Share

Terusir

last update Last Updated: 2024-11-05 11:48:11

Dengan tubuh yang penuh luka, Arya masuk ke dalam pondok Sanjaya, dan ia berbaring untuk sesaat di dalam pondok itu.

Namun, Ki Badrun masuk, dan menarik tubuh pemuda berusia lima belas tahun itu.

"Apa lagi yang kau tunggu? Pergi dari sini!" teriak Ki Badrun.

"Aku akan menunggu Guru Sanjaya, kembali!" jawab Arya.

"Tidak perlu! Di sini, atau tidaknya Sanjaya, kau akan tetap terusir dari sini!" bentak Guru Badrun.

Bahkan dengan kasar, Ketua perguruan matahari itu menyeret tubuh Arya hingga sampai di belakang pondok Sanjaya itu.

"Pergi dari sini!" teriak Ki Badrun dan lemparkan tubuh Arya hingga terlempar jauh.

Arya hanya bisa menahan rasa sakit di tubuhnya, dan dengan menahan semua rasa sakit itu, Arya berjalan untuk menuju pintu keluar Perguruan itu.

"Jangan coba-coba untuk lewat dari pintu Perguruan, pergi lewat hutan!" kata Ki Badrun lagi.

Arya hanya bisa menarik napas, dan setelah itu, kaki mungil anak itu masuk ke dalam hutan, dan itu membuat Ki Badrun tersenyum puas.

"Dengan ini, tidak akan ada saksi mata kalau aku mengusir bocah itu. Pastinya Sanjaya tidak akan menyalahkan diriku!" kata Ki Badrun.

Guru Tandui, dan Turak sungguh puas karena pengusiran bagi Arya, dan itu membuat mereka tidak akan pernah bertemu lagi dengan anak kecil itu.

"Ketua, kalau Sanjaya kembali, apa yang akan kita katakan?" tanya Guru Tandui.

"Aku tidak tahu menahu soal ini, aku bahkan tidak melihat apapun!" kata Ki Badrun.

Itu membuat Guru Tandui dan Turak tersenyum, dan keduanya sudah paham apa maksud dari Ki Badrun itu.

"Kami juga tidak tahu apa-apa!" kata Guru Tandui dan mereka pun meninggalkan pondok Sanjaya.

Turak masih sempat melihat ke arah hutan, dan ia tersenyum karena ia yakin, Arya sudah tak mungkin bertahan hidup di dalam hutan itu.

Tidak hanya Turak, namun Ki Badrun juga yakin kalau Arya tidak akan mampu bertahan di dalam hutan itu.

Itu salah satu alasan Ki Badrun memaksa Arya untuk masuk ke dalam hutan, semua itu demi menghilangkan jejak dan keberadaan anak kecil itu.

"Dengan ini, masalah tentang bocah itu sudah selesai!" ucap Ki Badrun.

***

Arya yang terusir dari perguruan matahari, memang masuk ke dalam hutan, namun mereka tak sadar kalau hutan itu telah jadi rumah baru bagi anak muda itu.

Semenjak Sanjaya meninggalkan Perguruan Matahari untuk menyelesaikan misi yang dia jalani, Arya menangkup sudah berlatih keras, dan ia pun kini akan mengulang latihan yang sudah dia mulai di hutan itu.

"Mereka berpikir aku akan mati di sini! Tidak! Aku akan kuat, dan keluar dari dalam hutan ini!" kata Arya dengan wajah yang yakin.

Arya pun membuka kitab yang dia dapatkan lewat mimpinya, dan ia langsung mencoba untuk belajar ilmu kanuragan di kitab itu.

"Dengan kitab pusaka ini, aku akan menjadi yang terbaik di dunia persilatan, tak perduli apapun halangan yang akan aku dapatkan, aku akan menjadi lebih kuat!" kata Arya.

Sejak saat itu pula, Arya memilih untuk bertahan di dalam hutan itu, hutan yang sesungguhnya sangat menakutkan, dan jarang dimasuki oleh orang-orang.

Bahkan guru Perguruan Matahari dan murid perguruan itu pun jarang masuk ke dalam hutan itu, karena sadar akan bahaya yang ada di dalam hutan itu.

