Dengan tubuh yang penuh luka, Arya masuk ke dalam pondok Sanjaya, dan ia berbaring untuk sesaat di dalam pondok itu.
Namun, Ki Badrun masuk, dan menarik tubuh pemuda berusia lima belas tahun itu. "Apa lagi yang kau tunggu? Pergi dari sini!" teriak Ki Badrun. "Aku akan menunggu Guru Sanjaya, kembali!" jawab Arya. "Tidak perlu! Di sini, atau tidaknya Sanjaya, kau akan tetap terusir dari sini!" bentak Guru Badrun. Bahkan dengan kasar, Ketua perguruan matahari itu menyeret tubuh Arya hingga sampai di belakang pondok Sanjaya itu. "Pergi dari sini!" teriak Ki Badrun dan lemparkan tubuh Arya hingga terlempar jauh. Arya hanya bisa menahan rasa sakit di tubuhnya, dan dengan menahan semua rasa sakit itu, Arya berjalan untuk menuju pintu keluar Perguruan itu. "Jangan coba-coba untuk lewat dari pintu Perguruan, pergi lewat hutan!" kata Ki Badrun lagi. Arya hanya bisa menarik napas, dan setelah itu, kaki mungil anak itu masuk ke dalam hutan, dan itu membuat Ki Badrun tersenyum puas. "Dengan ini, tidak akan ada saksi mata kalau aku mengusir bocah itu. Pastinya Sanjaya tidak akan menyalahkan diriku!" kata Ki Badrun. Guru Tandui, dan Turak sungguh puas karena pengusiran bagi Arya, dan itu membuat mereka tidak akan pernah bertemu lagi dengan anak kecil itu. "Ketua, kalau Sanjaya kembali, apa yang akan kita katakan?" tanya Guru Tandui. "Aku tidak tahu menahu soal ini, aku bahkan tidak melihat apapun!" kata Ki Badrun. Itu membuat Guru Tandui dan Turak tersenyum, dan keduanya sudah paham apa maksud dari Ki Badrun itu. "Kami juga tidak tahu apa-apa!" kata Guru Tandui dan mereka pun meninggalkan pondok Sanjaya. Turak masih sempat melihat ke arah hutan, dan ia tersenyum karena ia yakin, Arya sudah tak mungkin bertahan hidup di dalam hutan itu. Tidak hanya Turak, namun Ki Badrun juga yakin kalau Arya tidak akan mampu bertahan di dalam hutan itu. Itu salah satu alasan Ki Badrun memaksa Arya untuk masuk ke dalam hutan, semua itu demi menghilangkan jejak dan keberadaan anak kecil itu. "Dengan ini, masalah tentang bocah itu sudah selesai!" ucap Ki Badrun. *** Arya yang terusir dari perguruan matahari, memang masuk ke dalam hutan, namun mereka tak sadar kalau hutan itu telah jadi rumah baru bagi anak muda itu. Semenjak Sanjaya meninggalkan Perguruan Matahari untuk menyelesaikan misi yang dia jalani, Arya menangkup sudah berlatih keras, dan ia pun kini akan mengulang latihan yang sudah dia mulai di hutan itu. "Mereka berpikir aku akan mati di sini! Tidak! Aku akan kuat, dan keluar dari dalam hutan ini!" kata Arya dengan wajah yang yakin. Arya pun membuka kitab yang dia dapatkan lewat mimpinya, dan ia langsung mencoba untuk belajar ilmu kanuragan di kitab itu. "Dengan kitab pusaka ini, aku akan menjadi yang terbaik di dunia persilatan, tak perduli apapun halangan yang akan aku dapatkan, aku akan menjadi lebih kuat!" kata Arya. Sejak saat itu pula, Arya memilih untuk bertahan di dalam hutan itu, hutan yang sesungguhnya sangat menakutkan, dan jarang dimasuki oleh orang-orang. Bahkan guru Perguruan Matahari dan murid perguruan itu pun jarang masuk ke dalam hutan itu, karena sadar akan bahaya