Share

Bab 2: Kejutan Sarkon

Penulis: Elle Gobe
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-31 15:08:34

Begitu dia melihat tamu itu, dia lupa akan semangat cerianya. Dia merasakan penyesalan yang luar biasa.

Wanita itu adalah lambang kecantikan dan keseksian, berdiri tegak percaya diri di depan Maria dengan kakinya yang jenjang dan ramping serta aura seorang superstar.

Berdampingan dengan Sarkon, mereka langsung menjadi pasangan yang sangat serasi dan sempurna—membuat iri semua orang di Lenmont.

Tidak terkecuali Maria.

Hampir setinggi Sarkon, wanita itu membuat Maria yang hanya sebatas bahunya, merasa seperti seorang cebol.

Perbedaan tinggi yang mencolok tidak pernah menjadi masalah ketika dia bersama Sarkon. Maria senang melihat keatas menatap wajah Sarkon yang rupawan dan menatap mata birunya yang memesona. Dia merasa seperti seorang wanita, wanitanya, setiap kali dia menjulang di atasnya.

Sekarang, dia merasa kecil, tidak berarti, dan kekanak-kanakan.

Tamu cantik itu mengibaskan rambutnya yang tebal dan bergelombang dengan cara yang sensual dan mengatupkan bulu matanya yang mirip boneka. Kemudian, bibir merah mengkilap itu membuat bibir merah muda Maria malu dan tersenyum geli.

Maria merasa seperti hewan di kebun binatang.

"Kau benar, sayang."

Sayang? Jantung Maria berhenti.

Wanita itu melipat tangannya yang ramping di bawah payudaranya yang montok, hampir keluar dari gaun dengan potongan leher berbentuk persegi yang melekat ketat di tubuhnya.

"Dia sangat cantik. Aku yakin dia akan segera mendapatkan suami yang baik." Dia menoleh ke Sarkon dan menambahkan, "Kamu tidak perlu khawatir."

Mendengar ucapan itu, Maria menatap walinya.

Sarkon masih dengan sikapnya yang biasa: kedua tangan dimasukkan ke dalam saku, dadanya yang berotot dan lebar membusung dan, seperti biasa, dia tidak mengatakan apa-apa.

Sarkon ingin aku mendapatkan suami? Pikiran Maria berputar-putar dalam lubang gelap ucapan wanita itu, merasakan sesuatu didalamnya retak dan hancur.

Sarkon mendekat ke tamunya dan melingkarkan lengannya di bahu wanita itu. Senyum cerah melebar menjadi seringai kemenangan saat suara Sarkon yang khas dan berat terdengar. "Maria, ini Lovette, kekasihku."

"Kekasih?" Suara Maria seperti sebuah bisikan kecil. Tiba-tiba, dia merasa seperti salah satu wanita diluar sana yang telah gagal menarik perhatian Sarkon. Orang asing. Ekspresi dingin itu tampak lebih keras dari biasanya. Seketika rona kehangatan menghilang dari pipinya.

Lovette mengulurkan tangan. Suara manisnya yang seperti cokelat diikuti dengan nada gembira. "Senang bertemu denganmu, Maria. Pamanmu telah memberitahuku semua tentangmu dan betapa kau telah menjadi seorang gadis yang luar bisa."

Dia sudah memberitahunya tentang diriku? Maria sedih menyadari itu lalu seketika menyadarkan dirinya kembali ke kenyataan. Hentikan. Sangat jelas bukan? Ini, dia menatap Lovette dan sosoknya yang menggairahkan, adalah tipenya.

Apakah dia benar-benar salah paham dengan apa yang dilihatnya malam itu di pantai?

Maria memperhatikan kulit tangannya yang halus lalu mengepalkan tangannya untuk mencegah mereka bergerak ke arah leher wanita itu. Kemudian, lecet di jari-jarinya menyengatnya, dan dia merasa terhempas lebih dalam.

Maria mengangkat pandangannya, menarik bibirnya menjadi senyum hangat nan manis, dan malah membungkuk.

