Share

03

Kali ini Jezin sudah tidak mau menghabiskan waktunya menunggu di taman. Ia memilih langsung menghampiri Seli di meja informasi. 

"Selamat datang, Tuan. Senang bertemu dengan Anda kembali. " Seli mengembangkam senyum manisnya. 

"Saya ingin bertemu gadis itu." Tanpa b**a-basi, Jezin mengutarakan niatnya.

"Gadis mana yang Tuan maksud?" Seli bertanya tenang. Meski ia tau, Renilah gadis yang ingin ditemui Jezin. 

"Gadis yang aku temui beberapa hari yang lalu."

"Maaf, Tuan. Anda harus menyebutkan nama orang yang ingin Anda temui. Banyak tamu yang datang sili berganti. Dan saya tidak bisa mengingat semua karyawan yang ditemui oleh setiap tamu."

"Haruskah aku masuk ke dalam dan menyeretnya sendiri?" Nada Jezin terdengar mengancam. 

"Anda tidak di izinkan masuk tanpa persetujuan orang yang ingin Anda temui, Tuan." Seli berusaha tenang. Bukan tanpa sebab Seli bersikap begitu. Ia juga sempat mendapat ancaman dari Reni jika dia berani menerima Jezin sebagai tamunya. 

"Aku tidak butuh izin dari siapa pun, Nona." Jezin tersenyum nakal. Membuat Seli makin hanyut dengan ketampanannya. 

Jezin mulai melangkah meninggalkan meja informasi. Ia tidak main-main dengan ancamannya. 

Seli yang melihat itu hanya bisa mengejarnya dari belakang. 

"Tuan, sebutkan nama orang yang akan Anda temui. Akan saya panggilkan untuk Anda." 

Seli sempat mengeluh saat Reni melarangnya menerima Jezin saat ingin bertemu dirinya. Seli merasa sangat lemah jika dihadapkan dengan makhluk tampan itu. Namun Reni memberinya saran, agar menanyakan namanya. Bisa ia pastikan, Jezin belum tau namanya. 

Jezin kesal mendengar Seli terus menanyakan nama yang belum sempat ia tanyakan. Ia merutuki dirinya sendiri. Bodoh. 

Untuk menghindar dari Seli, Jezin masuk ke lift dan menekan tombol lift acak. Ia bahkan tidak tau gedung ini sampai lantai berapa. Dan juga, ia tidak tau di lantai mana Reni bersembunyi darinya.

"Bagaimana aku akan membuka pintu ini? " Jezin mendorong-dorong pintu lift. Ini pertama kali baginya menggunkan lift. 

"Gadis itu membuatku mengalami banyak hal. Awas saja sampai aku menangkapnya."

Dia bersiap untuk menjentikkan jarinya. Berniat mengepul menjadi asap andalannya, namun pintu lift tiba-tiba terbuka. 

Sepasang kekasih yang tengah menautkan jari mereka berdiri di depan Jezin bersiap masuk ke dalam lift. 

"Apa kau bersembunyi dariku karena sedang bersamanya?"

Reni tercekat melihat Jezin berdiri di dalam lift. Menambah poin kemenangan yang terukir jelas di wajah Jezin. 

"Siapa dia?" Tanya pria tampan berbadan tegap, berkulit coklat yang berdiri di samping Reni. 

"Aku tidak mengenalnya." Jawab Reni singkat. 

"Benarkah kau tidak mengenalku sayang?" Jezin mendekat ke arah Reni. Ia keluar dari lift. 

"Jezin, kekasihnya." Jezin mengulurkan tangannya ke pria yang berdiri di samping Reni. Mengabaikan tatapan menikam Reni yang ditujukan padanya. 

Reni terbelalak mendengar pengakuan Jezin. Sudah pasti kekasihnya tidak kalah terkejut. 

"Bohong. Dia bahkan tidak mengenal namaku. Dia hanya mengaku-ngaku. Aku sama sekali tidak mengenalnya." Reni berusaha menjelaskan. Ia melihat wajah pacarnya sudah merah menahan amarah. 

"Kurang ajar. Kau pasti seorang penguntit." Gery, kekasih Reni melayangkan tinjunya ke wajah tampan Jezin. Jezin terhuyung dibuatnya. 

Jezin masih dengan senyum mengejeknya meraba ujung bibirnya. "Berani sekali dia memukul seorang peri." Batin Jezin. "Haruskah aku membakarnya beserta gedung ini."

"Enyah kau dari sini atau akan aku remukkan tulang-tulangmu." Gery menarik kerah baju Jezin. Jezin hanya tersenyum lepas mendengar ancaman Gery. 

Jezin melepaskan cekalan Geri dari kerah bajunya. Menghempas tangan Gery tak kalah kasarnya. Lalu merogoh kantong celana hitam yang ia kenakan. 

"Sayang, haruskah aku memperlihatkan video kebersamaan kita pada pria ini. Yah, jika itu maumu, aku tidak keberatan."

Reni mengerutkan kening. Sedikit penasaran dengan apa yang dimiliki Jezin di dalam ponsel Itu. Menunggu hingga Jezin menyodorkan ponsel padanya. 

Gery ikut melihat apa yang ada di sana. Mereka berdua terbelalak tak percaya. Lagi-lagi Jezin tersenyum penuh kemenangan. 

