Dia segera meletakkan sendok sayur yang ada di tangannya, kemudian menarik-narik pakaiannya dengan kaku dan canggung. "Yang Mulia sudah sampai. Kenapa tidak menyuruh seseorang memberitahuku agar aku bisa mengganti pakaian.""Menurutku pakaian Ibu sudah bagus, tidak perlu menggantinya," sahut Mentari.Gita memelototi Mentari. "Apa yang kamu tahu?""Aku sependapat dengan Mentari. Aku juga merasa bahwa penampilan Selir Gita sangat bagus," timpal Arjuna sambil tersenyum tipis.Bukan menyanjung atau meringankan rasa malu Gita, Arjuna benar-benar merasa bahwa pakaian Gita bagus.Karena terbiasa melihat pakaian-pakaian cantik di ibu kota selama ini, pakaian kasual ketat berwarna polos milik Gita benar-benar membuat Arjuna merasa enak dipandang.Kepalanya tidak mengenakan aksesoris rambut apa pun, hanya sanggul yang diikat dengan pita bunga, membuatnya tampak sangat anggun.Seperti perasaan tenang dan damai yang dirasakan setelah melalui hal-hal sepele dalam hidup.Setelah menerima pujian Arju
"Maksudmu, langkahmu selanjutnya adalah menyingkirkan Bara untuk menjadi Menteri Pekerjaan Umum?"Tanpa menunggu Arjuna berbicara, Dewi segera menggelengkan kepalanya dan melarang. "Tidak boleh, ini terlalu berbahaya. Kesampingkan sulitnya menyingkirkan Bara, sekalipun kamu benar-benar menyingkirkannya, uang adalah nyawa Yudha, dia tidak akan membiarkanmu menjadi Menteri Pekerjaan Umum.""Bagaimana kita tahu apakah itu akan berhasil atau tidak kalau kita tidak mencobanya?" ucap Arjuna dengan tegas."Sembarangan!" Dewi sangat marah. "Tahukah kamu apa akibatnya kalau kamu gagal? Nyawamu, nyawa adik-adikku, bahkan nyawaku."Melihat Dewi begitu tegang, Arjuna pun berkata dengan tenang. "Jangan khawatir, kamu belum menikah denganku, bagaimana mungkin aku mati? Bagaimana mungkin aku membiarkanmu mati?""Kamu ...." Wajah Dewi memerah tanpa terasa. "Dasar bajingan tak tahu malu!"Dia mengambil sebuah barang dari sampingnya, lalu melemparkannya ke Arjuna. "Selir Menengah Gita selalu menginginka
"Selir Menengah Gita."Suara Yudha mengejutkan pelayan yang sedang menuangkan teh untuknya. Pembantu itu tidak memegang teko dengan stabil sehingga teh yang mendidih langsung keluar dari teko, mengenai tangan Yudha."Plak!"Yudha menamparnya lalu berkata, "Budak sialan, apakah kamu ingin membuatku melepuh?""Ampun, Yang Mulia! Ampun, Yang Mulia!" Pelayan itu berlutut dengan wajah pucat, kemudian bersujud.Sayangnya ....Meskipun kepalanya berlumuran darah, Yudha tetap tidak mengampuninya. Hanya dengan satu kata, dia dipukul sampai mati dengan tongkat."Ayah, apa yang harus kita lakukan sekarang?"Begitu pembantu itu diseret ke luar, Kemal dan Kemil berbicara hampir serempak."Apa yang harus kita lakukan? Apa yang harus kita lakukan?" Yudha dengan marah melemparkan cangkir teh ke arah Kemal. "Dasar orang tak berguna, apa lagi yang bisa kamu katakan selain bertanya apa yang harus kita lakukan?""Ayah ...."Kemal tampak bingung dan sedikit sedih.Bukankah Kemil juga bertanya demikian? Men
Wajah gadis itu memerah karena panik dan malu, membuatnya tampak lebih lembut dan menawan."Yang ... Yang Mulia, Mentari tidak tahu itu Yang Mulia. Tolong ampuni aku." Gadis itu segera berlutut di lantai, kemudian memohon belas kasihan."Selir Menengah Gita, lihatlah dirimu, kamu membuat anak takut. Dia tidak sengaja." Arjuna membungkuk untuk membantu gadis itu berdiri.Namun, gadis itu berdiri lebih dulu. Tubuh kecilnya yang lincah dengan cepat melepaskan diri dari Arjuna, lalu berlari ke sisi Gita."Ibu, lihat, Ibu memang suka menakut-nakutiku. Yang Mulia Arjuna adalah orang yang saleh. Dia pasti tidak akan perhitungan dengan anak kecil. Yang Mulia ...."Gadis itu menoleh, lalu berkata kepada Arjuna. "Anda juga salah. Aku sudah mencapai usia menikah. Aku bukan lagi anak-anak, tapi orang dewasa. Namaku Mentari Kusnadi, Anda boleh memanggilku Mentari.""Hmm!" Dewi yang sedari tadi diam, berkata dengan pelan. "Mentari sudah tumbuh dewasa, tapi kulihat kamu hanya lebih tinggi. Sifatmu ma
"Yang Mulia Selir."Arjuna memanggil tiga kali sebelum Gita tersadar kembali."Ada apa, Yang Mulia?" Gita menundukkan kepalanya, seperti biasa menunjukkan sikap rendah diri.Arjuna merasa sedikit tidak nyaman dengan kehati-hatian dan sikap rendah diri Gita.Betapa banyak ketidakadilan yang dialami wanita ini sebelumnya hingga membuatnya begitu rendah diri.Wanita yang begitu cantik dan cerdas seharusnya tidak menerima penderitaan seperti itu."Yang Mulia Selir, Anda memiliki status yang lebih tinggi dariku, jadi Anda tidak perlu begitu berhati-hati.""Terima kasih, Yang Mulia." Gita tertegun lama sebelum berbicara, suaranya tercekat oleh isak kecil.Tidak ada seorang pun yang pernah mengatakan hal seperti itu padanya.Arjuna merasa tidak berdaya. Mengapa dia berterima kasih?Aish, sudahlah.Wanita zaman itu, mau setinggi atau serendah apa pun statusnya, memang sudah mendarah daging sikap rendah diri di dalam diri mereka.Arjuna menunjuk mesin di depannya. "Yang Mulia Selir, ini mesin j
Arjuna tidak dapat menahan diri untuk tidak mengagumi.Pesona matangnya tidak bisa dibandingkan dengan Nayla dan Intan.Langkahnya cepat tetapi santai. Dia mengenakan gaun kuning muda, beberapa helai rambut di dahinya bergoyang saat dia berjalan, membuatnya tampak lebih lembut dan cantik.Walaupun dia pernah melahirkan, pinggangnya masih sangat ramping. Ditambah lagi ikat pinggang berbentuk awan yang mengikatnya membuat pinggangnya tampak makin ramping.Jepit rambut giok disisipkan di rambutnya, membuat wajahnya tampak penuh pesona.Wajahnya dirias, alisnya digambar.Namun, riasannya tidak menor.Bibir merah merapat lembut, kulit putih seperti salju. Kecantikannya luar biasa memikat, lembut tapi membara. Tidak hanya menarik secara fisik, tetapi juga menggetarkan perasaan hingga ke tingkat batin.Tubuhnya yang ramping, montok dan anggun memancarkan godaan dalam setiap gerakannya.Cantik.Sangat cantik.Arjuna kehilangan kata-kata seketika.Sungguh tidak ada kata-kata yang lebih baik unt