Share

Bab 6

Author: Abimana
Disa tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Dia menurunkan anak panah dari busur panah, menggenggamnya dengan erat sambil memelototi Arjuna dengan tajam.

Arjuna juga merasa marah saat mendengarnya. Jangankan Disa, dia saja ingin rasanya mencekik Arjuna yang sebelumnya.

Daisha perlahan menurunkan tangannya yang terentang. Cahaya dalam matanya meredup sedikit demi sedikit. Disa benar, mereka belum pernah merasakan kehidupan yang nyaman sejak menginjakkan kaki di rumah ini.

Dia sering bertanya-tanya, apakah mati lebih baik daripada hidup?

"Dik Daisha, menyingkirlah." Disa mendorong Daisha ke samping, kemudian mengarahkan busur dan anak panahnya ke arah Arjuna lagi.

"Ah!" Daisha menutup matanya, dia tidak berani melihat.

Sekitar tiga detik berlalu.

"Kamu ...."

Disa tertegun melihat Arjuna yang mencekal tangannya di hadapannya.

"Bagaimana, bagaimana kamu ...." Disa berbicara dengan tidak jelas.

Bagaimana Arjuna tiba di depannya dan mencengkeram tangannya? Bagaimana dia memiliki kecepatan seperti itu, keterampilan seperti itu?

Jika Arjuna memiliki keterampilan seperti ini, dia pasti sudah lama menjual Daisha, tidak perlu menunggu Disa pergi baru menjual Daisha secara diam-diam.

"Di ... sa." Arjuna agak asing kala memanggil nama Disa untuk pertama kalinya.

Temperamen gadis ini seperti seekor ular yang siap mematuk orang begitu membuka mulut.

"Jangan begitu menggebu-gebu, bisakah kamu memahaminya dulu?"

"Lepas!" Sambil meronta, Disa diam-diam merasa terkejut karena dia tidak bisa melepaskan diri dari tangan Arjuna.

"Tidak."

Omong kosong! Mungkinkah Arjuna melepaskan Disa, kemudian membiarkan wanita itu memanahnya?

Untungnya, Arjuna adalah seorang tentara sebelumnya, keterampilannya cukup bagus.

"Kamu ...." Disa meronta dengan kuat.

Arjuna ingin mengambil anak panah itu dari tangan Disa, tetapi Arjuna yang sebelumnya malas bergerak sehingga ototnya tak berfungsi dengan baik.

Hari ini dia sudah menghajar Raditya, serta menghindari panah Disa dan mencekal tangan wanita itu. Sekarang tubuh Arjuna sudah tidak dapat bertahan.

Di tengah berdirinya ....

"Buk!"

Setelah merasa pandangannya berputar, Arjuna merasakan kelembutan dan kehangatan dari bawah tubuhnya, disertai aroma samar tubuh wanita.

Bibir Arjuna menyentuh sesuatu yang hangat, lembut dan menggoda.

Arjuna menggerakkan bibirnya secara naluriah.

"Um! Um!"

Arjuna melihat ke arah suara.

Hei, hei, hei.

Tadi saat Disa meronta, mereka jatuh ke lantai. Disa jatuh terlebih dahulu, sedangkan Arjuna kebetulan jatuh di atas tubuh Disa.

Sesuatu yang lembut dan hangat itu adalah tubuh Disa, sedangkan sesuatu yang hangat dan menggoda adalah bibirnya.

Saat ini, bibir mereka saling menempel.

"Um ...." Mulut Disa dibungkam, wajahnya memerah. Dia menatap Arjuna dengan tatapan kesal bercampur jengah.

Ada juga sedikit kegelisahan, jenis kegelisahan yang dirasakan saat pertama kali dekat dengan seorang pria.

Arjuna agak terkejut.

Bukankah Disa sudah menikah? Kenapa dia bereaksi seperti ini?

Jangan-jangan ....

Arjuna teringat akan Daisha yang mengatakan bahwa dia masih perawan.

Jangan-jangan Disa juga demikian?

Jawaban dalam hati Arjuna sangat yakin.

Daisha yang begitu lemah lembut saja tak disentuh oleh Arjuna yang sebelumnya, apalagi Disa yang galak ini.

Wajah Disa begitu merah layaknya tomat, jadi Arjuna menjauhkan bibirnya.

"Cepat menyingkir!" teriak Disa dengan malu sekaligus kesal begitu bibirnya bebas.

"Oh?" Arjuna memandang Disa, lalu tersenyum sembari bertanya, "Bagaimana kalau aku tidak mau?"

Walaupun Disa agak galak, dia terlihat sedikit lucu saat bersikap galak.

Dia benar-benar berbeda dari Daisha.

Saat bersama Daisha, dia akan merasa lembut dan tenang.

Sedangkan bersama Disa terasa menantang dan menyenangkan.

"Kamu bajingan! Tidak tahu malu!"

"Bajingan? Siapa yang kamu maksud?" ucap Arjuna yang timbul niat untuk bersikap jail seraya mencolek wajah Disa dan terkekeh.

