Home / Horor / Sang Penata Rias / BAB 8 - DIKIRA AKUR

Share

BAB 8 - DIKIRA AKUR

Author: Juni Sari
last update Last Updated: 2021-08-30 17:09:41

“Hapus fotonya!” aku merengek kepada Geraldy.

Aku tak lagi peduli jika nanti Geraldy akan memakiku. Saat ini yang lebih penting adalah nama baikku. Jangan sampai Geraldy menggunakan foto itu untuk hal yang tidak-tidak.

“Tangkap aku kalau bisa,” tantang Geraldy.

Aksi kejar-kejaran pun tidak terelakkan. Ku kerahkan semua tenagaku untuk merebut ponsel milik Geraldy. Aku harus menghapus foto itu dengan tanganku sendiri. Dan tanpa kami sadari, kami berdua kejar-kejaran seperti anak TK.

“Sini!” perintahku.

Ketika berusaha sekuat tenaga untuk merebut ponsel Geraldy dan kesusahan karena dia sangat tinggi, seketika aku menyadari bahwa kami tengah dijepret oleh seseorang. Ya ampun, aku lupa kalau fans Geraldy pasti sedang memperhatikan dan menjepret kami.

Aku yang tadinya berniat menjaga nama baikku, kini mungkin telah memperburuk situasi. Jangan-jangan setelah ini akan ada gosip yang mencuat!

Karena takut segalanya semakin memburuk, aku pun menghentikan aksi rebut ponsel.

“Jangan sampai foto itu disebarin,” ucapku ketus.

“Suka-suka gue, dong! Emangnya lo siapa perintah-perintah?” Geraldy menunjukkan raut kesal.

Di sela-sela pertengkaran kecil itu, Mas Rudi menghampiri kami.

“Jaeryn, kamu udah gapapa, kan?” tanya Mas Rudi.

Aku pun mengangguk cepat dan tersenyum.

“Geraldy bakalan take 30 menit lagi, sekarang kamu boleh mulai mempertajam riasan,” perintah Mas Rudi.

Karena tidak punya pilihan lain, aku memulai aksiku untuk mempertajam riasan Geraldy. Pertama-tama aku harus mengeringkan keringat kecil di sekitar tulang rahangnya. Makeup di bagian matanya pun sedikit luntur karena aksi kejar-kejaran tadi.

Namun, tiba-tiba aku merasa aneh dengan fakta bahwa tadi aku baru saja kejar-kejaran dengan si manusia kulkas. Sikap Geraldy memang tidak konsisten. Terkadang dia dingin, terkadang galak, bisa juga norak, bahkan kekanakan. Kok bisa, ya, ada orang seperti dia?

Apabila para pemujanya itu tahu sikap asli Geraldy kepadaku, akankah mereka masih tetap mencintainya? Mungkin jawabannya adalah iya. Sebab, Geraldy memang sangat tampan. Bahkan setelah kejar-kejaran tadi, dia masih begitu wangi. Dan setiap aku menyentuh pelan bibirnya saat hendak mengoleskan lipbalm, seakan ada getaran yang berbeda dalam relungku. Tapi aku tahu itu bukan perasaan suka. Mungkin, manusia memang diciptakan untuk mengagumi keindahan insan lain.  Ku pastikan aku tidak menyukai Geraldy karena dia itu aneh, tetapi kuakui bahwa dia adalah orang paling tampan yang pernah aku temui sejauh ini.

***

Action!” teriak sutradara.

Geraldy mulai membacakan dialognya dan menatap lekat mata Victoria. Geraldy menatap Victoria dengan tatapan lembut dan mata yang berseri-seri. Sorot matanya sontak membuat fans yang hadir di lokasi shooting mulai berbisik kagum. Sepertinya Geraldy  harus  melamar Victoria dalam drama yang sedang ia bintangi.

Benar saja, sesaat kemudian Geraldy berlutut kepada Victoria.

