Share

Bab 5

Author: Abimana
"Siu!"

"Set!" Sebuah anak panah tertancap di panel pintu.

Arjuna menatap anak panah yang berjarak nol koma sekian sentimeter darinya dengan mata terbelalak. Dia merasa seperti baru selamat dari bencana. Jika anak panah itu meleset sedikit saja ....

Siapa?

Siapa yang begitu berani?!

Seorang wanita yang tinggi dan cantik tiba-tiba muncul di depan Arjuna.

"Kak Disa!"

Sebelum Arjuna bereaksi, Daisha sudah menghampiri wanita itu.

Kak Disa.

Disa Alsava?

Dalam ingatan Arjuna, Disa adalah kakak kandung Daisha, istri Arjuna yang lain.

Arjuna mengamati Disa dengan cermat.

Tingginya diperkirakan sekitar 170 sentimeter. Tinggi ini dianggap super tinggi pada zaman kuno.

Parasnya mirip dengan Daisha, tetapi juga berbeda.

Wajah Disa lebih tegas daripada Daisha, tubuhnya lebih berisi, warna kulitnya mendekati warna gandum, ditambah dengan tinggi badannya, dia memberi kesan lancang dan seksi.

Mungkin karena lari cepat, wajah Disa memerah, butiran keringat menetes dari dahinya, dadanya naik turun, pakaiannya basah oleh keringat.

Ehem!

Arjuna dengan cepat memalingkan wajah.

Jika Daisha yang lemah dan lembut membuat orang ingin melindunginya, maka Disa yang seksi dan galak membuat orang ingin menaklukkannya.

"Dik Daisha, bagus sekali kamu masih di sini!" Disa memeluk Daisha dengan erat, tidak berani melepaskannya.

Rumah mereka sudah hampir kehabisan beras. Arjuna pasti akan memukuli mereka jika tidak ada nasi untuk dia makan. Disa tinggi dan tahan terhadap pukulan, tetapi tubuh Daisha memang lemah dari awal. Setelah menikah dengan Arjuna selama satu tahun, Daisha sering dipukul sehingga tubuhnya makin lemah dibanding sebelumnya. Bila Arjuna memukulnya lagi, nyawa Daisha mungkin akan melayang.

Takut Arjuna akan menghajar Daisha lagi, Disa pun pergi berburu fajar kemarin. Dia ingin menangkap hewan buruan untuk dijual agar bisa membeli beras.

Situasi sekarang sedang buruk, panen di ladang tidak bagus sehingga banyak orang pergi berburu. Disa tidak menangkap apa pun setelah keluar selama dua hari.

Daisha, yang tidak makan selama dua hari, kembali dengan tubuh lelah dan lapar. Tak disangka begitu dia kembali ke desa, dia mendengar penduduk desa membicarakan tentang Arjuna yang menjual Daisha ke Rumah Bordil Prianka hanya seharga seratus sen.

Setelah mendengar kabar tersebut, Disa pun segera berlari pulang karena takut Daisha telah dibawa pergi.

"Kak Disa." Daisha memeluk Disa. Air mata yang telah mengumpul di matanya akhirnya tumpah. Dia memeluk Disa sambil menangis.

Arjuna yang tiba-tiba berubah, dirinya hampir dibawa pergi oleh Raditya. Semua hal ini membuatnya terkejut sekaligus takut.

Dia tidak tahu mengapa Arjuna tiba-tiba tidak memarahi dan memukulnya lagi, dia juga tidak tahu apakah Raditya dan yang lainnya akan kembali lagi.

Begitu mendengar tangisan Daisha, Disa yang memang marah pun tidak bisa menahannya lagi. Dia mendorong Daisha, lalu memelototi Arjuna.

"Arjuna ...."

"Kak Disa!"

Begitu Disa berbicara, Daisha segera mengulurkan tangan untuk menutup mulut kakaknya itu. "Tidak boleh memanggil nama Tuan secara langsung, harus panggil 'tuan'."

Menurut hukum di Kerajaan Bratajaya, istri tidak boleh memanggil suami dengan nama tanpa persetujuan suami. Jika melanggar, suami boleh mengirim istrinya ke pengadilan untuk dipukul dengan papan, kemudian dipenjara.

"Tuan?" Disa memelototi Arjuna sembari menggertakkan gigi. "Dia sudah menjualmu, persetan dengan panggilan 'tuan'!"

"Kehidupan seperti apa yang kita jalani selama satu tahun terakhir sejak menikah dengannya? Lihat, kakimu yang semula baik-baik saja dipatahkan olehnya. Ada juga Kak Dewi dan Kak Dira ...."

Disa makin mengoceh makin menggebu-gebu. Dia tiba-tiba mengeluarkan anak panah dari belakang punggungnya, meletakkannya di busur, kemudian mengarahkannya ke Arjuna.

"Hei!" Arjuna sontak menghindar. "Ini penuduhan! Aku tidak menjual adikmu!"

Sial!

Dia mengalami transmigrasi ke dunia macam apa ini?