***

Waktu terus berjalan, dan tanpa terasa sudah satu tahun Sanjaya meninggalkan Perguruan Matahari.

Saat misi yang dia jalani tuntas, anak muda berusia tiga puluhan tahun itu memilih untuk kembali ke perguruan matahari secepatnya.

Sanjaya lebih dahulu melaporkan hasil misinya, dan setelah itu, Sanjaya buru-buru menuju ke pondoknya.

Namun, saat ia tiba di pekarangan pondok yang jadi tempat tinggalnya, dia melihat kalau pondok itu sudah ditumbuhi dengan semak-semak yang cukup tinggi.

Hal itu membuat Sanjaya bingung, karena pondok itu terlihat tak pernah ditinggali oleh manusia.

"Arya!" teriak Sanjaya dan masuk ke dalam pondoknya.

Namun, sambutan untuk Sanjaya adalah debu-debu yang berada di dalam pondok itu, debu karena pondok itu sudah tak ditinggali satu manusia pun.

Tidak hanya debu, namun sarang laba-laba juga memenuhi pondok itu, dan itu semakin meyakinkan Sanjaya kalau pondok itu benar-benar telah tanpa penghuni.

"Apa yang terjadi? Kemana Arya?" kata Sanjaya.

Dari kondisi pondoknya, Sanjaya sadar kalau Arya sudah lama meninggalkan pondok itu, dan mungkin saja setelah ia pergi, Arya juga sudah pergi meninggalkan pondok itu. itulah yang ada dalam pikiran Sanjaya.

"Pasti ada yang tak beres di sini!" kata Sanjaya dan langsung meninggalkan pondoknya itu.

Tujuan Sanjaya, sudah jelas untuk menemui Ki Badrun, dan ia ingin tahu apa yang telah terjadi pada Arya, murid yang dia bawa ke perguruan itu.

"Ketua! Ada yang ingin aku tanyakan padamu!" kata Sanjaya saat ia masuk ke dalam ruangan Ki Badrun.

Ki Badrun sudah tahu tujuan Sanjaya, namun ia sudah menyusun kata-kata untuk meyakinkan Sanjaya.

"Apa itu, Sanjaya?" tanya Ki Badrun.

"Apa kalian tahu kemana, muridku, Arya, pergi?" tanya Sanjaya.

"Arya?" kata Ki Badrun dan pura-pura berpikir.

"Iya, ketua! Kemana dia akan?"

"Aku sungguh tidak tahu Sanjaya! Aku pun sudah tak melihat dia setelah kau meninggalkan perguruan ini!" kata Ki Badrun.

"Benarkah itu?" tanya Sanjaya.

"Iya! Aku sungguh tak tahu, dan jika dia pergi, dia juga tidak mengatakan padaku!" kata Ki Badrun.

"Tidak mungkin!" kata Sanjaya tak percaya.

"Terserah padamu jika kau tidak percaya, namun aku ingatkan padamu, Arya tidak memiliki bakat, untuk apa kau mengingat dia?" kata Ki Badrun.

"Kalian salah, Arya memiliki bakat yang tinggi, dan jika di didik dengan benar, dia akan menjadi harapan baru bagi perguruan ini!" kata Sanjaya.

"Untuk apa harapan baru kalau dia tak bisa membangun perguruan ini, Sanjaya!"

"Membangun Perguruan ini, atau dia tak bisa membayar di perguruan ini?" kata Sanjaya.

"Bukankah itu sama saja Sanjaya? Dia tak mampu bayar, jadi bagaimana dia akan membangun Perguruan ini?"

"Oh jadi seperti itu ya? Katakan saja kalau Arya tidak bisa memberikan koin emas untuk ketua!" kata Sanjaya.

"Sanjaya, diam! Jangan asal bicara!" bentak Ki Badrun.

"Sepertinya yang aku katakan itu benar, dia sepertinya bukan pergi, tapi kalian usir. Benar, bukan?" kata Sanjaya.

"Sudah aku katakan, aku tak tahu apa-apa tentang muridmu itu! Dan lagian dia pergi itu malah membuat beban Perguruan ini berkurang. Dia hanya beban!" kata Ki Badrun.

