Into You

Into You

By:  elevenmidnight  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
44 ratings
25Chapters
3.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Saraswati Mahiswara atau yang akrab disapa Saras, seorang gadis yang mempunyai masalah dengan tiap laki-laki yang menyatakan perasaan cinta dengan tulus. Pasalnya, setelah itu mereka akan menghilang tanpa kabar. Saras bertemu dengan Brian, sang senior yang punya kesan dingin dan kasar yang tidak mampu mengekspresikan perasaan sesungguhnya. Love in the first sight yang tadinya ia anggap klise, menyerangnya. Pesona Brian menenggelamkannya pada pandangan pertama. Saat itu, ia bertekad untuk lebih mengenal Brian. Dengan bantuan Radit, sahabatnya, dan juga Sekar, sang senior baik hati yang diam-diam menyimpan rahasia, membantu Saras untuk lebih mengenal Brian. Harapannya hanya satu, jika mereka benar-benar ditakdirkan bersama, Saras berharap Brian tidak menyatakan perasaan cintanya. Agar ia tidak menghilang seperti para laki-laki sebelumnya. Namun, siapa sangka nyatanya Brian tenggelam dalam perasaan kelam, yang menyangkut masa lalunya, sejak lama.

View More
Into You Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Sepenuhnya.Manusia
Semangat kak nulisnya! Semoga banyak yg baca, Amin...
2022-03-18 20:45:36
1
user avatar
peaxminustwo
Saras sama Nara kalau ketemu di dunia nyata kayaknya bakal lucu deh T.T
2022-03-01 11:50:07
1
user avatar
Selene21
Kehidupan kampus selalu menarik untuk dibaca. Semangat thor!
2022-02-22 06:17:36
1
user avatar
Galuh Arum
keren ceritanya
2022-02-21 22:16:36
1
user avatar
Eneng Susanti
wow, blurb aja udah menarik sekali. apalagi isinya. bikin penasaran pasti
2022-02-21 21:45:21
1
user avatar
Buenda Vania
udah suka di bab awal .... keren
2022-02-21 20:06:31
1
user avatar
Luna Lupin
menarik nih, up lagi ka ......
2022-02-19 23:00:59
1
user avatar
Roesaline
Saras ...cari cinta sejatimu
2022-02-18 13:38:31
1
user avatar
Galuh Arum
keren cerita ini
2022-02-18 13:18:37
1
user avatar
CahyaGumilar79
Ceritanya keren dan menarik pokoknya sukses untuk penulisnya.... Semangat ya Kak
2022-02-18 13:17:03
1
user avatar
Cheruu
Aaaa keren, semangat kak! Lanjut next chap~
2021-09-29 00:43:44
1
user avatar
Cadburry♥
Semangat, lanjut ya ka!^^
2021-09-24 21:28:12
1
user avatar
Ryuzy_hdr
suka alurnya, next kak!
2021-09-23 15:04:19
1
user avatar
elhrln
ayo lanjuttt
2021-09-21 06:50:18
0
user avatar
Andi Sasa
Amazing... Good luck ya.
2021-09-20 22:37:31
0
  • 1
  • 2
  • 3
25 Chapters
BAB 1. Deal!
