Beranda / Urban / Sang Dewa Perang Terkuat / 84. Jangan Gegabah!

Share

84. Jangan Gegabah!

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-16 21:30:13

Dua orang yang merupakan anak buah dari Jody Gardner dan William Mackenzie mulai melakukan tugas mereka masing-masing. Di saat mereka berdua baru saja kembali bertugas, mereka pun tidak sengaja bertemu di satu titik di mana tidak banyak pengawal lain yang berjaga di sana.

"Apa yang baru saja kau lakukan dari ruang kontrol, Andrew?"

"Bukan urusanmu!" jawab Andrew tanpa berniat menatap Steven.

Steven mencibir, "Ah, kau pasti sedang melakukan-"

"Kau sendiri, apa yang baru saja kau lakukan dari ruang penjaga?" tanya Andrew balik sambil memasukkan ponselnya ke dalam sakunya.

"Itu jelas bukan urusanmu." Steven membalas dengan angkuh.

Andrew tentu dengan mudah bisa menebaknya tapi dia memilih untuk tidak mengatakan apa yang dia pikirkan.

"Baiklah, memang lebih baik tak usah ikut campur urusan orang lain," balas Andrew dan dia berniat melangkah menjauh.

Akan tetapi dia sempat mendengar Steven berkata, "Jangan gegabah! Hati-hati, Reece! Kau harus pintar memilih orang yang harus kau layani."

An
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Subur Riyadi
bagus ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sang Dewa Perang Terkuat    125. Berita Penting

    “Siapa?”“Siapa?” Jason mengulang lagi, mencoba mencari-cari siapa yang mungkin akan melakukan pemberontakan terhadap raja.Dengan tidak yakin Jason berkata, “Perdana Menteri? Atau para menteri lain?”Keningnya berkerut memikirkan kemungkinan si pria tua melakukan hal itu. Memang, Philip Crawford memiliki hubungan yang tidak terlalu baik dengan raja muda di negerinya itu. Bahkan, sebelum Xylan Wellington naik tahta, pria tua yang telah menjabat jabatan perdana menteri dalam waktu yang amat lama itu terlihat menunjukkan ketidaksukaannya pada sang putra mahkota secara terang-terangan.Selain itu, dia tidak takut menentang Xylan serta membuat sebuah tuduhan yang besar pada Xylan.Mengingat semua itu, Jason malah menggelengkan kepala dengan tegas. “Tidak mungkin, jelas bukan si tua Crawford.”“Dilihat dari jejak politiknya, dia tidak akan bergerak secara sembunyi-sembunyi. Kalau dia tidak suka pada Raja Xylan, sudah pasti dia akan langsung bergerak secara terang-terangan,” Jason menambah

  • Sang Dewa Perang Terkuat    124. Kau Tidak Tahu?

    Jacob pun langsung mengangkat bahu dan menjawab dengan acuh tak acuh seakan tidak terlalu peduli dengan alasan yang ingin diketahui oleh Jason, “Aku tidak tahu.”Jason melotot kaget tapi dia mencoba memperbaiki ekspresi wajahnya. Dia membuang napas pelan agar bisa menghilangkan rasa kesal yang sempat muncul tanpa bisa dia tahan.“Kau tidak tahu? Bagaimana bisa?” Jason balik bertanya dengan alis kanan terangkat, jelas terlihat tidak percaya.Dia pasti sedang menyembunyikan sesuatu. Sebuah rahasia, mungkin. Jason berpikir seraya menatap temannya dengan tatapan penuh kecurigaan yang tidak dia coba tutup-tutupi.Dilihat dengan tatapan aneh itu, giliran Jacob yang balas menatapnya dengan tatapan kesal, “Hei, aku benar-benar tidak tahu. Aku hanya diperintah oleh Komandan Arkitson untuk memperketat keamanan istana raja.”Jason menyipitkan mata, masih terlihat tidak yakin dengan jawaban Jacob.Tatapan mata itu tentu saja dimaknai oleh Jacob sebagai tatapan seolah mengatakan ‘Aku tidak percaya

