Share

04

Di dunia peri. 

Ratu peri duduk di kursi kebesarannya penuh wibawa. Para peri pun tampak duduk berkumpul dengan tenang. Mereka semua menggunakan pakaian serba putih. Dan didukung nuansa sekeliling pun serba putih. Tampak bercahaya. 

Jezin masuk entah dari pintu mana. Terlihat seperti noda diantara mereka dengan pakaian serba hitam yang ia kenakan. Kontras. 

Duduk dengan angkuhnya di kursi yang masih kosong. Memang diperuntukkan untuknya. Melipat lengannya di depan dada. 

"Aiich. Apa aku harus datang setiap kalian sedang menikmati teh kayangan. Aku sangat sibuk, tidak punya waktu untuk mendengar keluh kesah kalian." Jezin protes. Dia tampak tidak menyukai pertemuan itu. 

"Perhatikan kata yang keluar dari mulut Anda, Peri Pemburu. Anda sedang di depan Ratu Peri." Salah satu peri paruh baya tidak suka dengan sikap Jezin. 

"Bukan hanya Anda yang sibuk, Peri Pemburu. Kami juga sangat sibuk. Tapi ini adalah undangan rapat dari Ratu Peri. Perhatikan sikap Anda." Yang lain ikut menimpali. 

Jezin tak acuh. Dia hanya mendengus kesal. Ratu peri tersenyum anggun. Dia sudah tau sifat pembangkang Jezin. 

"Dan bisakah Anda menghadiri rapat dengan pakaian yang lebih sopan? Anda mencemari kesucian dunia peri dengan pakaian mengerikan Anda." Sambung yang lain. 

"Aura ketampananku semakin memancar dengan pakaian yang aku kenakan. Dan ini jauh lebih baik dari pakaian yang kalian kenakan." Nada Jezin terkesan mengejek. 

"Rapat ini bukan hanya untuk membahas hasil kerja kalian. Tapi juga untuk membangun kedekatan sesama peri. Ingat, seorang peri tidak boleh punya rasa dendam, benci dan serakah. Kalian adalah cerminan dari makhluk suci setelah para malaikat." Ratu peri menengahi mereka. Melihat tatapan para peri tidak suka dengan sikap Jezin. 

Semua terdiam mengerti. Hanya Jezin yang bersikap masa bodoh. 

"Semua yang hadir disini, peri terbaik dengan hasil kerja yang memuaskan. Saat target kerja kalian selesai, kalian akan dilantik menjadi kepala peri di divisi kalian masing-masing. " Sambung ratu peri. 

"Ingat, para peri dilarang ikut campur urusan manusia dalam hal apapun. Lakukan tugas kalian dengan baik. Jika para peri ikut campur urusan manusia, kontrak kerjanya akan dicabut, dan akan diasingkan ke negri malaikat untuk menjalani hukuman."

Jezin tersenyum kecut mendengar penuturan Ratu Peri. 

"Tapi aku tidak berniat melepaskan gadis itu sebelum dia merasakan bibir mautku." Batin Jezin. 

"Peri pemburu, Anda akan menjadi kepala peri termuda sepanjang sejarah. Saya bangga dengan hasil kerja Anda."

"Saya akan mencetak sejarah di dunia peri. Sudah seharusnya saya mendapat sedikit penghargaan bukan?"

Ratu peri tersenyum manis. Sikap arogan Jezin masih sama. 

"Apa yang Anda inginkan, Peri Pemburu?" Tanya ratu peri. 

"Saya ingin melacak sendiri buruan saya. Tanpa harus menunggu target dari peri pelacak."

"Itu bukan hal yang bisa Anda atur sendiri Peri Pemburu. Struktur kerja Anda harus tertata rapi. Dan itu sudah ditentukan langsung oleh para malaikat."

Lagi-lagi Jezin mendengus kesal. 

Ratu peri membuka telapak tangannya. Sedetik kemudian muncul kotak segi empat di atas telapak tangannya. Ia lalu menyodorkan Jezin kotak itu. 

"Ini adalah jam yang bisa memperlihatkan target Anda 1 bulan sebelum waktu eksekusi. Anda tidak bisa melacak sendiri target Anda. Namun jika Anda sangat ingin membuang waktu berharga Anda, Anda bisa mencarinya sendiri melalui informasi yang diberikan jam ini."

*****

"Sebagai penutup untuk sesi kita di radio Berbagi Kisah, saya akan membacakan sebuah surat cinta dari penggemar. Yang ditujukan untuk cinta pertama pengirim yang sangat ia rindukan. 

Wah, saya tebak si penerima surat ini adalah cinta terindah sang pengirim. Sangat romantis. 

Baik sahabat pendengar, saya akan bacakan suratnya. 

Aku memandang langit dari tempatku berpijak. Dalam diam ku berdoa, agar saat ini kau pun memandang langit. Meski tatapan kita tidak bertautan, namun kita masih dapat memandang arah yang sama. 

Hatiku merindu pilu. Menunggumu disini. Ingin kutumpahkan kerinduan ini, namun hanya bayangmu yang memenuhi ruangan. 

Penantian ini tidak mudah. Namun ku kan terus menanti hadirmu sang pemilik hati. 

Perindu senyuman gadis pohon pinus. 