"Mau aku bangun? Boleh! Tapi kamu benar-benar tidak mengerti aturan, kamu memanggilku dengan nama, bahkan ingin membunuhku. Aku ini tuanmu."

"Ayo, panggil aku 'tuan'."

"Kamu ...." Disa memandang Arjuna dengan bingung. Dia merasa malu hingga ingin rasanya ditelan Bumi saja.

Setelah menikah dengan Arjuna selama setahun, dia belum pernah melihat Arjuna yang seperti ini.

Dia membenci Arjuna yang memukul dan memarahinya.

Dia lebih membenci Arjuna yang menggodanya.

Namun, ada apa dengan jantungnya yang berdebar kencang ini?

"Kalau kamu tidak panggil, aku tidak akan bangun." Lagi pula, Disa sudah mengatainya bajingan, Arjuna tidak akan membiarkan Disa menuduhnya.

Disa memberontak dengan tidak terima, tetapi dia segera menyadari bahwa itu tidak ada gunanya.

Disa memalingkan wajah, kemudian memanggil dengan cepat dan tidak jelas. "Tuan."

"Panggil sambil tatap aku."

"Tuan!" Disa yang tampak geram dengan wajah merona memiliki pesona yang tak terlukiskan.

Lain kali .... Arjuna memikirkan gambaran lain kali di dalam benaknya.

Begitu Arjuna bangun, Disa langsung berlari ke luar rumah sambil menyembunyikan wajahnya. Dia merasa malu nan kesal dan terus memukul pagar di halaman. Arjuna menyaksikannya sambil terkekeh.

Melihat Disa yang ada di luar rumah dan Arjuna yang duduk di atas kompor sambil terkekeh, Daisha pun bersandar di pintu, lalu menghela napas lega.

Untung Kak Disa tidak melukai Tuan.'

Jika Disa benar-benar membunuh Arjuna, konsekuensinya tidak terbayangkan.

Daisha tidak takut mati, tetapi takut melibatkan saudarinya yang lain.

Selain itu ....

Daisha diam-diam menatap Arjuna.

Tadi Arjuna melindunginya dan nyaris membunuh Raditya deminya.

Setelah jatuh ke jurang dan siuman, Arjuna tampak sangat berbeda.

Daisha mulai menantikan masa depan.

Masa depan di mana Arjuna memperlakukan mereka dengan baik, hidup harmonis, mereka memberi keturunan untuk pria itu.

Akankah hari seperti itu tiba?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Suroso Kemis
mantap menarik
goodnovel comment avatar
Chen Kuan tay
lanjut.... menunggu 2 istri lg
goodnovel comment avatar
Demi Loinenak
menarik dan ada lucunya.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1062

    "Jangan-jangan kamu ...." Arjuna bangkit, lalu duduk di samping Amira. Tatapannya menjadi waspada saat dia menatap perut wanita itu yang sedikit membuncit. "Hamil?""Ya."Pipi Amira memerah, matanya yang menawan dipenuhi cinta keibuan. Dia kembali menggenggam tangan Arjuna, kemudian meletakkannya di perutnya. "Sudah tiga bulan lebih."Tiga bulan lebih yang lalu, Arjuna akan berangkat ke Kota Phoenix. Amira menempuh perjalanan ribuan mil ke ibu kota Bratajaya, ingin ikut dengannya.Arjuna tidak membiarkannya pergi. Sebelum pergi, mereka menghabiskan dua jam lebih di kereta kuda untuk menghibur Amira yang telah melakukan perjalanan sejauh ini.Bayi di dalam perut Amira pasti hadir sekitar waktu itu.Arjuna menundukkan kepalanya, lalu dengan lembut mencium perut Amira yang membuncit."Kamu sedang hamil, kita memang tidak boleh macam-macam."Saat Arjuna memakaikan Amira pakaian, tak disangka Amira malah meraih tangan Arjuna. Dia menarik tangan Arjuna ke atas hingga meletakkannya di payudar

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1061

    "Untuk saat ini, memang hanya aku yang bisa menggunakan. Hendri." Arjuna menoleh ke Hendri lalu berkata, "Setelah makan, ikutlah denganku. Aku tidak familiar dengan jalan di Negara Surgajelita.""Baik, Yang Mulia," jawab Hendri dengan lugas untuk pertama kalinya."Pergi setelah makan?" Amira segera meraih tangan Arjuna. "Aku akan pergi bersamamu.""Tidak boleh."Arjuna langsung menolak, sikapnya tegas."Saat ini Negara Surgajelita sedang menghadapi bencana besar, kamu tidak boleh meninggalkan istana."Merasa dirinya sudah bersikap terlalu keras, Arjuna pun menambahkan kalimat lain."Baiklah, aku akan mendengarkanmu, Arjuna." Amira sedikit cemberut.Hendri tidak jauh lebih tua dari Amira. Dia telah menyaksikan Amira tumbuh dewasa. Untuk pertama kalinya, dia melihat Amira bertingkah seperti wanita pada umumnya.Saat ini, dia tahu dia telah sepenuhnya kalah.Arjuna bukan lebih hebat bertarung darinya, tetapi juga berkali-kali lipat lebih cakap dalam manajemen krisis.Bagaimana dia bisa di