"Senang bertemu denganmu, Nona Lovette. Anda cantik sekali. Paman Sarkon selalu memiliki selera yang luar biasa dalam kecantikan." Syukurlah, suaranya kembali normal.

"Ya Tuhan, tidak!" Nyonya itu memekik karena malu. "Lovette, tolong. Kita sekeluarga sekarang!" Maria berseru sambil mengedipkan matanya.

Tidak, kita bukanlah keluarga, Maria mengerang diam-diam lalu mencaci dirinya sendiri karena bertingkah seperti remaja yang cemberut. Kau sudah melewati usia itu. Dan Sarkon tidak akan menghargainya. Dia mengharapkan dukunganmu.

Maria memberikan senyum terbaiknya. "Tentu saja, kita adalah keluarga."

Sarkon menoleh ke kepala pelayannya, dan Albert pergi dengan cepat. Pengusaha gagah itu kembali ke kekasihnya yang memesona dengan nada lembut yang tidak seperti biasanya.

"Kamu pasti kelaparan, sayang."

"Ya aku kelaparan, sayang," Lovette cemberut dan mengeratkan genggamannya ke lengan tebal Sarkon.

Maria menyaksikan dengan pahit saat Sarkon mencondongkan tubuhnya ke telinga wanita itu dengan penuh cinta. Semangatnya terus menurun saat Lovette terkikik menggoda.

Sarkon berdiri kembali dan mencubit pipi merona wanita itu, "Maaf telah membuatmu menunggu."

Saat Maria merenungkan fakta bahwa Sarkon tidak pernah meminta maaf kepada siapa pun, pamannya berjalan ke meja makan persegi panjang dan menarik sebuah kursi.

Lovette melangkah dalam sepatu hak tingginya dan mengambil tempat duduk.

Maria tercengang ketika melihat Sarkon duduk di samping wanita itu alih-alih duduk di tempatnya yang biasa di ujung meja. Maria membuang muka lalu tanpa suara duduk di kursi yang paling dekat dengannya, di seberang mereka.

"Apakah kamu bermain biola, Maria?" Lovette dengan santai bertanya sambil mengunyah steak yang sebelumnya diiris Sarkon untuknya.

Maria menelan ludah dan menjawab, "Ya, benar." Dia melirik Sarkon dan menambahkan, "Paman Sarkon menyukai penampilanku."

Lovette tersenyum penuh pengertian pada raksasa perunggu itu, "Sarkon selalu berkata bahwa aku harus mendengarnya sekali."

"Bagaimana kalau sekarang?" Maria menyarankan dengan penuh harapan.

Lovette melambaikan tangan, "Oh, jangan khawatir, sayang. Saya yakin akan ada banyak waktu."

Maria menoleh ke Sarkon dengan alis yang terlihat bingung.

Lovette meringkuk di lengan Sarkon dan mendengkur seperti anak kucing, "Aku akan pindah kesini besok, kan, sayang?"

Alis Maria mulai melengkung karena terkejut dan patah hati.

Sarkon meletakkan garpunya dan diam-diam mengulurkan tangan kirinya untuk memegang tangan Lovette. Dia menghadap Maria. Mata biru milik Sarkon yang mencolok menatap mata hijau berkilau miliknya saat dia mengumumkan dengan dingin, "Lovette akan pindah bersama kita."

Pindah... bersama... kami...

Pindah... bersama kami...

Pindah bersama kami...

Suara Sarkon terus berputar di benak Maria. Dia mematung tak bergerak sampai seseorang menarik lengan bajunya. Dia menoleh ke orang itu.

"Nona Maria, Anda menjatuhkan serbet Anda." Sophie tersenyum padanya, tetapi sorot matanya terlihat khawatir.

Maria melihat serbet di pangkuannya dan langsung menenangkan dirinya. Setelah berterima kasih kepada pelayannya, dia mencengkeram peralatan makannya, mendongak dengan senyum cerah, dan meminta maaf dengan kepercayaan diri yang baru ditemukannya.

