan berputar hingga dia merasa pusing dan mual. Akhirnya Satria memejamkan kedua matanya karena pusing. Samar-samar terdengar suara burung-burung bersuara dan angin yang mendesir serta suara gemericik air sungai yang mengalir, perlahan Satria kembali membuka kedua matanya.
Kini samar-samar cahaya bisa dia lihat. Setelah dia membuka matanya dengan sempurna dia bisa melihat kalau di hadapannya terdapat pohon-pohon besar nan tinggi yang belum pernah dia lihat sebelumnya, rumput-rumput hijau terlihat ada di sekitar pohon tersebut. Suara burung yang merdu juga terdengar dari atas pepohonan. Di samping kiri Satria terlihat sebuah sungai besar yang jernih mengalir dengan deras.
Satria menatap kedua telapak tangannya, terlihat di atas tangan kirinya ada tulisan mengambang ‘Loner King’. Satria mencoba memejamkan matanya dan melihatnya lagi tapi tulisan itu tetap ada, kali ini Satria mencoba mengepalnya dengan tangan kanan tapi tulisan itu tetap terlihat dan tertembus tangan kanan miliknya.
“Loner King? Bukankah itu nickname akunku di game Mythical World RPG?” gumam Satria dengan pelan.
“Di mana kita,” terdengar suara Maya dari belakang Satria. Sontak saja Satria terkejut dan menoleh ke belakang, tampak semua teman-temannya berdiri sesuai dengan posisi mejanya tadi di kelas. Tapi di sini tidak ada satupun meja, kursi, tas dan alat tulis lainnya.
“Apa ini?” kata Andre sambil melihat ke sekelilingnya. Terlihat pakaian mereka juga bukan seragam sekolah SMA melainkan pakaian biasa nan sederhana. Melihat pakaian semua temannya berbeda Satria langsung melihat pakaiannya sendiri.
“Pakaian ini, tidak mungkin. Ini mustahil,” gumam Satria, dia sadar bahwa pakaiannya tidak asing lagi. Itu adalah pakaian sederhana yang biasanya dipakai oleh NPC warga pedesaan di dalam game Mythical World RPG yang sering dimainkan olehnya.
“Ada orang di sini!” tiba-tiba dari kejauhan terdengar teriakan seorang pria yang menggema. Sontak Satria dan teman-temannya yang lain menengok ke arah belakang dimana suara berasal.
Dari kejauhan terlihat satu rombongan orang dengan senjata dan pakaian khas game Mythical World RPG yang menunjukan job class masing-masing. Guardian memakai armor perang dan tameng, swordman memakai armor ringan dan pedang, wizard membawa tongkat sihir, archer membawa panah dan yang lainnya. Sekilas saja Satria langsung tahu bahwa rombongan itu sudah full party alias memiliki anggota dengan setiap job class yang ada di game.
“Apa ini? kenapa armor dan senjata yang mereka bawa sangat mirip dengan yang ada di Mythical World?” gumam Satria, dia masih belum percaya jika memang itu semua adalah kenyataan atau hanyalah hayalannya saja.
“Siapa kalian?” tanya seorang pria yang membawa pedang di dalam rombongan. Dia terlihat sangat waspada dan menghunuskan pedangnya. Tapi tidak ada seorangpun yang menjawab.
“Kami datang kemari karena merasakan ada suatu gelombang energi yang aneh di sini,” ucap wanita yang membawa tongkat sihir.
“Tidak salah lagi, semuanya memang mirip dengan job class di game Mythical World RPG,” batin Satria sambil menggerakan tangannya untuk mencubit dirinya sendiri sekali lagi, dia masih ingin memastikan apakah itu kenyataan atau bukan.
“Tuan tolong kami,” ucap Vanzard tiba-tiba sambil mendekati rombongan yang datang. Nyatanya bukan hanya Satria saja yang menyadari bahwa dunia serta penampilan orang-orang saat ini sangat mirip dengan yang ada di game Mythical World RPG. Vanzard juga menyadarinya karena dia juga sering memainkan game pepuler tersebut.
“Orang itu, dia entah datang darimana tiba-tiba muncul dan mau menyerang kami,” sambung Vanzard sambil menunjuk ke arah Satria yang berdiri sendirian dibelakang.
“Apa mungkin dia yang menyebabkan gelombang energi aneh itu?” ujar wanita yang membawa tongkat sihir, kini semua orang di sana langsung menatap Satria yang berdiri sendirian di belakang.