Kuakui postur Geraldy tampak sempurna. Dengan ketampanan dan kegagahan seorang Geraldy, aku yakin Victoria pasti merasa seakan tengah dilamar oleh pangeran yang ada di dongeng.

Huh, tiba-tiba saja aku jadi berharap bisa segera punya pacar.

“Ada-ada saja kamu ini Jaeryn!” batinku sambil menampar pelan pipiku.

Daripada menyaksikan adegan yang membuatku berkhayal lebih jauh, aku memutuskan untuk masuk ke dalam tenda untuk istirahat sejenak. Aku mengambil posisi duduk terlentang dan tanpa menyender. Jangan sampai aku melakukan kesalahan yang sama seperti semalam yaitu ketiduran.

Karena tidak tahu harus melakukan apa, aku mengambil ponsel untuk mengecek akun Coronagramku. Betapa terkejutnya aku melihat pengikutku naik drastis. Sebelumnya pengikutku hanyalah 500 orang, mereka adalah teman di masa sekolahku. Tetapi sekarang pengikutku adalah 5000 orang. Apa yang terjadi?

Aku sontak mengecek notifikasiku yang masih terus berdatangan. Bahkan pesan dalam inbox juga tiba-tiba membludak.

“Kakak penata riasnya Geraldy, ya?”

“Kak, tolong titip suami masa depanku, ya.”

“Aku iri banget sama kakak bisa lihat Geraldy setiap hari.”

Begitulah isi sebagaian besar pesan yang masuk ke dalam inbox Coronagramku. Sontak aku panik karena bagaimana mereka semua bisa tahu bahwa aku adalah penata riasnya Geraldy? Aku bahkan belum sempat memberitahukan siapa pun. Bundaku sendiri bahkan tidak tahu bahwa aku bekerja untuk Geraldy. Tetapi mengapa sekarang fans Geraldy bisa tahu? Jangan-jangan tadi Geraldy mengunggah fotoku yang sedang tertidur itu? Gawat!

“Soulmate_Geraldy menandai Anda dalam sebuah video.”

Aku buru-buru menekan notifikasi itu dalam keadaan keringat dingin.

Dalam video yang diposting fanpage Geraldy, tampak aku dan Geraldy sedang kejar-kejaran. Aksi rebut ponsel juga turut ditampilkan dalam video itu.

“Mati aku!” Aku menepuk keras jidat.

Seketika aku khawatir akan diserang habis-habisan oleh fans Geraldy.

Meskipun ragu untuk membaca komentar di bawah video itu, aku memberanikan diri untuk mencermati setiap komentar yang ada.

“Ya ampun Geraldy gemes banget! Makin sayang deh!”

“Mbaknya masih napas nggak, sih? hahaha”

“Nitip sandal buat yang tahu akun mbaknya.”

“Lucu, deh, liat Geraldy akur gitu sama penata riasnya. Btw, akun mbaknya ini @mua_jaerynsalim”

“Padahal Geraldy sama penata rias sebelumnya kayaknya ngga sedekat ini, deh.”

30 menit lamanya waktu yang aku habiskan untuk membaca satu per satu komentar dari fans Geraldy. Leherku rasanya mau patah karena kaku. Sejauh ini aku masih belum menemukan komentar jahat yang ditujukan kepadaku. Sebagian besar fans Geraldy menganggap bahwa kami akur, sisanya lagi merasa iri terhadapku. Seandainya saja mereka tahu fakta yang sesungguhnya, akankah mereka masih akan iri kepadaku?

Namun, aku tetap berusaha bersyukur bahwa para fans Geraldy tampaknya orang yang hangat. Tentu sangat jauh berbeda dari sosok idola mereka.

***

Jam menunjukkan pukul 7 malam. Geraldy mendapatkan break makan malam, sama seperti hari sebelumnya.