  • Sang Dewa Perang Terkuat    123. Sebuah Keberuntungan

    Mendengar permintaan sang jenderal perang Kerajaan Ans De Lou yang juga merupakan menantu mendiang raja tersebut, Jason Hoult seketika menelan ludah dengan gugup. Dahinya juga mengerut, tanda pria itu cukup kebingungan.Dia pun tidak bersuara setelahnya.“Jason,” Riley memanggilnya dengan nada khawatir.Jason mengedipkan mata, lalu berdeham pelan.Riley mendesah pelan dan berujar cepat, “Kau … bisa melakukannya?”Jason menggigit bibir tapi tetap menjawab, “Itu sulit, tapi … bukankah aku tidak punya pilihan lain, Jenderal Mackenzie?”Ujung bibir Riley pun terangkat membentuk sebuah senyum simpul.“Aku berterima kasih padamu,” ucap pria yang masih berbicara sembari berdiri itu.Jason langsung membalas, “Ah, jangan ucapkan itu terlebih dulu! Aku kan belum melakukannya.”“Aku tahu, tapi tetap saja .. aku harus berterima kasih padamu. Kau … sungguh banyak sekali membantuku. Tanpa kau … aku ….” Riley berhenti sejenak dan memutar arah pandang, menatap sebuah rumah sederhana yang ditinggaliny

  • Sang Dewa Perang Terkuat    122. Seorang Informan

    Bukannya menjawab pertanyaan istrinya, Riley malah berkata, “Kurasa … aku akan tidur bersama Kharel malam ini.”Mendengar perkataan Riley yang sama sekali tidak sesuai yang diharapkan olehnya, Rowena hanya bisa mendesah frustasi. Tentu saja dia tidak akan pernah bisa memaksa Riley untuk melakukan hal sekecil apapun. Pria muda itu seorang pemimpin yang tegas, jelas tidak akan ada yang bisa mempengaruhi keputusannya, bahkan itu dia, istri yang dia cintai.Dengan hati yang dipenuhi oleh rasa kecewa, Rowena pun menyerah malam itu dan tidak membicarakan hal itu lagi. Sesuai apa yang dikatakan oleh Riley pada saat dia menikmati makan malam bersamanya, suaminya itu benar-benar tidur di kamar tidur putra mereka malam itu.“Baiklah, kalau kau memerlukan apapun, bangunkan aku saja!” kata Rowena setelah dia mencium pipi suami tersayangnya. Riley menatap putranya dengan sayang dan berbaring di sebelahnya. Tapi, hal itu tidak berlangsung sampai pagi. Sebab, ketika tengah malam tiba, Riley bang

  • Sang Dewa Perang Terkuat    121. Maafkan Aku!

    Suara ketiga prajurit muda itu seketika membuat dua orang yang sedang berbicara itu saling melempar pandang.Tetapi, dikarenakan mereka tidak memiliki waktu lebih untuk sekedar merespon ketiga prajurit itu, mereka pun segera kembali mengerjakan tugas masing-masing. Si pemberi pesan masuk lagi ke dalam ruangan yang menjadi tempat rapat penting itu, sementara si penerima pesan telah meluncur ke kediaman raja.Sedangkan ketiga prajurit yang terlihat belum pulih dari rasa kagetnya itu akhirnya memilih untuk membuka mulut mereka.“Ben menggantikan Reiner,” kata Shin.“Komandan Perang Darat,” Diego berujar pelan.Alen mengedipkan mata terlebih dulu sebelum ikut menanggapi, “Tidak bisa aku percaya.”Shin langsung menatapnya teman baiknya itu dengan tatapan setengah melotot.Alen cepat-cepat menambahkan, “Hei, bukannya aku tidak melihat kemampuan Ben yang memang luar biasa, tapi … hanya saja ini terlalu mengagetkan.”“Iya, maksudku … oh, tidak. Aku juga bukannya tidak suka, tapi … ah, sudahl

  • Sang Dewa Perang Terkuat    120. Pesan Penting

    Oh, James Gardner harus mengakui bahwa dia memang bukanlah orang yang pandai merangkai kata atau setidaknya dia sadar diri bahwa kemampuannya dalam menyusun kata-kata memang sangat buruk. Sungguh, dia tidak sedang bermain-main seperti yang dituduhkan oleh dua orang komandan perang itu. Dia hanya kesulitan mengatakan hal penting.Dia pun hanya bisa mendesah pelan ditatap dengan sorot mata jengkel Thyme dan Josh. Anehnya dia sama sekali tidak tersinggung sebab lagi-lagi dia menyadari kekurangannya yang satu itu.Dia juga tidak keberatan jika ada yang berkomentar tentang cara berkomunikasinya yang menyedihkan.Tetapi, dia jelas tidak memiliki banyak waktu untuk memikirkan cara memperbaiki cara berbicaranya sehingga dia segera beralih menatap Ben yang terlihat sedang menunggu penjelasan darinya lalu membuka mulut, “Aku tidak sedang berbicara omong kosong.”Sebelum kata-katanya disela atau dibantah oleh lawan bicaranya, James buru-buru berkata lagi, “Reiner sedang tidak ada di tempatnya un

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status