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1060

    Karena tidak ada bahan mudah terbakar di sekitar kedua api tersebut, oksigen di pusat api telah benar-benar habis, api pun padam.Arjuna tidak ingin menjelaskan metode memadamkan api dengan api, karena meskipun dia menjelaskannya, orang-orang ini mungkin tidak akan mengerti."Ayah, kurasa Perdana Menteri adalah seorang dewa!"Suara kekanak-kanakan yang jelas bergema dari kerumunan."Aku juga berpikir begitu. Jika dia bukan dewa, bagaimana mungkin dia begitu baik? Dia tidak hanya bekerja bersama dengan kita saat menggali lubang tadi, tapi dia juga bekerja lebih efisien daripada kita.""Benar, dia bekerja dengan efisien, ramah kepada orang-orang biasa. Hanya dalam empat jam, secara ajaib memadamkan api. Yang Mulia pasti dewa."Orang-orang yang telah menggali terowongan di sekitar Arjuna berbicara sambil berlutut untuk memberi penghormatan kepadanya.Saat mereka berlutut, orang-orang di sekitar mengikutinya.Melihat orang-orang berlutut, para prajurit pun ikut berlutut.Akhirnya, para men

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1059

    "Jenderal Hendri, apakah kamu terima pertempuran di Kota Sudarana?" tanya Arjuna.Hendri membungkuk kepada Arjuna. "Yang Mulia Perdana Menteri tidak hanya dapat menciptakan granat yang mengerikan, tapi juga memiliki taktik yang luar biasa. Aku kagum, tapi ...."Hendri menatap Arjuna dengan dingin. "Bukankah tidak pantas Yang Mulia mengungkit masa lalu saat ini? Jika Yang Mulia benar-benar menginginkan pujianku, setelah api padam, aku bisa mengunjungi dan memuji Anda selama sepuluh hari, bahkan setengah bulan."Kata-kata Hendri terdengar sarkastis, tetapi Arjuna tidak menghiraukannya. Dia hanya tersenyum tipis."Baiklah, aku akan menunggumu di kediaman. Soal tidak pantas mengungkit masa lalu yang kamu bilang, aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku tidak hanya lebih hebat darimu dalam berperang, tapi aku juga ahli dalam memadamkan api."Lebih tepatnya, ini disebut serangan pengurangan dimensi, tetapi Arjuna menghindari penggunaan istilah itu karena dia takut orang-orang kuno ini tidak m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1058

    Amira berjalan mendekat, lalu berdiri di samping Arjuna.Mata indahnya bersinar dingin.Dia datang untuk mendukung Arjuna.Benar saja.Suara-suara yang menyudutkan Arjuna tiba-tiba berhenti, orang-orang mengamuk tetapi tidak berani berbicara."Terima kasih, sayang."Arjuna menyengir.Rasanya sangat bahagia dilindungi dan dimanja oleh istri.Amira tidak mengerti apa arti "sayang", tetapi Arjuna tersenyum, artinya pasti sebuah pujian. Arjuna senang, begitu pula dirinya.Arjuna tetap diam. Orang-orang di sekitar yang takut pada Amira pun diam. Ratusan ribu orang berdiri di puncak gunung, tetapi begitu hening.Satu-satunya suara yang terdengar hanya suara angin dan derak api yang di kejauhan.Arjuna memegang tangan Amira sambil melihat api yang tak jauh darinya.Api sama sekali tidak mereda, malah makin besar.Seiring api makin dekat, atmosfer yang menyesakkan terasa. Puncak gunung yang sunyi mencapai puncaknya, banyak orang hampir meledak.Tiba-tiba!"Berubah, berubah!"Arjuna berteriak p

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1057

    "Dia ... dia itu Perdana Menteri!"Orang-orang yang mengenali Arjuna sangat terkejut."Dia adalah Perdana Menteri?""Perdana Menteri yang menyebabkan amukan Tuhan di Negara Surgajelita?""Diam! Kecilkan suaramu! Apakah kamu sudah bosan hidup?""Tidak apa-apa. Hari ini terlalu berangin. Aku tidak mendengar apa-apa." Arjuna tersenyum.Arjuna menatap para pemuda itu. "Kemarilah, aku akan mengajari kalian. Setelah itu, kalian bisa mengajar orang lain."Arjuna berbicara dengan rendah hati, sama sekali tidak ada gaya seorang pejabat.Pembawaannya yang santai membuat para pemuda lebih rileks.Arjuna mengajar satu demi satu kelompok.Dia mengajar sambil mempraktikkan. Selama mengajar, dia menggali jarak yang cukup jauh.Anak muda belajar dengan cepat. Setelah Arjuna mengajar, para pemuda menguasai tekniknya, kemudian mereka bubar untuk mengajari orang lain.Ketika dia tidak lagi butuh mengajar, Arjuna bergabung dengan orang-orang di sekitarnya untuk menggali."Pak, bukankah kalian disuruh beri

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status