“Ayo semuanya lari! Enggak ada yang jalan ya! Lari semuanya lari!” teriak para senior, dengan pakaian serba hitam dilengkapi pita merah yang terikat di lengan mereka, sudah berdiri di ambang pintu gerbang kampus. Ini adalah hari pertamaku menginjakkan kaki di kampus yang akan menjadi almamaterku kelak. Tentu saja sebagai mahasiswa baru yang sedang dalam masa orientasi. Kami menggunakan kemeja putih dengan bawahan hitam dan tak lupa dengan beragam aksesoris yang sudah ditentukan oleh panitia masa orientasi, yang sejujurnya membuatku risih. Aku berlari melewati para senior galak yang terus berteriak. Entah mereka benar-benar galak atau berusaha memunculkan kesan galak. Hanya mereka dan teman-temannya yang tahu.Setelah berlari mengikuti rombongan mahasiswa baru, tanpa sadar aku sampai di sebuah danau. Danau tersebut terletak di tengah area kampus. Semua murid baru yang sedang dalam masa orientasi
Read more
BAB 2. Rahasia Umum
Keadaan kampus siang ini sangat cerah dan panas dengan awan yang terlihat seperti es krim vanila berkumpul menjadi satu. Bagaimana bisa kota Bandung, yang terkenal dingin, mempunyai panas semenyengat ini? Salah satu alasanku memilih universitas di daerah Bandung adalah untuk menghindari panasnya Jakarta, dan tentu saja mengikuti Saras. Aku dan Saras mempunyai mimpi bersama yaitu mempunyai studio game yang keren. Kebetulan universitas yang kami pilih mempunyai jurusan game yang cukup terkenal. Benar-benar menarik perhatian kami berdua.“Es krim vanila pasti enak nih dimakan siang-siang begini,” seruku membayangkan bagaimana es krim vanila dapat memanjakan lidah dan kerongkonganku yang menderita akibat serangan panas siang ha
Read more
BAB 3. Rumor
Waktu istirahat, sebuah waktu yang berharga bagi mahasiswa baru di universitas kami yang sedang dalam masa orientasi. Pasalnya, para senior tidak akan mengijinkan kami untuk ke toilet kecuali pada waktu istirahat. Toilet wanita yang hanya memiliki 4 bilik tersebut selalu ramai. Aku memasuki bilik toilet ke-4 dari pintu masuk. Saat aku berada di dalamnya untuk menuntaskan urusanku, sayup-sayup terdengar percakapan beberapa wanita dari luar.“Tadi dengar, kan? Katanya kita harus nulis surat cinta dan cokelat buat senior, terus kasih ke mereka di hari ke-4 ospek.”“Lo udah tau mau kasih surat ke siapa?”“Gue kayaknya mau kasih ke kakak-kakak yang pegang kamera tadi deh. Yang rambut sebahu itu loh. Dia keren banget! Tipe gue.”“Lo ya
Read more
BAB 4. Surat Cinta Saras
Aku terdiam sambil melipat tanganku di depan meja belajar, ditemani dengan secarik kertas kosong dan sebuah amplop merah muda yang sudah aku siapkan untuk surat cinta. Kata-kata apa yang harus aku gunakan? Memikirkan rangkaian kata-kata untuk surat cinta membuat kepalaku pusing. Ini lebih sulit dibandingkan dengan memikirkan konsep game terbaru yang akan aku dan Radit rancang di masa depan.Halo, Kang Brian… Perkenalkan, aku Saras…“Ewh, ayolah Saras, ini bukan surat untuk sahabat pena atau kencan buta. Pikirkan hal yang kira-kira bisa bikin Brian terkesan,” rutukku. Aku mengacak-acak rambutku, pusing. Kira-kira Brian suka hal berbau apa ya? Atau sesuatu yang dapat membuatnya terkesan. Hmm kutipan?
Read more
BAB 5. Penyerahan
“Gimana mood lo hari ini, Bri?” Sekar menghampiri Brian dan menyodorkan minuman botol yang baru saja ia beli di kantin. “Nih, seperti biasa less sugar.”Brian yang sedang membersihkan lensa kameranya pun memberi jeda dan menerima minuman pemberian Sekar. “Lo kenapa sih mau tau mood gue banget? Berisik!” sahutnya. Sekar yang mendengar itu pun mendengus kesal. Pasalnya, gara-gara mood Brian yang sering hancur tiba-tiba dapat langsung membuat suasana tegang secara drastis. Para panitia masa orientasi, yang bertanggung jawab agar aca
Read more
BAB 6. Ramen