“Iya tuan tolong kami, dia benar-benar mengerikan,” timpal Leo.
“Dia mengatakan ingin menghabisi kami dan semua orang di dunia ini,” imbuh Andre sambil mendekati rombongan dan pura-pura ketakutan.
“Iya tuan-tuan tolong kami,” kata Maya sambil membusungkan dadanya di depan pria yang menghunuskan pedang ke arah mereka.
“Ka-kalau begitu kita tidak boleh membiarkannya, kita serang dia,” ucap pria yang menghunuskan pedang tanpa mengalihkan pandangannya dari dada Maya.
“Tunggu! Itu bohong, justru mereka yang jahat kepada saya!” bantah Satria, dia tidak menyangka kalau mereka akan berbuat seperti itu.
“Tuan tolong habisi dia secepatnya, kami bersedia melakukan apapun jika kami selamat,” ucap Sicilia sambil memeluk tangan pria yang menghunuskan pedang. Semua itu dia lakukan setelah mendapat isyarat dari Vanzard.
“Cepat serang dia!” perintah pria yang membawa pedang kepada teman-temannya.
Seorang pria yang tidak membawa senjata langsung maju ke hadapan Satria dan melayangkan tinjunya, tapi Satria langsung mengelak ke samping. Pergerakannya jelas membuat semua orang terkejut terutama Andre dan teman-temannya, mereka tidak menyangka jika Satria bisa juga melakukan perlawanan seperti itu.
“Cih, kau gesit juga,” kata pria yang menyerang Satria sambil kembali melayangkan pukulannya. Tapi kali ini Satria menangkisnya, melihat temannya kesusahan seorang wanita yang membawa panah langsung mengambil satu anak panah dan membidikannya ke langit.
“Magic arrow: burning rain!” ucap wanita itu sambil melontarkan panahnya ke langit. Saat itu juga tiba-tiba saja puluhan panah muncul dari langit, di ujung panah-panah tersebut tampak api yang membara. Secara bersamaan puluhan panah berapi itu melesat ke bawah menuju Satria.
“Itu adalah salah satu tehnik yang ada di dalam game, kelihatannya ini memang bukan mimpi,” gumam Satria yang masih menahan pukulan pria di depannya.
Selamat sore sobat semuanya. Mudah-mudahan sobat semua dalam keadaan sehat selalu. Hari ini novel Solo vs Squad (season 1) sudah tamat dan akan dilanjutkan ke season kedua. Perjalanan Satria di dunia game Mythical World RPG sudah mencapai setengahnya, petualangan, pengorbanan dan perjuangan yang dia lakukan saya harap berkesan bagi sobat semuanya. Novel ini hanyalah fiksi belaka, andaikan ada kesamaan nama tempat, tokoh dan yang lainnya itu hanya kebetulan semata. Saya harap ada hal-hal baik dari novel ini yang bisa kita ambil sebagai pembelajaran, adapun hal-hal buruknya cukup kita jadikan pengetahuan. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena di dalam novel ini masih banyak kekurangan, terutama kesalahan dalam penulisan atau kata yang diulang-ulang. Pengetahuan saya dalam dunia literasi belumlah seberapa, saya akan belajar lebih banyak lagi agar bisa membuat novel yang lebih baik lagi. Sekali lagi saya mohon maaf kepada sobat pembaca semuanya
Esok harinya setelah mereka bangun, mereka kembali bersiap-siap untuk melakukan perjalanan pulang. Tapi sebelum itu mereka untuk pertama kalinya memasak dulu di dalam dungeon untuk sarapan. Sebab makanan yang sudah masak dibekal Satria juga sudah habis, kini hanya makanan mentah saja yang dibawa oleh Satria.Sebagai pengamanan, Satria memanggil dua archangel untuk menghabisi monster yang menghalangi jalan mereka. Setelah persiapan mereka selesai, barulah mereka melangkahkan kakinya keluar dari lantai 70. Raut wajah mereka semua terlihat cerah karena mereka akhirnya bisa pulang dari sarang monster mengerikan itu. Tadinya Satria berniat menggunakan item gate of teleportation, tapi ternyata item tersebut tidak bisa digunakan di dalam dungeon, jadi mau tidak mau mereka harus kembali berjalan kaki untuk keluar dari sana.“Oh iya, sekarang aku ingin tahu seberapa jauh level kalian meningkat,” tutur Satria seraya berjalan paling depan.&ld