"Beban yang kau katakan itu adalah muridku!" tegas Sanjaya dan meninggalkan ruangan itu.

"Sanjaya, kau mau kemana?"

"Mencari Arya!" tegas Sanjaya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Penghancur Langit    Akhir Perang di istana

    Satu pukulan Arya hempaskan tubuh Ki Rangga untuk kesekian kalinya. Dan itu membuat Ki Rangga sudah tidak mampu lagi melanjutkan pertarungan melawan Arya."Matilah kau!" teriak Arya dari udara.Sekalian Arya membalik posisi tubuhnya dan dalam posisi siap menusuk kepala Ki Rangga."Ternyata hanya sampai di sini perjalananku!" ucap iblis api.Iblis api yang memang sudah kehabisan tenaga sudah tidak mungkin menghindari lagi, dan dia memilih untuk menutup kedua bola matanya.Crasssssss.Pedang urat petir menusuk masuk dari ubun-ubun kepala Ki Rangga, dan terus melewati tenggorokannya.Haaaaaaaaaaa.Arya hentakkan pedang urat petir dan sekalian ayunkan pedang pusaka bagi tubuh petir seperti Arya.Crasssssss.Pedang itu membelah dari ubun-ubun hingga wajah Ki Rangga, dan salah satu tokoh sesat itu tewas dengan cara yang mengenaskan. Dia tewas dengan kepala dan wajah yang terbelah dua.Brukkk.Tubuhnya jatuh, dan tidak mampu melawan lagi. Dia tewas membawa semua keangkuhan yang sempat dia pe

  • Sang Penghancur Langit    Kemampuan yang membuat kaget

    Wajah iblis api kaget saat Arya keluarkan pedang urat petir, Pedang yang tidak Arya keluarkan saat mereka berhadapan di kota Rimba Raya. Atau lebih tepatnya pedang urat petir masih dalam posisi tidur panjang pada pertarungan itu.Ki Rangga mundur beberapa langkah, dan ragu untuk melawan Arya."Bagaimana dia mendapatkan kekuatan setinggi ini dalam beberapa purnama ini? Kurang ajar!" Maki Ki Rangga dalam hatinya."Ada apa? Apa kau ingin kabur? Jangan harapkan kau bisa melarikan diri!" kata Arya."Siapa yang ingin kabur? Aku tidak akan pernah kabur dari pertarungan!""Tidak pernah? Aku masih ingat pertemuan pertama kita. Kau kabur bagaikan seekor kera yang akan aku siram!" ejek Arya."Setan!""Kau yang setan!" kata Arya semakin memancing amarah Ki Rangga.Haaaaaaaaaaa.Ki Rangga benar-benar marah, dan itu terlihat dengan membesarnya pancaran panas di selubung tubuhnya.Hiatttttt.Dia datang dengan ayunan pedang yang kuat.Tranggggg.Adu pedang antara mereka berdua terjadi. Dan betapa kag

  • Sang Penghancur Langit    Kekuatan Baru Arya

    Arya dan Ki Rangga mencari tempat untuk pertarungan mereka, dan tempat yang mereka dapatkan adalah halaman luas istana yang sudah mulai sepi karena Pertarungan antara prajurit dengan pasukan pemberontak sudah masuk ke dalam istana.Haaaaaaaaaaa!Ki Rangga yang pertama kali menunjukkan tenaga dalam yang dia miliki. Dan itu cukup kagetkan para pendekar yang memiliki kemampuan di dalam arena pertarungan itu."Kali ini hasilnya akan tetap sama, aku akan tetap kalahkan dirimu! Manusia petir!" kata Ki Rangga sambil menunjuk Arya."Sudah aku katakan, kali ini hasilnya akan berbeda, aku pastikan kau akan mati!" kata Arya."Ayo! Lakukan apa yang bisa kau lakukan, bocah petir!" tantang Ki Rangga.Haaaaaaaaaaa.Surya tunjukkanlah kemampuan barunya, tapi bukan kemampuan pendekar legenda emas, yang Surya keluarkan hanya kemampuan pendekar legenda perak. Dan itu sudah cukup kagetkan Ki Rangga."Benar, dia sudah jadi manusia yang berbeda. Aku yakin ini akan pertarungan yang berat!" ucap Ki Rangga."