Rasanya tubuhku pegal semua, karena harus beberapa kali memperbaiki riasan Geraldy dan menunggu setiap proses pengambilan video. Ditambah lagi pikiranku tidak tenang, karena sibuk memikirkan tentang fakta bahwa sekarang ini fans-fans Geraldy mulai mengenalku. Aku khawatir bahwa mereka mungkin akan mengusik kehidupan pribadiku.

“Ingat Jaeryn, anggap aja ini lagi latihan kalau kamu sudah terkenal nanti.

Aku menguatkan diriku. Aku berusaha untuk tidak terlalu khawatir atas apa yang belum terjadi demi kesehatan fisik dan jiwaku.

Setelah merasa lebih baik, aku bergegas mengambil nasi kotak yang sudah disediakan. Meskipun aku tidak terlalu berselera, aku tetap berusaha melahap makananku perlahan-lahan. Di saat yang bersamaan pula, Mas Rudi menghampiriku serta duduk di sebelahku.

“Makan yang banyak Jaeryn, supaya nggak gampang sakit.” Mas Rudi menunjukkan perhatiannya.

Aku mengiyakan dan tersipu malu. Untungnya aku memiliki rekan kerja yang ramah dan perhatian seperti Mas Rudi. Karena jika tidak, aku pasti benar-benar sudah menyerah bekerja untuk Geraldy.

“Mas Rudi rumahnya di mana?” Tanyaku.

Kali ini aku yang memberanikan diri untuk menyambung obrolan. Mengobrol dengan Mas Rudi juga adalah salah satu upaya agar aku lebih mudah menghabiskan makan malamku.

Tak terasa waktu 15 menit berlalu cepat selama aku dan Mas Rudi berbincang santai. Untungnya karena topik obrolan kami cukup seru, aku berhasil melahap habis makan malamku.

“Aku mau cuci tangan dulu, ya,” ucapku kepada Mas Rudi.

Setelahnya aku bergegas ke toilet umum yang berada di dekat lokasi shooting.

Setibaku di dalam toilet umum, aku langsung mencuci tangan dan merapikan sedikit riasanku. Tetapi tiba-tiba, suara pria yang memanggil namaku tadi malam kembali terdengar. Padahal aku sedang berada di dalam toilet wanita dan di sini tidak ada siapa-siapa.

“Jaeryn …” Suaranya semakin lama semakin terdengar jelas.

“Sial!” gumamku.

Aku pun buru-buru keluar dari toilet.

Selepas aku membuka pintu toilet umum, aku hanya menatap ke arah tanah. Aku tidak berani melihat sekeliling, karena takut terjebak lagi di dalam hutan seperti semalam. Yang kulakukan hanyalah berjalan sesuai alur yang kuingat untuk kembali ke lokasi shooting.

“Jaeryn …” suara pria yang memanggilku itu masih terus mengikuti.

Kali ini aku berjalan lebih cepat, lagi, dan secara tak sengaja menyandung sesuatu. Untungnya aku tidak sampai tersungkur karena seseorang meraih lenganku. Serta merta aku menengadah untuk memastikan siapa yang menolongku. Semoga saja bukan hantu lagi.

“Geraldy” gumamku sambil menatap wajahnya dengan mulut menganga.

Nyatanya orang yang menolongku jauh lebih horor daripada hantu.

Jantungku sontak berdegup lebih kencang karena dua hal: Geraldy membuatku membisu karena pesonanya, dan yang terlihat di sekelilingku lagi-lagi adalah hutan yang gelap.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Penata Rias   BAB 55 – NGOMPOL?

