“Mmmhhh!” Nana bersenandung riang sambil melahap es krim sundae-nya sementara Angga duduk di sebrangnya menatap wanita itu dari ranjang. Bertanya-tanya bagaimana sikap wanita itu berubah tiba-tiba, suasana hatinya tampak sangat baik setelah dia memesan es krim sundae terbesar yang bisa ditawarkan resort untuknya.“Enak!” kata wanita itu lagi sambil bersandar dan mengusap perutnya yang jadi sedikit membuncit, membuat Angga sempat mengalihkan pandangan matanya ke arah lain. Perlu diketahui bahwa Nana masih mengenakan bikini seksinya dan dia tampaknya tidak berpikir bahwa dia menjadi luar biasa menggoda dengan penampilannya sekarang, apalagi ketika dia merentangkan kedua kakinya secara sembarangan di depan Angga setelah meletakan mangkuk es krim yang telah kosong ke meja samping. “Hei, Angga?”“Ya?” sahut Angga, sembari menyilangkan kedua kaki menyembunyikan dirinya yang sedikit ereksi gara-gara pemandangan meresahkan yang Nana bagi untuknya. ‘Dia tampaknya tidak punya niatan apapun Angg
“Mmmhhh…,” klien Angga mendesah ketika pria itu memijat kaki mungilnya. “Wow! kau benar-benar hebat!” pujinya lagi seolah bentuk desahan kelegaan tidak cukup mengungkapkan kehebatan Angga dalam memberinya pelayanan pijat.“Terima kasih banyak, ini karena aku sudah banyak berlatih dan menangani banyak klien yang membutuhkan relaksasi pijat,” sahut Angga sembari terkekeh kecil. “Bahkan pijat yang lain pun aku layani,” tambahnya dalam hati tanpa merasa perlu menyuarakan yang satu itu pada klien-nya yang satu ini. Dia kemudian membereskan beberapa hal di atas meja saat sang klien merapikan dirinya dengan mengenakan kembali jubah khususnya.“Pantas saja kau terkenal di kalangan para wanita, memang jarimu ini jari yang ajaib,” katanya lagi sambil tersenyum cerah.Angga hanya terkekeh kecil menanggapi perkataan wanita itu. Dia berharap bahwa gosip yang ada diluar sana tidak menceritakan soal pijatan lainnya yang lebih detail kepada tamu lain. Wanita ini pun sebetulnya mudah untuk ditaklukan,
Ada satu hal yang sejatinya tidak Ochi waspadai adalah fakta bahwa stamina Angga tidak secetek itu. Makanya sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya Angga sudah keburu merangkul tubuhnya dan membungkam mulut wanita itu dengan sebuah ciuman mendalam. Libido sang pria bangkit dalam waktu singkat ketika dia mencengkram pinggul pasangannya. Angga mengangkatnya dan kini kaki Ochi sudah melingkar di pinggang.“Ugh…” Ochi sempat mengeluarkan keluhan ketika tubuhnya di dorong hingga menghimpit ke dinding belakang mereka, tetapi rasa sakit yang sempat terasa dapat begitu saja dia lupakan lantaran ciuman Angga yang terlalu membuai dirinya. Ujung kepala kejantanan Angga sudah menyentuh kewanitaannya.“Anggaaahh…” Ochi mendesah dengan suara manja, kedua tangannya berada di kepala si pria. Ekspresinya menperlihatkan seberapa banyak tuntutannya agar dipenuhi oleh Angga di moment ini. “Masukan sekarang, Angga. Aku ingin merasakanmu di dalamku…”Tanpa perlu banyak pertimbangan, satu hujaman keras me
Mungkin sekarang Angga harus mulai mengakui bahwa dirinya cukup berkharisma untuk bisa mendapatkan wanita. Tidak seperti rekan kerja lainnya, Ochi bukan tipikal orang yang mudah berbaur dan supel macam Agna atau pun Riri. Melainkan dia terlihat sedikit pendiam dan polos. Meski begitu tubuhnya sangat ramping dan anggun. Bahkan kalau boleh jujur Angga kerap kali sering curi-curi pandang ke arah kakinya yang jenjang ketika dia memakai rok.Namun sekarang tampilan itu jauh lebih mempesona lagi lantaran dia tak berbusana di hadapan Angga. Kedua kaki yang selalu menarik perhatian pria itu seolah tak berujung, mengarah pada kewanitaannya yang memiliki beberapa helaian rambut tipis yang dipangkas rapi. Wanita itu memposisikan dirinya untuk duduk bersandar, payudaranya yang besar sedikit bergoyang ketika dia menggerakan tubuh ketika wanita itu mengamati Angga yang sekarang dalam kondisi setengah telanjang juga.Angga hanya bisa terkekeh. Saat ini, pemandangan seorang wanita yang sedang menawar
Angga berada dalam situasi sulit sekarang.Pria malang itu merayap menyusuri lorong dengan jantung berpacu kencang dengan air muka panik dan memerah. Tangan pria itu standbye berada di kejantanannya untuk menutupi sambil melihat-lihat sekeliling setiap kali dirinya melangkah. Dia mencoba menemukan sesuatu untuk dapat menutupi dirinya karena Agna membawa handuk pergi sementara Angga sendiri pun tidak mempertimbangkan membawa pakaian ganti karena dia tidak berpikir akan bertemu seseorang di sauna pada pagi hari. Jadinya dia tidak punya apa-apa untuk bisa menutupi diri.“Menyebalkan betul si Agna itu!” umpat Angga, seraya berharap dia menemukan adanya rak pakaian di suatu tempat. “Kenapa dia mengambil handukku kalau dia sendiri masih punya rasa malu? suruh siapa dia datang telanjang? Arrrghhh…”Mendengar adanya bunyi yang tertangkap telinga, Angga dengan sigap merunduk di balik sudut sekaligus mengumpat ketika sepasang suami istri berpapasan dengan dirinya di lorong. Demi Tuhan, Angga be
Agna tertawa. “Kau ini orangnya penakut dan tidak kreatif sekali ya, Aang. Masa pertanyaanmu tidak berubah saja sih? Sudah kubilang kalau bisa aku ingin kita ketahuan. Aku selalu merasa lebih seru kalau begitu. Sekarang kemari Aang~ mari kita bersenang-senang.”Wanita itu langsung menarik Angga ke dalam sebuah ciuman yang begitu dalam. Berbeda dengan semalam untuk sekarang dia sedikit agak menuntut dan agak tak sabaran lantaran Agna sampai perlu menekannya ke dinding kayu yang ada di ruangan sauna tersebut. Angga bisa merasakan ada sisa alkohol dimulut si wanita, dia benar-benar peminum. Semalam pun dia merasakan sensasi yang sama dan sekarang pun tidak berubah. Namun anehnya, hal itu tidak membuat Angga merasa ilfeel sedikit pun. Malah, sensasi itu membuat dirinya makin bersemangat tak ingin melepaskan Agna sedetik pun.Ruangan yang beruap itu kian memanas saja ketika mereka terus bermesraan. Mereka betul-betul sudah kehilangan akal sehat lantaran bercumbu tanpa mengenal ruang dan wa