"Maaf soal itu. Aku tiba-tiba teringat sesuatu tentang... sekolah."

"Oh, tidak apa-apa," Lovette melambaikan tangannya dengan penuh semangat. Dia menopang sikunya di atas meja, mengatupkan jari-jarinya, meletakkan dagunya di atas, dan tersenyum manis pada Maria, mengatupkan bulu matanya, "Untuk sesaat aku mengira kamu tidak senang aku pindah kesini."

"Oh, tidak, tidak, tidak. Sebenarnya, aku senang kamu pindah kesini, Lovette."

"Benarkah?"

"Ya. Sangat membosankan di sini hanya dengan Paman Sarkon. Aku senang sekali jika ada teman wanita. Maria mengangkat gelasnya dan bersorak, "Selamat datang di rumah kami, Lovette."

Dengan seringai puas, wanita itu juga mengangkat gelasnya dan menyesapnya, lalu dengan gembira kembali ke makanannya.

Kerja bagus, Maria bertepuk tangan dalam hati. Dia melirik pamannya, berharap mendapat pengakuan atau anggukan penghargaan yang akan diberikan pamannya ketika dia melakukan sesuatu yang benar.

Tapi Sarkon tetap terpaku pada Lovette.

Maria mengerti maksudnya dan memutuskan untuk tidak memikirkan masalah itu sepanjang sisa malam, kemudian Sarkon memanggil namanya.

Dagunya yang tidak berguna mendongak dengan antisipasi.

"Kapan hari pertamamu sekolah?"

Maria menelan gumpalan kekecewaan di tenggorokannya dan menjawab seperti anak kecil yang hampir ditelantarkan, "Senin depan."

"Sekolah?" Lovette menyela dengan pandangan ingin tahu.

Maria mengangguk dengan senyum lemah.

"Walden College," Sarkon menambahkan dengan tenang.

Lovette berbalik dengan ekspresi terkejut, "The Walden College?"

Sarkon hanya diam menggigit steaknya dan mengunyahnya dengan wajah datar.

Tidak mendapatkan tanggapan yang dia harapkan, Lovette berbalik ke Maria, "Itu universitas paling bergengsi. Semua keturunan orang kaya dan terkenal pergi ke sana."

Maria mempertahankan senyum ramah. "Paman Sarkon memilihkannya untukku."

"Maria harus mendapatkan yang terbaik," kata Sarkon pelan tanpa melirik siapa pun. Dia meletakkan gelasnya di bibirnya dan menyesap anggur merah.

Rasa berbunga-bunga itu datang lagi, dan Maria mencoba lagi untuk mendapatkan tatapan dari pelindungnya itu ketika Sarkon berbalik ke Lovette dan kembali menggenggam tangan wanita itu dengan tangannya.

"Kamu juga, sayang," tambahnya dengan nada penuh cinta. "Hanya yang terbaik untukmu."

Lovette melingkarkan lengannya di leher kekasihnya dengan jeritan senang. "Kamu yang terbaik, sayang! Aku sangat mencintaimu. Kau pantas mendapatkan ciuman. Ayo," Dia menyentuh dagu pria yang menawan itu dengan jarinya dan memancing pria itu ke arahnya dengan tatapan yang menggairahkan.

Sarkon mendekat...

Maria tiba-tiba berdiri dan undur diri dengan sopan. "Aku akan memberi kalian berdua privasi."

Tepat sebelum bibir Sarkon menyentuh bibir lainnya, pengagumnya berjalan keluar dari ruang makan tanpa melihat ke belakang.

*****

Sarkon memiliki tatapan yang intens seperti pria beringas.

Alis tebal dan gelap yang menyita pikiranmu. Mata dalam yang menghipnotis dan membuatmu terbuai ketika mereka melihatmu. Tatapan darinya bisa membuatmu lupa namamu sendiri.

Hidungnya memiliki bentuk yang bagus; sangat pas dengan wajahnya.

Dan bibirnya...

Maria mengingat kuas di tangannya. Dia memindahkan tangannya dan membuka selubung potret pujaan hatinya.