yang ada di dalam hutan itu. *** Waktu terus berjalan, dan tanpa terasa sudah satu tahun Sanjaya meninggalkan Perguruan Matahari. Saat misi yang dia jalani tuntas, anak muda berusia tiga puluhan tahun itu memilih untuk kembali ke perguruan matahari secepatnya. Sanjaya lebih dahulu melaporkan hasil misinya, dan setelah itu, Sanjaya buru-buru menuju ke pondoknya. Namun, saat ia tiba di pekarangan pondok yang jadi tempat tinggalnya, dia melihat kalau pondok itu sudah ditumbuhi dengan semak-semak yang cukup tinggi. Hal itu membuat Sanjaya bingung, karena pondok itu terlihat tak pernah ditinggali oleh manusia. "Arya!" teriak Sanjaya dan masuk ke dalam pondoknya. Namun, sambutan untuk Sanjaya adalah debu-debu yang berada di dalam pondok itu, debu karena pondok itu sudah tak ditinggali satu manusia pun. Tidak hanya debu, namun sarang laba-laba juga memenuhi pondok itu, dan itu semakin meyakinkan Sanjaya kalau pondok itu benar-benar telah tanpa penghuni. "Apa yang terjadi? Kemana Arya?" kata Sanjaya. Dari kondisi pondoknya, Sanjaya sadar kalau Arya sudah lama meninggalkan pondok itu, dan mungkin saja setelah ia pergi, Arya juga sudah pergi meninggalkan pondok itu. itulah yang ada dalam pikiran Sanjaya. "Pasti ada yang tak beres di sini!" kata Sanjaya dan langsung meninggalkan pondoknya itu. Tujuan Sanjaya, sudah jelas untuk menemui Ki Badrun, dan ia ingin tahu apa yang telah terjadi pada Arya, murid yang dia bawa ke perguruan itu. "Ketua! Ada yang ingin aku tanyakan padamu!" kata Sanjaya saat ia masuk ke dalam ruangan Ki Badrun. Ki Badrun sudah tahu tujuan Sanjaya, namun ia sudah menyusun kata-kata untuk meyakinkan Sanjaya. "Apa itu, Sanjaya?" tanya Ki Badrun. "Apa kalian tahu kemana, muridku, Arya, pergi?" tanya Sanjaya. "Arya?" kata Ki Badrun dan pura-pura berpikir. "Iya, ketua! Kemana dia akan?" "Aku sungguh tidak tahu Sanjaya! Aku pun sudah tak melihat dia setelah kau meninggalkan perguruan ini!" kata Ki Badrun. "Benarkah itu?" tanya Sanjaya. "Iya! Aku sungguh tak tahu, dan jika dia pergi, dia juga tidak mengatakan padaku!" kata Ki Badrun. "Tidak mungkin!" kata Sanjaya tak percaya. "Terserah padamu jika kau tidak percaya, namun aku ingatkan padamu, Arya tidak memiliki bakat, untuk apa kau mengingat dia?" kata Ki Badrun. "Kalian salah, Arya memiliki bakat yang tinggi, dan jika di didik dengan benar, dia akan menjadi harapan baru bagi perguruan ini!" kata Sanjaya. "Untuk apa harapan baru kalau dia tak bisa membangun perguruan ini, Sanjaya!" "Membangun Perguruan ini, atau dia tak bisa membayar di perguruan ini?" kata Sanjaya. "Bukankah itu sama saja Sanjaya? Dia tak mampu bayar, jadi bagaimana dia akan membangun Perguruan ini?" "Oh jadi seperti itu ya? Katakan saja kalau Arya tidak bisa memberikan koin emas untuk ketua!" kata Sanjaya. "Sanjaya, diam! Jangan asal bicara!" bentak Ki Badrun. "Sepertinya yang aku katakan itu benar, dia sepertinya bukan pergi, tapi kalian usir. Benar, bukan?" kata Sanjaya. "Sudah aku katakan, aku tak tahu apa-apa tentang muridmu itu! Dan lagian dia pergi itu malah membuat beban Perguruan ini berkurang. Dia hanya beban!" kata Ki Badrun. "Beban