    “Sekali lagi maaf udah bikin kamu marah.” Jaeryn menyadari kemarahanku dari rautku yang kesal.“Sumpah aku nggak maksud nuduh ataupun menyudutkan kamu. Aku cuma nanya aja tadi.” Jaeryn kembali meminta maaf dengan mata berkaca-kaca.Haduh, lagi-lagi air mata dan air mata. Memuakkan. Sepertinya sia-sia berusaha mengajari gadis bodoh ini untuk menjadi lebih kuat dan berani.Aku kembali mendekatkan wajahku ke wajahnya dan menatapnya benci,“Emangnya lo berharap bakalan terjadi apa?”Jaeryn tersentak mendengar pertanyaanku dan ia tidak berani menjawab apa-apa.Karena sudah malas berlama-lama dengannya, aku pun langsung meluruskan rasa penasarannya dengan berkata,“Lo ngompol semalam,” jelasku cuek lalu menegakkan tubuhku.Jaeryn sontak menatapku dengan sikap tubuh yang tak lagi tegang.“Agak aneh kalau Bunda lo tahu lo ngompol, jadi gue gantiin sama sempak emak gue yang ada,” lanjutku kemudian.“Ahh ... gitu,” jawab Jaeryn. Ia tampak begitu malu.“Sekali lagi maaf udah ngerepotin.” Jaeryn

  • Sang Penata Rias   BAB 54 – HUKUMANKU SELAMA INI SIA-SIA?

    “Kenapa? Ada yang mau lo tanyakan?” Aku menyadari kehadiran Jaeryn di sela-sela pemikiranku. Sepertinya dia sudah berdiri cukup lama di belakangku tanpa bersuara.“Oh, iya.”“Dari semalam mau nanya nggak sempat,” jawab Jaeryn ragu.“Apa?” Aku pun membalikkan badan dan menatapnya.“I-itu. Soal ....” Jaeryn masih tergagu-gagu.“Apaan, sih?” Aku mulai kesal. “Masih soal yang tadi?”“Bukan!” Jaeryn menjawab cepat.“Terus? Apa?”“Itu ... soal pelaku utama yang bakalan di sidang beberapa hari lagi. Kira-kira kamu udah nyogok dia belum, ya?”“Maksudku, dia nggak bakalan bilang ke hakim kalau aku hamil anak Mas Rudi, kan?” Jaeryn menundukkan kepalanya.“Enggak,” jawabku singkat.“Hah? Enggak?”“Kamu nggak nyogok dia? Atau ... nggak, untuk apa, nih?”“Itu gapapa? Maksudnya ... rahasiaku gapapa?” Jaeryn tampak panik.“Lagipula yang ngehamilin lo di tenda itu gue. Sehingga lo hamil anak gue, bukan Rudi. Jadi, enggak bakalan ada yang tahu.” Aku membatin puas.“Iya, engga. Nggak bakalan ada orang

  • Sang Penata Rias   BAB 53 – HUKUMAN LAGI UNTUK PEREMPUAN LEMAH

    Flashback Kamar Geraldy.“Bersalah? Untuk apa merasa bersalah kepada orang yang jahat? Yakin … lo juga beneran merasa bersalah? Buktinya sampai hari ini lo nggak ngucapin apapun perihal perasaan kehilangan lo buat Mas Rudi di sosmed. Yang ada tadi lo malah mengupload foto dengan curhatan yang super najis,” ucapku dengan nada tinggi.Perempuan sialan ini malah menyalahkan aku soal kematian Rudi. Dia pikir dia siapa berani menghakimi aku seperti ini.“Tapi … mungkin lo emang secinta itu sama Rudi. Sayang sekali kalian harus beda alam sekarang. Mau gue bantu biar kalian bisa barengan lagi, nggak?” Aku mulai mengancam Jaeryn.“Sebenarnya gue nggak merasa udah ngebunuh Rudi secara langsung, sih. Tapi kalau lo berpikiran gitu … anggap aja dia korban pertama gue. So … haruskah gue jadikan lo korban kedua? Agar gue benar-benar terbiasa dengan membunuh seperti tuduhan lo tadi?” Gertakku lagi sembari menodong serpihan pecahan kaca ke leher Jaeryn.Sikapku ini sukses membuat tubuhnya bergetar.