Hari ini terasa lebih lama dari hari-hari ospek sebelumnya. Apa karena ini adalah hari terakhir? Atau karena aku terlalu overthinking tentang Brian? Kalau dipikir-pikir, rasa gugupku mengalihkan semuanya. Aku jadi tidak bisa membedakan mana kenyataan dan tidak. “Dit, gue bener-bener udah kasih surat cinta ke Brian, ‘kan?” Aku bertanya hal ini pada Radit untuk memastikan kenyataan. “Udah, Ras. It’s done. Ini ke 30 kalinya lo nanya hal serupa. Everything's gonna be okay. Udah, ah! Jangan overthinking.” Radit merangkul p
Read more
BAB 7. Sesuatu Tentang Brian
Aku, Radit, dan Sekar menghabiskan hari terakhir ospek dengan hangout bersama di restoran ramen. Siapa sangka restoran ini mempunyai banyak boardgame. Alhasil, kami bermain sampai makan malam tiba. Sebenarnya aku sedikit kecewa. Ekspektasiku untuk bertemu Brian hari ini sirna. Kunciran pita merah yang aku anggap sebagai jimat keberuntungan, kali ini tidak berfungsi. Hmm, kalau dipikir-pikir berfungsi sedikit, sih. Aku bisa mendapatkan info tentang kecerobohan Brian di balik kesan seramnya. Makan malam pun tiba. Aku, yang sudah tidak mempunyai ekspektasi apapun lagi, akhirnya memesan kembali Ramen Katsu untuk makan malam. Sekarang aku tahu mengapa Brian sangat menyukai menu ramen ini. Setelah aku bandingkan dengan ramen milik Sekar dan
Read more
BAB 8. Cerita Sekar
Sejak kejadian di restoran ramen satu minggu yang lalu, aku dan Radit menjalani hari-hari kami sebagai mahasiswa resmi dengan tenang. Benar-benar tenang. Saking tenangnya, kami tidak bertemu lagi dengan Sekar dan Brian. Namun, pernah sekali aku melihat mereka berdua berjalan dengan arah yang berlawanan tanpa bertegur sapa, seakan tak pernah mengenal. Apa yang sebenarnya terjadi pada hari itu? Hal ini sangat mengusikku. Aku memutuskan untuk bertanya pada Radit. Namun, ia juga tidak mendapatkan petunjuk apapun. Bahkan sangat sulit untuk menyapa Sekar, seakan sang pemilik rambut ikal nan indah itu menghindar dari Radit. Aku pun merasa hampa. Tidak melihat Brian selama satu minggu penuh rasanya seperti satu tahun. Hari kamis ini, kelasku berlangsung seharian. Rasanya benar-benar melelahkan. Tadinya aku ingin mengajak Radit untuk mencari cemilan-cemilan baru di minimarket fakultas. Tapi, aku baru sadar kalau kelasnya hari ini hanya berlangsung setengah hari. Akhirnya aku memutusk
Read more
BAB 9. Perasaan Saras
Jantung Saras berdebar dengan cepat seperti habis lari maraton. Ia berkali-kali melihat arloji yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Pukul 18:30. Ia datang 30 menit lebih awal di warung sushi yang berada di depan kampus, tempat ia dan Sekar akan bertemu. Kakinya bergerak gelisah. Ia benar-benar penasaran hal apa yang ingin Sekar bagikan padanya. Entah soal Brian atau bukan, yang jelas Saras benar-benar merasa bersemangat dan sedikit ada campuran rasa penasaran dan gelisah. Mengetahui fakta bahwa Sekar memutuskan untuk terbuka pada dirinya, walau hanya sedikit, membuatnya merasakan berbagai macam perasaan dalam waktu yang bersamaan. Saras melihat Sekar berlari dari kejauhan. Gerimis mengiringi langkah tiap langkah larinya. “Udah lama nunggu, Ras? Maaf nih agak telat.” Sekar duduk di bangku tepat menghadap Saras, lalu meletakkan tasnya di atas meja. Tangannya terangkat menggapai tiap helai rambut i
Read more
BAB 10. Perang Dingin
Sebuah ruangan yang menyimpan kegelapan di pagi hari. Pada tirai yang hanya terbuka setengah, mempersilahkan sinar matahari masuk melalui celah-celahnya. Di sudut meja belajar sang pemilik kamar, terpampang dengan rapi sebuah foto kelulusan SMA dua sejoli yang memiliki hati satu sama lain, tersenyum sumringah dan saling membagi peluk dengan menggunakan toga, dibingkai sedemikian rupa dengan catatan kecil yang sengaja ditempelkan pada bingkai kacanya. “Satu langkah lagi menuju mimpi kita! -Brian & Nara.” Begitu isi catatan kecil tersebut dengan tulisan tangan indah bertinta hitam yang berhiaskan satu hati kecil di akhir kalimat. Sepasang kaki berjalan pelan menuju sudut meja belajar, menggapai foto berbingkai tersebut dengan hati-hati seakan merupakan benda yang paling rapuh di dunia. “Selamat pagi, Nara,” ucap sang pemilik kamar. Ucapan selamat pagi yang
Read more
DMCA.com Protection Status