yang kau katakan itu adalah muridku!" tegas Sanjaya dan meninggalkan ruangan itu. "Sanjaya, kau mau kemana?" "Mencari Arya!" tegas Sanjaya.Kota Lima, saat ini. Kota yang ada di pinggiran laut, yang juga merupakan salah satu kota yang terkenal karena kota itu jadi kota pelabuhan yang membawa banyak pedagang dari luar negeri.Seperti yang diperintahkan nyai Jelita kemarin, Ki Parlah melakukan tugasnya, dan membawa puluhan anak buahnya dari kelompok Teratai kuning.Ki Parlah berjalan dengan angkuhnya, dia membusungkan bagian depan tubuhnya, menunjukkan jika dia memiliki kuasa di kota Lima.Tepat di kota Lima, Ki Parlah berhenti, dan dia mengeluarkan pedang yang ada di pinggangnya."Hei penduduk kota. Hari ini kalian harus membayar keamanan pada kami, jika ada yang melawan, maka pedang ini akan memenggal leher kalian, siapkan satu keping emas tiap orang!" teriak Ki Parlah.Penduduk kota langsung bereaksi, mereka semua ingin melawan tapi, jangankan mereka, Adipati yang menjadi penguasa di kota lima, kota kadipaten itu saja tidak berani melakukan itu.Seorang lelaki gempal datang, dia adalah Adipati Tama, dia adalah Adipati ya
Arya sesungguhnya tidak terlalu memikirkan apapun yang keluar dari mulut Bulan Putih, Arya saat ini memikirkan keberadaan kelompok Teratai kuning yang ada di kota lima."Bukankah kelompok teratai kuning sudah aku hancurkan saat penyerangan di istana?" gumam Arya.Arya melihat kalau kelompok teratai kuning memasuki sebuah bangunan yang menurut Arya adalah markas mereka."Sepertinya itu markas mereka, sebaiknya aku melihat ke sana," gumam Arya lagi.Setelah membeli pakaian, dan Arya sudah merasa kalau waktunya dengan bulan putih harus segera selesai pada saat itu juga."Sepertinya kita harus berpisah, bulan putih," kata Arya."Kenapa? Apa kau sudah akan pergi?" tanya bulan putih."Benar! Aku ingin memastikan sesuatu," jawab Arya."Apa itu?" tanya bulan putih."Itu rahasiaku, aku tidak dapat menjelaskan padamu," kata Arya."Apa aku tidak boleh ikut?" tanya bulan putih."Tidak! Aku tidak ada orang yang jadi beban ku," ucap Arya."Beban? Apa kau pikir aku tidak dapat menjaga diriku? Aku me
"Bodoh! Kau memilih mati!" maki Merak hitam.Hiaaaat!Merak hitam merentangkan kedua tangannya, seperti sepasang sayap yang akan terbang, itulah jurus andalan dari Merak Hitam, jurus rangkaian merak kematian.Tapi, Arya juga sudah siap untuk hadapi dan menahan serangan dari Merak hitam, dan dengan jurus rangkaian dari kitab tinju penggetar langit, Arya siap menyerang balik.Tangan Merak hitam menyerang dengan cepat, bagaikan pisau yang tajam dan itu karena tenaga dalam yang dia miliki.Plakkkkkk!Tapak petir dari Arya memapak serangan dari lengan Merak hitam, dan terjadilah pertarungan di bawah pohon yang rindang itu.Merak hitam cukup kaget, itu karena Arya mampu menahan setiap serangan yang dia berikan, serangan demi serangan cepat yang dia yakini akan membuat Arya kalah.Huppppp!Merasa serangannya tidak mungkin menang melawan Arya, Merak hitam memilih untuk mundur.Tapi, Arya tidak membiarkan Merak hitam untuk pergi meninggalkan pertarungan, dan Arya melompat mengejar Merak hitam.