  • Sang Penata Rias   BAB 52 – MEMBANGUN KEMBALI BATASAN

    GERALDY PRATAMATidak ada seorang pun yang tahu, meski demi misi pembalasan dendam .... sesungguhnya aku sangat menyesal sudah ikut menikam Rudi. Seharusnya aku tak perlu sampai melewati batas malam itu, seharusnya kubiarkan saja dia mati dengan sendirinya. Tapi nyatanya, aku turut mengotori tanganku. Sungguh ... aku sangat menyesal untuk itu.Namun, segalanya telah terlanjur terjadi. Bahkan Rudi, kini terus bergentayangan di sekelilingku.Haah ... Biarlah penyesalan ini menjadi hukumanku. Lagipula aku tak bisa memutar waktu.Lalu perempuan ini .... mengapa tiba-tiba saja berubah pikiran? Kemarin dia menyudutkan aku, tetapi sekarang dia berusaha membuatku merasa lebih baik. Dia pikir dia siapa?Aku ... tidak butuh ini.Ah, tidak. Aku membutuhkannya. Aku butuh sebuah pengakuan, bahwa aku bukan pembunuh Rudi. Meski sering mengakui bahwa aku adalah pembunuh Rudi, tapi sejujurnya di dalam hatiku ... terbesit harapan bahwa bukan aku yang membunuhnya.Oleh karena itu, aku bilang kepada Jaer

  • Sang Penata Rias   BAB 51 – ORANG YANG MEMBUNUH MAS RUDI

    “Engga juga.” Geraldy menjawab tanpa menatapku.“Ucapan lo kemarin nggak sepenuhnya salah.” Lanjut Geraldy dingin lalu menyuruput susu proteinnya.Mendengar ucapannya, aku hanya bisa terbenggong karena tak terlalu memahami apa yang sebenarnya ia maksud. Tapi setidaknya, Geraldy tidak mencaciku. Fiuh ... hampir saja. Aku lega setengah mati.Namun, aku tetap berusaha keras untuk memahami ucapannya. Bahkan saking terlalu binggung dan penasarannya aku akan makna ucapan Geraldy, tanpa kusadari aku menatapnya kosong cukup lama. Kali ini bukan karena terpaku akan kerupawanan, tapi aku hanya larut dalam tanda tanya pikiranku sendiri.“Makan dulu buburnya, nanti dingin.” Geraldy menunjuk mangkok buburku. Ia berhasil membuyarkan ketidakfokusanku.Aku sampai terlupa belum sempat menyendok sedikitpun bubur yang tersaji hangat di depanku ini, sejak duduk di meja makan.Tanpa merespon dengan kata-kata, aku buru-buru menyantap buburku dan tak berani menatap mata Geraldy lagi.“Kalau dipikir-pikir, m

  • Sang Penata Rias   BAB 50 – SARAPAN MATA DAN BIBIR

    “Oh, iya. Ini mau sarapan, kok. Aku mau cuci muka sebentar,” ucapku sembari memegangi pintu yang setengah terbuka. Meskipun tadinya sempat merasa panik sekaligus tegang, Geraldy sukseks membuatku terpaku sejenak memandangi wajahnya; mendonggak dari bawah karena aku terduduk di atas kursi roda.Sungguh ... ia tampan mau dilihat dari sudut manapun. Sebelum bibirku merasakan hangatnya santapan bubur buatan Bunda, mataku sudah terlebih dulu menyatap ketampanan Geraldy. Seperti yang diduga ... itulah mengapa hanya orang-orang pilihan yang bisa menjadi artis terkenal di tanah air. Karena tidak semua orang tetap terlihat rupawan meski tanpa riasan, serta sehabis mengelap iler mimpi semalam.“Oke,” jawab Geraldy singkat, lalu beranjak lebih dulu ke meja makan.Tentu ia sangat berbeda denganku, aku membukakan pintu dalam keadaan rambut yang acak-acakan. Mata yang sedikit bengkak, wajah kusam, bibir pucat ... serta ada perasaan tak nyaman di bawah sana. Ya, celana dalam yang bukan milikku ini t

  • Sang Penata Rias   BAB 49 – MENJADI KORBAN KEDUA?