Kenapa pembukaannya adalah perkelahian dan bunuh-bunuhan?

Selain itu, istrinya sendiri pula yang ingin membunuhnya.

"Aku menuduhmu? Memangnya bukan kamu yang menerima seratus sen itu?"

"Tentu saja bukan aku, tapi Arjuna!"

"Kamu bukan Arjuna?"

Arjuna yang sekarang bukan Arjuna yang dulu. Seketika, Arjuna benar-benar tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Dia yakin jika dia mengatakan bahwa dia telah mengalami transmigrasi, Disa akan langsung memanahnya.

Sebenarnya Arjuna tidak menjelaskan sekalipun, Disa tetap akan memanahnya.

"Arjuna, pergilah ke neraka!"

Busur di tangan Disa telah ditarik sepenuhnya, anak panah yang ada di tali sudah siap ditembakkan.

"Jangan, Kak Disa!"

Daisha segera berdiri di depan Arjuna dengan tangan terentang.

"Minggir, Dik Daisha!"

"Kak Disa!" Daisha melindungi Arjuna dengan baik di belakangnya. "Tuan adalah akar kita, tidak boleh dibunuh. Kalau dia mati, kita juga harus mati."

Bila Arjuna meninggal, istri-istrinya menjadi wanita tanpa pemilik yang dapat ditindas oleh siapa pun.

Selain itu, istri membunuh suami merupakan kejahatan berat di Kerajaan Bratajaya. Kepala mereka bisa dipenggal di pasar. Meskipun saudari-saudari si pembunuh bisa bebas dari hukuman mati, mereka akan diasingkan ke perbatasan untuk bekerja sebagai buruh.

Pada dasarnya, orang yang pergi ke perbatasan tidak bisa kembali lagi.

"Kalau begitu kita mati bersama saja!"

Saat Disa mendengar bahwa Arjuna menjual Daisha ketika dia berada di pintu masuk desa, Disa tidak ingin hidup lagi. "Selama enam bulan terakhir, bukankah kita menjalani kehidupan dengan menderita? Selain pergi bersenang-senang dan berjudi, dia hanya memukul kita di rumah."

"Aku sudah menghitungnya. Dia memukul kita, mencambuk kita. Bukan hanya itu, tiga bulan lalu, dia kalah berjudi, kemudian melampiaskan amarahnya padamu, mematahkan kakimu. Ada juga Dik Dinda ...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Suroso Kemis
bagus mantap
goodnovel comment avatar
Chen Kuan tay
Ceritanya sangat bagus dan menghibur
goodnovel comment avatar
Demi Loinenak
Bagus ceritanya,lanjutkan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1062

    "Jangan-jangan kamu ...." Arjuna bangkit, lalu duduk di samping Amira. Tatapannya menjadi waspada saat dia menatap perut wanita itu yang sedikit membuncit. "Hamil?""Ya."Pipi Amira memerah, matanya yang menawan dipenuhi cinta keibuan. Dia kembali menggenggam tangan Arjuna, kemudian meletakkannya di perutnya. "Sudah tiga bulan lebih."Tiga bulan lebih yang lalu, Arjuna akan berangkat ke Kota Phoenix. Amira menempuh perjalanan ribuan mil ke ibu kota Bratajaya, ingin ikut dengannya.Arjuna tidak membiarkannya pergi. Sebelum pergi, mereka menghabiskan dua jam lebih di kereta kuda untuk menghibur Amira yang telah melakukan perjalanan sejauh ini.Bayi di dalam perut Amira pasti hadir sekitar waktu itu.Arjuna menundukkan kepalanya, lalu dengan lembut mencium perut Amira yang membuncit."Kamu sedang hamil, kita memang tidak boleh macam-macam."Saat Arjuna memakaikan Amira pakaian, tak disangka Amira malah meraih tangan Arjuna. Dia menarik tangan Arjuna ke atas hingga meletakkannya di payudar

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1061

    "Untuk saat ini, memang hanya aku yang bisa menggunakan. Hendri." Arjuna menoleh ke Hendri lalu berkata, "Setelah makan, ikutlah denganku. Aku tidak familiar dengan jalan di Negara Surgajelita.""Baik, Yang Mulia," jawab Hendri dengan lugas untuk pertama kalinya."Pergi setelah makan?" Amira segera meraih tangan Arjuna. "Aku akan pergi bersamamu.""Tidak boleh."Arjuna langsung menolak, sikapnya tegas."Saat ini Negara Surgajelita sedang menghadapi bencana besar, kamu tidak boleh meninggalkan istana."Merasa dirinya sudah bersikap terlalu keras, Arjuna pun menambahkan kalimat lain."Baiklah, aku akan mendengarkanmu, Arjuna." Amira sedikit cemberut.Hendri tidak jauh lebih tua dari Amira. Dia telah menyaksikan Amira tumbuh dewasa. Untuk pertama kalinya, dia melihat Amira bertingkah seperti wanita pada umumnya.Saat ini, dia tahu dia telah sepenuhnya kalah.Arjuna bukan lebih hebat bertarung darinya, tetapi juga berkali-kali lipat lebih cakap dalam manajemen krisis.Bagaimana dia bisa di