Dia menatapnya dalam keheningan untuk waktu yang lama, mengingat kembali setiap momen makan malam kemarin, setiap gerakan yang dilakukan pamannya, dan setiap suku kata yang telah diucapkannya.

Kemudian, dia menghela nafas panjang dan mendengus merasa kalah. Apakah ini benar-benar berakhir? Apakah benar-benar tidak ada kesempatan baginya untuk menjadi istri Sarkon?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sang Kekasih Berambut Merah   Bab 173: Alfred dan Rose

    Perasaan ngeri terlintas di benak Sarkon saat melihat mobil yang ditunggangi Claude dan Maria berputar kencang di tengah jalan.Ban mobil Sarkon berdecit saat dia menginjak rem mendadak. Sarkon melesat keluar dan menyaksikan detik-detik mendebarkan ketika mobil hitam yang dikejarnya itu tergelincir.Tepat sebelum menabrak trotoar, mobil hitam itu berhenti.Seolah-olah Tuhan melindungi mobil itu dan menghentikannya.Tanpa membuang waktu, Sarkon berlari ke mobil tersebut dan menghampiri kursi penumpang. Maria tampak tidak sadarkan diri.Dia menggedor jendela mobil tanpa henti. "Maria! Maria!!" Sarkon meraih pegangan pintu dan menariknya beberapa kali dengan kencang, tetapi pintu itu tidak bisa dibuka. Sarkon kembali menggedor kaca mobil. "Maria! Bangun!"Akhirnya Maria siuman."Maria!" teriak Sarkon sambil menggedor jendela beberapa kali lagi untuk mendapatkan perhatian Maria.Mata zamrud wanita itu perlahan terbuka dan seketika terbelalak karena k

  • Sang Kekasih Berambut Merah   Bab 172: Pemburuan Terakhir

    Maria merasa seperti ada yang menusuk dadanya.Sarkon baru saja memberitahu Maria bahwa dia juga menjalin hubungan dengan saudara perempuan Claude dan ibu tiri Paris demi keuntungan bisnis. Tetapi Sarkon tidak pernah tidur dengan mereka.Maria tidak mau mendengar sepatah kata pun dari Sarkon. Dia tidak mampu berpikir jernih, dia hanya ingin pergi. Dia tidak dapat mengerti apa yang sedang terjadi. Mengapa semua ini terjadi?Bagaimana bisa Sarkon bertindak begitu egois?Maria menatap pria yang berdiri di depannya itu. Alis tebal Sarkon berkerut, mata birunya terlihat marah dan putus asa. Bibirnya bergerak tetapi Maria tidak mampu mendengar apa yang dia katakan.Sarkon terdengar bergumam seperti sedang berbicara di dalam air."Maria?"Mata zamrud Maria memandang mata biru pria yang terlihat khawatir itu.Maria mencoba memikirkan alasan yang masuk akal mengapa Sarkon memilih untuk bertindak seperti itu. Sayangnya, dia tidak bisa menemukan alasan yang

  • Sang Kekasih Berambut Merah   Bab 171: Es Hancur dari Binatang

    Maria tertawa terbahak-bahak melihat pemandangan yang menggemaskan itu. "Ya, boleh.""Pesanan segera datang." Laki-laki bertubuh besar itu menyeret dirinya turun dari tempat tidur.*****Maria mengiris sekotak wafel hangat yang renyah dan lembut, mencelupkannya ke dalam saus stroberi, dan memasukkannya ke dalam mulut.Rasa asin dari mentega dan rasa manis stroberi yang tajam adalah kombinasi yang menakjubkan."Mmmm... Enak."Sarkon memperhatikan dengan tenang sambil bertopang dagu santai dan bibirnya tersenyum kecil.Maria balas menatapnya sambil berseri-seri saat dia mengunyah. Dia mengerutkan kening dan menelan. "Kenapa kau tidak makan?""Aku suka melihatmu makan."Maria berhenti mengunyah. "Jadi maksudmu aku rakus?"Sarkon langsung tertawa. "Aku tidak pernah berkata begitu." Maria sama seperti wanita lainnya. Sangat sensitif citranya. 'Baiklah, baiklah. Aku akan makan sekarang."Sambil cemberut dengan muka masam, Maria kembali k

