Share

Kekuatan Elemen Cahaya.

Di dalam ruangan rahasia, tempat Jiro berada.

“Dasar tidak berguna! Kalau saja aku lebih kuat lagi …,” teriak jiro menyalahkan dirinya sendiri.

Ia merasa dirinya tidak berguna karena bersembunyi seperti seorang pengecut. Sementara Ibu, Bibi, dan orang-orang desa harus bertarung untuk melindungi desa. Ia berjalan kesana-sini dan berteriak, juga mencoba menghancurkan dinding ruangan itu meskipun tidak ada gunanya.

Namun perlahan, Jiro menjadi sedikit lebih tenang saat ia teringat tentang sikap seorang pejuang, seperti yang dikatakan oleh bibinya. “Tidak ada gunanya aku terus bertingkah seperti ini! Lebih baik aku memperkuat hati dan pikiranku, seperti yang dikatakan oleh Bibi!” ucap Jiro dengan tegas.

Jiro berjalan ke tengah-tengah ruangan itu, lalu mengambil sikap duduk bersila. Ia berencana untuk melakukan meditasi sampai ibunya datang kembali.

Satu jam berlalu, sejak Jiro bermeditasi ….

Semakin lama Jiro bermeditasi, entah kenapa hatinya semakin terasa sakit. Tubuhnya bergetar, hingga tak terasa setetes air mata jatuh dari matanya. Tepat mengenai kalung liontin yang dikenakannya.

Liontin berwarna putih itu seketika saja mengeluarkan cahaya, yang semakin lama semakin terang hingga menutupi seluruh ruangan itu.

Jiro yang tersadar akan hal itu, ‘pun menjadi panik. “Apa yang terjadi! Mengapa kalung ini mengeluarkan cahaya?” Jiro yang saat itu panik, langsung melepaskan kalung di lehernya. Tanpa pikir panjang, ia melemparkannya ke sembarang arah tanpa memperdulikan kalung itu akan hilang.

Namun semuanya sudah terlambat, cahaya dari kalung itu sudah memenuhi seluruh ruangan. Jiro merasa seperti matanya telah buta, ia hanya melihat warna putih di sekelilingnya.

“Dimana ini? Apakah aku sudah mati? Atau … mungkinkah aku buta?” tanya Jiro pada dirinya sendiri.

Di saat Jiro sedang kebingungan, ruang hampa di depannya tiba-tiba saja bergetar. Sosok berbentuk seperti roh yang melayang di kehampaan, muncul entah dari mana. Adegan itu membuat Jiro terkejut hingga terjatuh dengan tubuh yang bergetar.

Sosok roh itu menatap Jiro yang ketakutan, lalu mendesah pelan. “Sepertinya kau terkejut saat melihatku, bukan? Namun, aku juga terkejut saat mengetahui bahwa penerus elemen cahaya selanjutnya merupakan orang yang penakut sepertimu.” ucapnya.

Jiro tertegun mendengarnya. Ia kebingungan dan tidak tahu ingin berkata apa. Hal itu membuat raut wajah sosok roh itu menjadi kesal. “Aku ingin sekali memukul kepalamu itu, tapi sekarang bukan waktu yang tepat!”

Melihat sikapnya yang penakut, Jiro pun menjadi malu. Ia langsung bangkit berdiri dan mendekat pada sosok roh tersebut. Ia menangkupkan tangannya, dan berkata, “Maaf, Senior! Kalau boleh tahu, siapakah senior ini? Dan tempat apa ini?” Jiro bertanya dengan wajah polosnya.

Sosok roh itu menghela napas. “Kita langsung ke intinya saja! Apakah kau ingin menyelamatkan Ibumu dan melindungi desa?”

“Ya! Aku ingin melakukannya, walau harus mempertaruhkan nyawaku!” Jiro langsung berubah menjadi tegas.

“Anak ini … meskipun penakut, tapi hatinya sangat besar. Dia mampu menghilangkan segala ketakutannya demi orang yang dia sayangi!” gumam sosok roh itu dalam hati.

“Baiklah! Jika kau ingin melindungi orang-orang yang kau sayangi, itu artinya kau sudah siap untuk menempuh jalan yang sulit!” ucap sosok itu.

Jiro mengangguk dengan penuh ketegasan. “Aku akan melakukan apapun demi keluargaku dan menanggung segala penderitaan dunia untuk membawa kedamaian bagi manusia! Seperti apa yang dikatakan oleh Ayahku!”

“Bagus! Sekarang, mendekatlah!” Sosok itu mengulurkan telapak tangannya dan menyentuh kepala Jiro. “Ini akan sedikit sakit. Kau harus bisa menahannya!”