    Geraldy, banyak yang tak tahu sesungguhnya laki-laki seperti apa dirinya. Orang-orang pasti tak menyangka, Geraldy yang biasanya dikenal tampan dan penuh bakat bisa dengan keji melakukan pembunuhan. Pulanya ia tak ambil pusing untuk merasa bersalah.Sebuah serpihan besar botol wine kini menempel di leherku. Tanpa basa-basi Geraldy menyayatkan leherku dengan serpihan tersebut. Aku tak berdaya, begitu pula dengan darahku. Mereka mengalir deras ke arah bawah; mencari tempat yang lebih rendah. Pandanganku pun memudar seiring melemahnya kesadaranku.Geraldy benar-benar menjadikan aku sebagai korban keduanya. Sungguh betapa kejinya ia; seorang pembunuh bertopeng idola.Namun, leherku yang tersayat serpihan botol wine hingga mengeluarkan darah seharusnya terasa dingin. Tapi mengapa, aku malah merasakan kehangatan di sekuju

  • Sang Penata Rias   BAB 48 – SALING INGIN MEMENANGKAN PERDEBATAN

    Di sela-sela perjuanganku untuk fokus, Geraldy kembali berbicara. Ia terdengar sedikit mabuk.“Santai. Lo nggak harus mikirin biaya karena rumah lo gue renov gratis. Kalau orang tanya sementara rumah lo di renov, lo tinggal di mana … ingat! Bilang aja lo nyewa rumah lagi. Jangan sampai keceplosan bilang kalau lo tinggal di rumah gue!”“Iya, siap,” jawabku cepat.Sepertinya sepulang dari rumah sakit tadi Geraldy langsung mengurusi renovasi rumahku. Makanya dia baliknya agak lama.Namun, jujur saja aku agak tak terima Geraldy merenovasi rumahku tanpa izinku dan Bunda. Meskipun hal itu adalah perbuatan baik, tapi setidaknya dia nanya dulu, ngga, sih? Aish … si micellar water ini benar-benar. Kali ini aku mulai kesal kepada Geraldy. Hanya karena dia punya banyak uang, bukan berarti bisa sesukanya saja merubah rumah orang lain.“Tapi kenapa, sih, renov rumahku tanpa izin? Barang-barangku gimana?” Protesk

  • Sang Penata Rias   BAB 47 – SEHARUSNYA MIKIR SEBELUM UPLOAD

    “Kalau ditanya, tuh, langsung jawab bisa nggak, sih?” Geraldy kembali mendesakku yang terdiam kehabisan kata-kata.“Maaf,” jawabku singkat karena kehabisan kata-kata serta dipenuh rasa bersalah.Karena ditegur Geraldy, aku baru tersadar atas perilakuku yang salah. Memang seharusnya tadi aku mikir dulu sebelum upload foto itu. Sayangnya nasi sudah terlanjur menjadi bubur.“Duh, bodohnya kamu Jaeryn. Mau curhat malah berakhir nambah beban pikiran,” sesalku dalam batin.“Aku harus gimana, dong?” Tanyaku sedih. Aku kembali mengarahkan pandanganku ke lantai.Geraldy beranjak berdiri dan berkata, “Mau gimana lagi. Kalau ditanya lo harus jawab bahwa tadinya lo cuma mampir ke apartemen gue sepulang dari rumah sakit buat ngambil vitamin yang udah gue beli dari luar negeri. Jangan sampai ada yang tahu kalau lo tinggal di sini. Kecuali, kalau lo mau dihujat.”Mendengar ide kebohongan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status