“Kelihatannya Noir telah menyelamatkan nyawa kalian semua,” sambung Satria.“Ya. Dia merespon dengan cepat saat melihat pergerakan Pixie yang mencoba menggunakan skill healingnya, dia menggunakan skill khususnya untuk memaksa kami tiarap ke tanah yang telah menyebar dari skill gnome sebelumnya,” tutur Alexa.“Sekilas aku melihat dia telah putus asa mengingat kau terkena serangan telak dari Glace, tapi saat melihat seranganmu yang mengalihkan perhatian Glace tampaknya dia kembali punya harapan,” sambung Alexa.“Ya. Kelihatannya orang yang paling berjasa kali ini adalah Noir, tanpa ragu dia bahkan menggunakan skill ultimatenya untuk menjauhkan Glace dariku. Di saat yang bersamaan dia juga memecahkan healing potion menggunakan skillnya itu hingga bisa memulihkanku, aku tidak menyangka jika di situasi saat itu dia masih kepikiran rencana secerdik itu,” timpal Satria.“Kita benar-ben
Saat itu juga tujuh lapis lingkaran sihir muncul di sekitar tubuh Satria bersamaan dengan bergetarnya permukaan es, mendadak saja pusaran api besar muncul mengelilingi tubuh Satria serta membakar habis akar-akar pohon besar yang ada di sekitarnya. Kini dengan jelas dia bisa melihat sosok Glace yang masih menapak di atap lantai dungeon.‘Beukh’Tiba-tiba saja tubuh Satria sudah ada di hadapan Glace menggunakan skill assassin miliknya meski tanpa mengubah job classnya dulu. Tinju tangan kanan Satria dengan telak menghantam tubuh Glace hingga dia terpental menghantam permukaan es hingga terdengar benturan yang amat keras. Satria segera menggenggam lagi invisible saber di tangan kanannya.“Top tier magic: thunder spear!”“Dimensional slash!” teriak Satria menggunakan dua skill serangan level 70 dari dua job class yang berbeda sekaligus.Tujuh lapis lingkaran sihir muncul di sekitar tubuh
Tubuh Satria tampak tergeletak tak berdaya di tengah-tengah kabut putih yang mengepul di cekungan permukaan es, darah tampak menetes dari luka di kepala dan tubuhnya. Seluruh armor hitam terkuatnya kini telah hancur berkeping-keping karena skill serangan milik Glace. Andaikan saja dia tadi tidak mengendalikan Pixie dari kejauhan untuk memberikan bantuan sihir healing dan penguat tubuh kepada tubuhnya, mungkin kini dia sudah tewas.“Kelihatannya aku masih selamat,” batin Satria saat samar-samar tatapannya yang kabur masih bisa melihat kabut putih tebal di sekitarnya. Tampaknya hanya mata kanannya saja yang masih bisa melihat agak baik, mata kirinya sendiri serasa begitu perih dan rasanya ada darah terus keluar dari luka di mata kirinya itu.“Tapi, kenapa sihir Pixie berhenti secara tiba-tiba?” gumam Satria seraya berusaha bangkit dengan nafas yang terengah-engah, tubuhnya kini serasa dipenuhi oleh rasa sakit. Jika orang biasa pasti su
“Kelihatannya aku harus mencoba beberapa rencana, meskipun resikonya serangan itu tidak akan berdampak lagi kepada Glace saat dia menggunakan skill ultimatenya nanti,” pikir Satria sembari mencabut invisible saber yang dia selipkan di pinggangnya.Melihat serangan cepat datang menuju ke arahnya, Glace kali ini dengan cepat menghindar hingga tubuhnya lenyap dari pandangan Satria. Tapi Satria segera tersenyum dan merubah job classnya menjadi seorang guardian, dengan cepat dia menggunakan skill tebasan angin untuk membelokan serangan gabungan salamander dan sylph yang malah menuju ke arahnya hingga berbelok menuju ke arah lintasan pergerakan Glace.‘Wwrrrr’‘Dhhaaaammrrr’Lagi-lagi serangan gabungan itu menghantam tubuh Glace yang segera merespon dengan skill assassin miliknya untuk menahan serangan yang datang. Satria sekencang mungkin berteriak memanggil nama archer Heptagram agar dia menjalankan