Semoga surat yang saya bacakan sampai pada orang yang ditujukan. Sangat menyentuh. 

Baik sahabat pendengar, cukup sekian untuk hari ini. Saya Reni Angreta akan kembali besok di jam yang sama. Terima kasih telah membersamai saya, salam berbagi kisah, sehat selalu dan sampai jumpa."

Reni membuka earphone yang terpasang ditelinganya. Menandakan sesi siaran hari ini telah usai. Ia merapikan kertas yang berserakan di meja dan keluar dari ruangan penyiar. 

"Terima kasih semuanya." Reni setengah membungkuk ke arah teman-teman satu timnya. 

"Wah makin hari kualitas kerja kamu makin bagus. Rating kita semakin meningkat." Produser menepuk pundak Reni bangga. 

"Terima kasih, Pak. Saya akan melakukan yang terbaik." Reni tersenyum puas.

"Saya permisi Pak. Saya ada janji."

"Iya, silakan."

Reni pun berlalu meninggalkan produser dan teman satu timnya. Meski ia bahagia mendapat pujian dari produser, tapi wajahnya tidak memancarkan kebahagian. 

Sampai sekarang Gery tidak mau menemuinya. Gery bahkan tidak mau mengangkat telfon darinya. Reni sampai mendatangi apertemen Gary, namun hasilnya nihil. 

Ini semua berkat kerja keras Jezin. Dia berhasil menciptakan keretakan dalam hubungan sepasang kekasih itu. 

Reni sangat mencintai kekasihnya itu. Mereka sudah menjalin hubungan cukup lama. Selain menjadi kekasih Reni, Gery adalah teman masa sekolah Reni. Gery selalu ada saat Reni dalam masalah. Selalu melindungi Reni. Dan mereka saling mencintai. 

Saat ini Reni menghampiri Seli di meja informasi. Tanpa aba-aba mendaratkan bokongnya di kursi milik Seli. 

"Gedung mana yang ingin kau bakar?" Goda Seli yang melihat wajah Reni sangat tidak bersahabat. 

"Aku akan bakar pria itu hidup-hidup."

"Kau akan dikutuk menjadi perawan tua jika berani menyakiti pria setampan itu." Seli memegang kedua pipinya. Mulai membayangkan wajah tampan Jezin. 

"Seleramu rendah sekali." Reni memukul punggung Seli dengan tasnya. 

"Bukan seleraku yang rendah. Tapi matamu yang buta. Haruskah kau melakukan oprasi kornea?"

"Ya ya ya. What ever. Tapi Sel, bagaimana jika kau membantuku mencari saudara kembarku itu."

"Hei, Nyonya. Apa kau tidak mendengar ibu tirimu yang sangat angkuh itu mengatakan kau tidak memiliki saudara kembar?"

"Lalu siapa gadis yang ada di video itu? Itu bukan aku."

"Kau ingin aku percaya kalau gadis itu hantu yang menjelma menyerupai dirimu disiang bolong?"

Reni mengedip-ngedipkan matanya sembari meneguk air liurnya yang terasa pahit. "Ya..... Bisa jadi."

"Hei, gadis bodoh. Di zaman ini kau masih percaya dengan itu. " Seli menjitak kepala Reni. 

"Terima saja tawaran pria tampan itu, dan jadilah kekasihnya. Saat kau sudah mulai tidak nyaman, tinggalkan dia dan utarakan perasaanmu dengannya. Atau, kau bisa bersikap layaknya gadis gila, dan dia yang tidak akan nyaman padamu, lalu meninggalkanmu."

"Apa kau gila? Sampai kapan pun aku tidak akan menerima tawaran pria itu. Cintaku hanya untuk Gery."

Seli memejamkan matanya mendapat bentakan dari Reni. 

"Aku akan cari cara lain untuk mengusir pria mesum itu. Sekarang yang terpenting adalah, membuktikan pada Gery kalau itu buka aku. Aku tidak pernah selingkuh darinya."

Reni menunggu Seli hingga jam kerjanya berakhir. Mereka ingin makan bersama. Reni menghabiskan waktunya merutuki Jezin kesal. Mulutnya tak henti-henti menyebutnya pria mesum. Dasar pria mesum. 

*****

Jezin melempar jam yang diberikan ratu peri ke meja yang ada diruangannya. Suasana hatinya kurang baik setelah menghadiri rapat dengan para peri. 

"Apa untungnya bagiku mengetahui siapa targetku. Aku ingin menentukan targetku. Bukan mengetahui siapa targetku. Arrggh."

Tak lebih baik dari Reni. Jezin juga merutuki hari sialnya. 

Jezin sangat ingin mengunci Reni sebagai targetnya. Agar ia bisa memberi Reni pelajaran tanpa harus melanggar peraturan dunia peri. Namun hadiah yang ia minta ditolak oleh Ratu peri. 

"Ada banyak cara menaklukkan dunia manusia. Aku tidak akan membiarkanmu lolos begitu saja gadis angkuh." Jezin menatap gadis yang tertawa lepas di dalam video yang ada diponselnya. Senyum indah Reni memancar dari sana. 

Ia menghentikan aktifitasnya itu dan beralih melihat jam yang melingkar di lengannya. Ada notifikasi masuk. Yah, saatnya berburu. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status