Seorang perawat pria membuka pintu klinik ketika Angga mengetuk pintu masuknya lantaran tempat itu sudah diberi label ‘tutup’ dari dalam. Begitu melihat sosok Angga, pria itu tersenyum simpul. “Halo, hendak bertemu dengan Bu Nana?” tanyanya ramah.Sambil menggaruk bagian kepalanya yang tidak gatal, Angga mengangguk. “Ya, Bu Nana memintaku datang,” katanya.Setelah Angga terjun ke dalam bisnis pemuas nafsu wanita. Nana adalah salah satu pelanggannya yang paling sering menggunakannya. Nyaris setara dengan Agna dan Tia. Angga sudah tidak lagi terkejut melihat seberapa sering banyaknya uang masuk dari wanita itu untuk menyewanya meskipun ditengah gempuran pekerjaannya. Barangkali pertemuannya dengan Angga sudah terbilang bagian dari hiburan di sela kesibukan? Entahlah Angga tidak mau berasumsi.Si perawat yang sudah tahu hubungan macam apa yang terjalin antara dirinya dan sang dokter wanita hanya tertawa riang. Pria itu kemudian menuntun Angga masuk ke dalam. “Kau pasti sangat hebat, samp
“Maaf,” gumam Angga. “Aku tidak bisa menahannya.”Otot-ototnya menegang untuk mengatasi hentakan yang tak henti-hentinya. Kedua matanya terpaku pada ekspresi wajah yang Tia buat. Namun begitu wanita itu terkikik, Angga merasakan kelegaan luar biasa menyerbu dalam dirinya.“Oh tidak apa-apa.” Sambil terengah, Tia kembali melihat ke bawah dimana bagian bawah tubuhnya menyatu dengan milik si pemuda. Dia terpacu untuk kembali menungganginya dengan lebih cepat. Dan melihat bagaimana bagian itu keluar masuk dalam vaginanya, membuat Tia kian bergairah. “Oh yess!” Dia berteriak tatkala tiba-tiba saja milik Angga berhasil menggesek G-spot-nya. Suara pantat Tia yang menampar pangkuan Angga memenuhi ruangan di ikuti oleh erangan keduanya.Kedua mata Angga membelalak ketika, dinding bagian dalam wanita itu mengepal di sekitar batangnya sebagai respon rangsangan yang tidak ada hentinya. Penisnya berkedut dan berdenyut di dalam diri Tia dalam setiap benturan yang tercipta. “Astaga, Tia … kau bisa m
Tia lantas berdiri dari posisinya dan kemudian menyeringai dengan cara yang seduktif kepada Angga. “Duduk disitu dan lihat aku,” perintahnya pada si pemuda.Senyum Angga melebar ketika wanita itu memberinya perintah, jelas menikmati kepercayaan diri Tia yang dinamis. Dia duduk dengan tenang di tepi ranjang, merentangkan kedua kakinya dengan cara menggoda sambil menatap Tia dengan tatapan penuh kekaguman.“Tentu saja, tunjukan padaku apa yang ingin kau perlihatkan, Tia.” Suara si pemuda merendah dan serak, penuh dengan antisipasi. “Siapa tahu aku akan ikut bergabung jika kau menampilkan sesuatu yang menarik,” tambahnya lagi seraya mengedipkan mata menjelaskan bahwa pemuda itu mengharapkan sebuah penampilan yang erotis.“Kalau begitu, jangan lakukan apapun dan lihat lah saja,” sahutnya.Tia berbalik perlahan, lalu dia membungkukan tubuhnya sedikit kedepan. Menampilkan seluruh lekuk tubuhnya yang menggoda tepat di depan muka si pemuda yang kedua matanya dipenuhi dengan gairah. Kedua tang
Pelan tapi pasti pria itu menarik ke atas kaos yang dia kenakan. Menampakan pemandangan dadanya yang bidang dan berotot. Dia sedikit mendorong tubuhnya agak ke depan sehingga bagian celananya yang menyembul tepat berada di depan mulut Tia.Kedua mata Tia berkedip cepat mendapati aksi tak senonoh yang pria itu tampilkan di atasnya. Bahkan saat dia mengangkangi wajahnya seperti ini, membuat wanita itu tidak tanpa sadar menjilat bibir bawahnya. Kedua tangannya masih terikat dengan sabuk sang pria. Sehingga tidak ada pilihan bagi wanita itu untuk menarik turun celana Angga menggunakan mulutnya.Angga bersiul rendah, memberi apresiasi betapa ahlinya Tia melucuti celananya hanya dengan menggunakan mulut dan giginya. Dan hanya dengan waktu singkat Tia berhasil melepaskan penis Angga yang berdenyut di dalam celananya. Kedua mata wanita itu langsung melebar menyaksikan seberapa mengesannya benda itu. Panjang, dengan batang yang tebal dan berurat telah berkilauan dengan cairan pre-cum. Angga ta
Untuk menekankan maksudnya, Angga membungkuk dan menggigit salah satu puncak payudara Tia yang menggodanya. Membuat Tia seketika menjerit karena terkejut, tetapi tidak menolak sentuhan setelahnya yang difokuskan untuk menenangkan kuncupnya yang sensitif dengan lidahnya.“Hmmm… sangat nakal,” ungkap Tia menyadari apa yang pria itu lakukan terhadapnya.Pemuda itu sedikit terkekeh pelan di dadanya. Angga mencurahkan perhatiannya pada puncak payudara Tia yang sensitif, bergantian memberinya isapan lembut dengan gerakan lidahnya yang lincah menggoda. Menarik reaksi sang wanita yang mendesah menanggapi permainan lidahnya.Tangan pria itu mulai merayap ke pinggul Tia, sedikit mencengkramnya dengan kuat ketika dia menggesekan dirinya yang menonjol ke inti tubuh sang wanita. “Hmmm… tapi kau menyukainya kan? caraku menyentuhmu, mencicipimu tidakkah ini tak terlupakan?” gumam Angga parau, mengecup tulang selangka wanita itu dengan mulut terbuka dan turun ke payudara Tia yang lain. Angga bahkan m
Sang wanita berambut hitam tersentak seraya melengkungkan punggungnya ketika dia memasukan jari ke vaginanya sendiri. Sebelah tangannya yang bebas menyentuh payudaranya ketika dia mencoba memuaskan dirinya di atas tempat tidur. “Fuck!” dia mengerang kesal. Tidak peduli seberapa keras dia mencobanya, dia tidak bisa lagi merasa puas sejak melakukannya dengan si pemuda bayaran. Sang pelayan sempurna yang mampu memuaskannya.Dia mendesah kecewa, Tia menarik jarinya keluar dari vagina dan berbaring di atas tempat tidurnya dengan terengah-engah. “Ini benar-benar menyebalkan!” Dia menyandarkan kepalanya ke bantal dna mencoba memejamkan mata. “Dengan semua pekerjaan yang aku lakukan, aku tidak punya waktu mencari pria seksi untuk diajak bercinta.” Kedua matanya menyipit saat mengingat seluruh rangkaian akitvitasnya setiap hari yang terus berulang.Tia sempat berpikir untuk melampiaskannya pada salah satu anak buahnya yang memang tidak akan keberatan, tetapi dia memutuskan tidak ingin membuat