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1060

    Karena tidak ada bahan mudah terbakar di sekitar kedua api tersebut, oksigen di pusat api telah benar-benar habis, api pun padam.Arjuna tidak ingin menjelaskan metode memadamkan api dengan api, karena meskipun dia menjelaskannya, orang-orang ini mungkin tidak akan mengerti."Ayah, kurasa Perdana Menteri adalah seorang dewa!"Suara kekanak-kanakan yang jelas bergema dari kerumunan."Aku juga berpikir begitu. Jika dia bukan dewa, bagaimana mungkin dia begitu baik? Dia tidak hanya bekerja bersama dengan kita saat menggali lubang tadi, tapi dia juga bekerja lebih efisien daripada kita.""Benar, dia bekerja dengan efisien, ramah kepada orang-orang biasa. Hanya dalam empat jam, secara ajaib memadamkan api. Yang Mulia pasti dewa."Orang-orang yang telah menggali terowongan di sekitar Arjuna berbicara sambil berlutut untuk memberi penghormatan kepadanya.Saat mereka berlutut, orang-orang di sekitar mengikutinya.Melihat orang-orang berlutut, para prajurit pun ikut berlutut.Akhirnya, para men

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1059

    "Jenderal Hendri, apakah kamu terima pertempuran di Kota Sudarana?" tanya Arjuna.Hendri membungkuk kepada Arjuna. "Yang Mulia Perdana Menteri tidak hanya dapat menciptakan granat yang mengerikan, tapi juga memiliki taktik yang luar biasa. Aku kagum, tapi ...."Hendri menatap Arjuna dengan dingin. "Bukankah tidak pantas Yang Mulia mengungkit masa lalu saat ini? Jika Yang Mulia benar-benar menginginkan pujianku, setelah api padam, aku bisa mengunjungi dan memuji Anda selama sepuluh hari, bahkan setengah bulan."Kata-kata Hendri terdengar sarkastis, tetapi Arjuna tidak menghiraukannya. Dia hanya tersenyum tipis."Baiklah, aku akan menunggumu di kediaman. Soal tidak pantas mengungkit masa lalu yang kamu bilang, aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku tidak hanya lebih hebat darimu dalam berperang, tapi aku juga ahli dalam memadamkan api."Lebih tepatnya, ini disebut serangan pengurangan dimensi, tetapi Arjuna menghindari penggunaan istilah itu karena dia takut orang-orang kuno ini tidak m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1058

    Amira berjalan mendekat, lalu berdiri di samping Arjuna.Mata indahnya bersinar dingin.Dia datang untuk mendukung Arjuna.Benar saja.Suara-suara yang menyudutkan Arjuna tiba-tiba berhenti, orang-orang mengamuk tetapi tidak berani berbicara."Terima kasih, sayang."Arjuna menyengir.Rasanya sangat bahagia dilindungi dan dimanja oleh istri.Amira tidak mengerti apa arti "sayang", tetapi Arjuna tersenyum, artinya pasti sebuah pujian. Arjuna senang, begitu pula dirinya.Arjuna tetap diam. Orang-orang di sekitar yang takut pada Amira pun diam. Ratusan ribu orang berdiri di puncak gunung, tetapi begitu hening.Satu-satunya suara yang terdengar hanya suara angin dan derak api yang di kejauhan.Arjuna memegang tangan Amira sambil melihat api yang tak jauh darinya.Api sama sekali tidak mereda, malah makin besar.Seiring api makin dekat, atmosfer yang menyesakkan terasa. Puncak gunung yang sunyi mencapai puncaknya, banyak orang hampir meledak.Tiba-tiba!"Berubah, berubah!"Arjuna berteriak p

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1057

    "Dia ... dia itu Perdana Menteri!"Orang-orang yang mengenali Arjuna sangat terkejut."Dia adalah Perdana Menteri?""Perdana Menteri yang menyebabkan amukan Tuhan di Negara Surgajelita?""Diam! Kecilkan suaramu! Apakah kamu sudah bosan hidup?""Tidak apa-apa. Hari ini terlalu berangin. Aku tidak mendengar apa-apa." Arjuna tersenyum.Arjuna menatap para pemuda itu. "Kemarilah, aku akan mengajari kalian. Setelah itu, kalian bisa mengajar orang lain."Arjuna berbicara dengan rendah hati, sama sekali tidak ada gaya seorang pejabat.Pembawaannya yang santai membuat para pemuda lebih rileks.Arjuna mengajar satu demi satu kelompok.Dia mengajar sambil mempraktikkan. Selama mengajar, dia menggali jarak yang cukup jauh.Anak muda belajar dengan cepat. Setelah Arjuna mengajar, para pemuda menguasai tekniknya, kemudian mereka bubar untuk mengajari orang lain.Ketika dia tidak lagi butuh mengajar, Arjuna bergabung dengan orang-orang di sekitarnya untuk menggali."Pak, bukankah kalian disuruh beri

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status