Bulan Putih memaksa menarik tangannya dari genggaman tangan Merak Hitam yang pegang erat tangganya."Jangan melawan, sayang. Hari ini akan akan kita habiskan berdua," kata Merak Hitam yang membuat wajah bulan putih menjadi semakin marah."Diam kau, bangsat! Kau pikir aku ini gadis apaan? Sadar dengan apa yang keluar dari mulut baumu itu!" maki bulan putih."Hahahahaha! Aku sungguh tidak menyangka, akan bertemu dengan gadis se liar dirimu!" jawab Merak Hitam malah tertawa karena perkataan Bulan Putih.Bulan putih kembali mencoba menarik tangannya dari tangan Merak hitam, tapi Merak hitam melawan dengan menghentakkan tubuh bulan putih ke pelukannya.Dengan segera, merak hitam menyusuri leher putih bulan putih yang ada dalam pelukannya.Plakkkkkk!Bulan putih melayangkan tangan kanan, dan wajah lelaki penuh brewok itu merasakan kerasnya tamparan dari bulan putih.Plakkkkkk!Merak hitam marah, dan tanpa ampun membalas tamparan bulan putih yang membuat bulan putih tersungkur ke tanah."Bod
Arya turun dari kapal yang baru saja berlabuh di pelabuhan negeri lingga, dan Arya langsung bersimpuh tanda syukur karena sudah kembali ke negeri kelahiran."Akhirnya aku sampai di sini, aku sampai di sini," kata Arya.Arya menatap jauh ke arah kota, kota pelabuhan negeri lingga, kota Lima."Dari sini aku akan memulai perjalanan menuju istana Purawa," kata Arya.Arya langkahkan kakinya, tapi tangannya di tangkap oleh Lin ye."Ada apa?" tanya Arya."Bagaimana dengan perkataan yang kau katakan itu?" kata Lin Ye."Perkataan apa itu?" tanya Arya."Tentang petualangan yang akan kau lakukan, bagaimana jika kau ajak aku?" tanya Lin Ye."Tidak, kau tidak akan aku ajak, aku akan melangkah sendirian," kata Arya menolak perkataan Lin ye.Wajah Lin ye terlihat jelas dengan raut kecewa, hal yang tidak dia sangka kalau Arya tetap menolak dirinya."Selamat tinggal!" kata Arya dan menepis halus tangan Lin ye dari tangannya yang memegang erat tangan Arya."Tunggu!" teriak Lin ye.Tapi Arya terus berja
Kapal besar yang membawa Arya menuju negeri pulau ular saat ini sedang terus berlayar di lautan, hari yang tidak bagus memaksa nakhoda Reg dan anak buah kapal bekerja keras.Arya tidak mau diam dan hanya menyaksikan saja, Arya melakukan apa yang bisa dia lakukan untuk membantu kapal itu terus saja berlayar di jalur yang aman.Badai itu sungguh besar, tapi dengan segala pengalaman yang dimiliki oleh nahkoda Reg, kapal masih tetap selamat dan tidak karam."Kita selamat!" kata Arya sambil rebahkan badannya di lantai kapal itu. Seluruh pakaian Arya basah karena air yang melompat ke atas kapal."Kau ternyata cocok jadi anak buahku, Arya, hahahahaha!" kata nahkoda Reg sambil tertawa bercanda pada Arya."Aku kelelahan nakhoda, jangan bercanda dulu," kata Arya."Hahahaha! Ternyata seorang pendekar kelelahan juga," kata nakhoda Reg mengolok Arya."Pendekar juga manusia," ucap Arya.Rombongan yang dibawa oleh kapal itu adalah rombongan para pedagang yang akan menjajakan dagangan di kota-kota se