Jiro merasakan sesuatu mengalir di kepalanya, saat tangan sosok itu menyentuhnya. Perlahan, rasa sakit mulai ia rasakan. “Sakit sekali! Apa yang kau lakukan?” Jiro mengerang kesakitan sembari memegang kepalanya.

Sosok itu tidak menjawab dan masih mengalirkan sesuatu ke kepala Jiro. Hingga perlahan, rasa sakit yang Jiro rasakan mulai menghilang dan digantikan oleh rasa nyaman.

“Perasaan apa ini?” tanya jiro dengan mata yang tertutup.

“Sekarang, duduklah! Dan pahami semua yang telah kuberikan padamu!” perintahnya.

Jiro pun langsung mengambil sikap duduk bersila, lalu mulai tenggelam dalam pikirannya.

Waktu terus berjalan dengan perlahan ….

Di dalam pikiran Jiro.

Sebuah adegan tercipta di pikirannya. Adegan peperangan antara ras manusia melawan ras iblis, yang terjadi ribuan tahun lalu. Adegan itu lalu berganti pada pertempuran satu lawan enam. “Apakah orang itu adalah sosok roh yang tadi?” Jiro memperhatikan sosok pria paruh baya yang bertarung melawan enam orang sekaligus.

Adegan itu terus berlanjut, Jiro mengepalkan tangannya ketika melihat kejadian itu. “Tenang saja, Senior! Aku akan membantumu membalaskan dendam mu!” gumam Jiro.

Adegan itu menghilang dan sekelilingnya menjadi gelap. Jiro merasa ditekan oleh kegelapan yang mengelilinginya, ia berusaha mencari sumber cahaya namun tidak menemukannya. Pada akhirnya, dalam tekanan kegelapan, Jiro memejamkan matanya secara perlahan. Tubuhnya mengeluarkan cahaya yang semakin lama semakin terang, hingga seluruh kegelapan di sekelilingnya berbalik ditekan dan menghilang. Dengan mata yang terpejam, Jiro duduk bersila dan menyatukan kedua tangannya seperti sedang bermeditasi.

“Kegelapan menutupi segalanya dan membuatnya mati, tetapi cahaya datang untuk menghapus kegelapan dan memberikan kehidupan yang baru! Jadilah penerang dan sebarkan tekad cahaya, itulah jalan penerus cahaya!” Jiro membuka matanya.

“Aku sudah memahami Elemen Cahaya tingkat pertama. Namun sebelum itu, aku harus membuka jalur nadi dan membentuk jantung agung untuk mengambil jalan seorang pejuang!” Jiro kembali menutup matanya.

Selama Jiro membentuk ulang tubuhnya, ia berulang kali merasakan sakit yang luar biasa.

Pada dasarnya, disaat seseorang ingin mengambil jalan ‘Pejuang’, ia diwajibkan untuk membuka lima jalur nadi di tubuhnya. Lalu membentuk jantung agung yang nantinya menjadi tempat untuk menyimpan inti seni yang dipahaminya.

Di dunia ini, sistem kekuatan seseorang disebut seni. Ada lima seni yang umum dikenal oleh semua orang, yaitu seni waktu, seni ruang, seni senjata, seni tubuh, dan seni alam. Ada juga seni elemen yang merupakan seni langka dan hampir dilupakan, karena tidak pernah terlihat sama sekali dalam beberapa ribu tahun ini.

Kondisi Jiro saat ini sedikit lebih baik, setelah sebelumnya ia mengalami kondisi yang hampir membuatnya pingsan beberapa kali. Terlihat sedikit senyum yang tersungging di bibirnya.

“Umumnya, seorang pejuang itu berbeda dengan manusia biasa. Jalan yang diambil oleh para pejuang sangatlah menyakitkan, namun hasil yang diterima juga luar biasa.” ujar Jiro dengan penuh kekaguman.

“Aku sudah berhasil membuka jalur nadi dan membentuk jantung agung! Sekarang aku hanya perlu menyerap energi kosmik di sekitar dan memadatkannya ke inti elemen cahaya di dalam jantung agung.” Mata Jiro terfokus dan berusaha merasakan energi kosmik di sekitarnya, lalu ditarik masuk ke dalam tubuhnya.

Di luar, tubuh Jiro yang saat ini sedang bermeditasi tiba-tiba saja mengeluarkan cahaya. Angin di sekitarnya terus berputar, saat energi yang padat berkumpul di dalam tubuhnya.

Ledakan yang cukup keras pun terjadi, ketika energi di tubuhnya dilepaskan bersamaan. Ledakan itu bahkan menghancurkan seluruh ruangan rahasia itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status