  • Sang Penghancur Langit    Muncul Tepat waktu

    "Hahahahaha! Ada apa? Apa hanya sebatas ini kemampuan dari ketua besar perguruan matahari?" ejek Ki Rangga.Sanjaya dan Tandui hanya bisa saling pandang, mereka berdua berhadapan dengan Ki Rangga, dan hasilnya keduanya kesulitan kalahkan iblis api yang jadi pemilik tubuh Ki Rangga.Keduanya bersama-sama dan menyerang dengan jurus-jurus terbaik Perguruan matahari, tapi tetap saja keduanya bukan lawan bagi Ki Rangga.Sedikit demi sedikit tubuh mereka mulai terluka, dan itu luka yang awalnya ringan jadi luka yang mulai bertambah parah.Hiatttttt.Mahapatih Tengguru melompat dan menyerang Ki Rangga dari belakang."Bodoh! Dia sudah tidak sabar menuju neraka," kata Ki Rangga.Crasssssss.Tahu-tahu di tangan Ki Rangga sudah ada pusaka pedang matahari, dan pedang itu yang menusuk masuk ke perut Mahapatih Tengguru.Aaaarrrrrgggggggg.Mahapatih Tengguru meraung menahan sakit di tusukan pedang matahari.Crasssssss.Dan dengan mudahnya Ki Rangga membelah tubuh Mahapatih Tengguru hingga ke kepalan

  • Sang Penghancur Langit    Kemunculan Arya

    Ki Sena dan panglima Gonda mati-matian membela keluarga kerajaan, dan tidak ingin ada satupun yang terluka di keluarga kerajaan yang mereka Jaka.Tapi, sekuat apapun mereka berdua, tapi akhirnya mereka kalah pada jumlah, belum lagi kemampuan yang dimiliki ketua Rondam cukup membuat keduanya tidak mampu berbuat banyak.Crasssssss.Satu cakar ketua Rondam akhiri perlawanan Ki Sena. Lima cakar bekas jari tangan ketua Rondam mengucurkan darah, dan itu tergambar jelas di tubuh Ki Sena.Dan tidak lama, panglima Gonda juga mengalami hal yang sama, tubuhnya tidak mampu bertahan melawan wakil ketua Rondam, Ki Patuk, dan kalah dengan luka yang memenuhi tubuhnya."Apakah ada lagi yang ingin mati?" kata ketua Rondam."Aku!" teriak seseorang dan dia melayang di udara.***Arya yang melesat dengan kuda gondala sudah mendengar adanya pertempuran di dalam istana.Tapi, Arya tidak langsung menuju ke istana, Arya memutuskan memutar kuda gondola, dan mencari keluarganya terlebih dahulu.Arya tahu, pasti

  • Sang Penghancur Langit    Selamatkan Keluarga Kerajaan

    Keadaan istana begitu berantakan, kehancuran pada istana kerajaan Purawa terlihat sangat nyata, itu karena serangan dari lima kelompok hitam yang bekerja sama dibawah komando Ki Rangga.Ki Rangga, meskipun dia ikut masuk ke dalam perang itu, tapi dia sungguh tidak menemukan lawan yang sepadan.Mahapatih Tengguru, dan Patih Kuroda bukan lawan yang seimbang baginya, bahkan keduanya jauh di bawah kemampuan tokoh sesat itu."Patih! Segera kau selamatkan pangeran! Kalau tidak, dia bisa tewas!" kata Mahapatih Tengguru pada Patih Kuroda.Tapi, Patih Kuroda yang sesungguhnya sudah mengalami luka parah hanya menggeleng pelan."Sepertinya kita harus pasrahkan pangeran tewas, Mahapatih. Meskipun aku kesana, belum tentu juga aku akan sampai tepat waktu," kata Patih Kuroda."Hahahaha! Apa kalian bicara untuk pertemuan kalian di neraka," ucap Ki Rangga ejek Mahapatih Tengguru dan Patih Kuroda.Aaaaaaaaaaaaaaaaa.Belum selesai ucapan itu hilang dari mulut Ki Rangga, terdengar satu jeritan keras dari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status