"Ini bohong. Aku sama sekali tidak mengenalnya, Gery." Reni berusaha menjelaskan. 

Gery manahan amarahnya. Memandang Reni tidak percaya. "Itu jelas-jelas kamu, Ren. Kau selingkuh dengannya?"

"Tidak. Aku bersumpah, ini semua bohong."

"Bukti ini sudah cukup menjelaskan semuanya. Dasar perempuan murahan." Gery berlalu meninggalkan Reni yang masih tak percaya dengan yang ia lihat. Berusaha menahan Gery untuk percaya padanya. Namun Gery tidak peduli. 

"Apa kau suka hadiahku sayang?" 

Reni berbalik melihat asal suara itu. Tatapannya penuh dengan kebencian. 

Jezin hanya tersenyum puas menanggapi tatapan tajam Reni. Ia sangat puas dengan hasil manipulatifnya. 

Selama berhari-hari, Jezin dan Remo belajar cara menggunakan handphone pintar. Mereka mendalami peran mereka layaknya manusia biasa. Berbaur dengan manusia, dan mengamati mereka cara menggunakan benda itu. Remo sampai harus mendapat cibiran dari orang yang ia minta untuk mengajarinya. 

Apa kau dari zaman purba? Bagaimana bisa kau tidak tau cara menggunakan handphone. Apa kau mengalami keterbelakangan mental? Sungguh terlalu.

Berkat kerja kerasnya mereka berhasil membuat video Rani yang menggandeng mesra tangan Jezin dan mengaku sebagai kekasihnya. Mereka menghabiskan waktu bersama. Tertawa bersama dengan sangat bahagia. 

Jelas saja itu bukan Reni. Hanya seorang gadis yang berhasil tergoda oleh Jezin. Dan disulap memiliki wajah menyerupai wajah Reni. 

"Entah kenapa kau terlihat sangat cantik saat marah." Goda Jezin. Tatapan Reni seakan bisa menembus jantungnya. 

"Bagaimana kau bisa melakukan ini?" Tanya Reni. 

"Aku hanya ingin mengabadikan kebersamaan kita. Saat-saat itu adalah saat terindah. Bukankah kau juga merasa demikian?"

"Omong kosong. Aku tidak mengenalmu. Aku tidak menyukaimu. Aku tidak mungkin menjadi kekasihmu. Aku membencimu." Emosi Reni membuncah. Ia setengah berteriak. 

Mereka mulai menarik perhatian orang-orang sekitar mereka. 

"Perhatikan video itu baik-baik! Apa kau menemukan kebencian pada tatapan matamu? Kau menatapku dengan penuh cinta. Kau bahkan mengatakan dengan lembut bahwa kau mencintaiku."

"Aku tidak mungkin mencintai orang sepertimu." 

"Apa yang tidak kau sukai dariku? Aku jelas jauh lebih segalanya dari pacarmu itu." Tatapan mata Jezin berubah serius. Entah kenapa ia merasa jengkel mendengar penolakan berkali-kali dari Reni. 

"Kau tidak ada apa-apanya dibanding Gery." Reni membalas tatapan Jezin penuh kebencian. 

Reni masuk ke dalam lift. Ia berniat meninggalkan makhluk yang sangat ia benci itu. Namun Jezin pun mengekor di belakangnya. 

"Kau tidak bisa kabur tanpa menepati janjimu."

"Katakan apa yang kau inginkan! Dan berhenti muncul di hadapanku."

"Tidak sulit. Kau hanya perlu terus menjadi kekasihku. Dan akhiri hubunganmu dengan pria itu."

"Hahaha. Apa kau sangat tergila-gila padaku? Tapi teruslah bermimpi, karena aku tidak berniat melakukan itu." Lift berhenti di basement. Reni langsung menghampiri mobilnya. Ia benar-benar ingin segera pergi jauh dari Jezin. 

Tapi itu hanya angan belaka. Nyatanya Jezin ikut masuk ke mobil Reni. 

"Keluar atau aku lapor polisi." Ancam Reni. 

"Polisi bukan tandinganku."

"Waw. Apa kau seorang malaikat yang turun dari langit." 

"Yah, kurang lebih seperti itu."

"Aku tidak berniat bercanda denganmu. Keluar!" Suara Reni terdengar tegas. 

"Kau sudah berjanji akan melakukan hal yang aku inginkan. Kau ingin ingkar janji sekarang?"

"Teruslah bermimpi."

"Baiklah. Maka jangan salahkan aku dengan apa yang akan aku lakukan. "

Jezin keluar dari mobil Reni. Ini pertama kalinya seorang Jezin, Sang penakluk wanita terkesan mengemis cinta. Ia tidak ingin melukai harga dirinya dengan itu.

Dia adalah peri tertampan di dunia peri. Bagaimana bisa saat ini hanya untuk memberi pelajaran seorang gadis ia sampai rela malakukan banyak hal. Terlebih di dunia manusia. 

"Kau pikir bisa lari dariku? Akan ku pastikan hari berikutnya lebih menyedihkan bagimu dari hari ini." Jezin melangkah dengan gaya angkuhnya meninggalkan Reni. Ia mengeluarkan senyum sinisnya lalu menjentikkan jarinya. Dan keluarlah kepulan asap menggantikan sosoknya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status