  • Sang Kekasih Berambut Merah   Bab 170: Sarkon Adalah Putra Raja Mafia

    "Pantas saja staf harus mengikuti kode etik," pikir Maria sambil terus terpana menatap pria menarik yang berdiri di depannya."Aku tidak pernah memberitahumu karena...." Sarkon berhenti dan menundukkan pandangannya. "Ini adalah masa lalu yang ingin aku hapus."Maria menelan ludah dengan susah payah."Kau benar." Mata biru itu kembali mendongak menatap mata Maria. "Aku malu karenanya. Aku... membencinya. Jadi aku mengubah semuanya.""Kau melegalkan seluruh bisnis keluargamu." Maria meremas tangan yang memegang tangannya.Maria melihat ekspresi terkejut Sarkon dan menjelaskan sambil tersenyum. "Aku tidak sengaja mendengarnya ketika Paman Karl dan Albert berdebat di taman."Sarkon membuang muka dengan tatapan tajam. "Dasar mereka berdua...." dia mengerang dalam hati. "Mereka sudah pantas jadi kakek-kakek, tapi masih saja bertengkar seperti anak TK."Sarkon terkejut lagi ketika Maria tiba-tiba melingkarkan lengan di pinggangnya dan memeluknya erat.S

  • Sang Kekasih Berambut Merah   Bab 169: Maria Ingin Tahu Semua Bekas Luka Sarkon

    Waktu seolah berhenti.Dunia tiba-tiba menjadi sunyi.Walau hanya sebuah gerakan yang sederhana, tapi itu telah memenangkan hatinya Sarkon. Walau sebenarnya, dari awalpun hatinya memang sudah menjadi milik Maria.Sarkon dengan cepat mengembalikan fokusnya ke jalan. Dia tidak tahu bagaimana harus bereaksi atau harus berkata apa. Ingatan ketika Maria mencium tangannya Sarkon yang penuh bekas luka dengan penuh kasih seolah Sarkon adalah hal terbaik yang terjadi padanya sudah melekat pada benaknya."Terima kasih," bisik Maria penuh kasih sayang.Si Pria Beringas itu menelan ludah. "Apa yang kamu katakan?" Dia berusaha terlihat tidak terpengaruh, tetapi suaranya serak karena emosi.Maria terkekeh. Suara itu bagai cahaya yang bersinar dengan murah hati ke kedalaman gelap hatinya Sarkon."Apakah kamu tahu bahwa kamu terlihat menggemaskan sekarang?" Suara manisnya menggoda.Sarkon berdeham dan bergumam, "Ti

  • Sang Kekasih Berambut Merah   Bab 168: Bekas Luka Sarkon yang Dalam

    Sarkon kembali ada di kamar tidurnya, dan hari sudah hampir siang. Dia menatap langit-langit kamar yang putih dan berkedip beberapa kali untuk menghilangkan kabut di pandangannya. Dia mulai merasakan napasnya lagi.Itu adalah mimpi buruk. Lagi.Mengambil tegukan besar dengan pelan, dia memaksa detak jantungnya yang liar untuk sedikit melambat. Dia menoleh ke kiri dan menangkap pemandangan mempesona dari wajah damai tunangannya yang tertidur.Sambil tersenyum hangat, Sarkon mengulurkan sebuah jari untuk menyelipkan ikal-ikal berwarna api yang longgar ke belakang telinga tunangannya yang lembut. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan menempelkan bibirnya ke dahinya.'Aku mencintaimu.'Tiga kata itu adalah kutukan. Alisnya yang tebal berkerut tanda tidak setuju."Mmm..." Maria mengerang dengan manis dan meringkuk lebih dekat padanya. Matanya masih terpejam, dan dia masih tertidur lelap.Sarkon terkekeh ringan dan m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status