Share

Guru Yang Marah

last update Last Updated: 2024-11-06 11:48:07

"Mungkin Tandui, tahu sesuatu tentang kepergian, Arya?" kata Sanjaya dan begitu dia keluar dari ruangan Ki Badrun dia langsung menuju ke rumah Guru Tandui, salah satu guru di perguruan matahari itu.

"Arya, sesungguhnya kau ada dimana?" gumam Sanjaya menjadi gelisah.

"Selamat datang kembali, rivalku!" kata guru Tandui pada Sanjaya. Menyambut kedatangan orang yang dia anggap sebagai saingan di perguruan itu.

"Kita sudah berumur Tandui, jangan anggap aku rival mu lagi!" kata Sanjaya.

"Sampai kapanpun kau adalah rival ku!" kata guru Tandui.

"Terserah padamu, Tandui. Eh, apa kau tahu muridku pergi kemana?" tanya Sanjaya.

"Mengenai itu ... !"

Sanjaya melihat guru Tandui menyembunyikan sesuatu dari dirinya. Dan itu membuat Sanjaya curiga.

"Ada apa, Tandui?" tanya Sanjaya.

"Muridmu mengacau!" kata Tandui.

"Mengacau? Apa maksudnya?" tanya Sanjaya.

"Setelah kepergianmu, dia membuat kekacauan di perguruan ini, dan setelah itu dia pergi, mungkin dia malu!" kata guru Tandui.

"Benarkah itu, Tandui?" tanya Sanjaya.

"Untuk apa aku berbohong, Sanjaya?" kata guru Tandui.

Sanjaya merasa masih ada yang disembunyikan oleh guru Tandui, tapi dia tidak dapat menebak apa yang di sembunyikan oleh guru Tandui.

Sanjaya memutuskan kembali ke pondoknya, dan akan selidiki apa sesungguhnya yang sudah terjadi.

Tapi dia melihat sepucuk surat usang di atas tempat tidurnya, sudah sangat usang dan sudah sangat sulit untuk membacanya.

Hanya ada beberapa kata yang dapat di baca oleh Sanjaya.

"Tandui? Dipukuli?" gumam Sanjaya.

Darah Sanjaya naik, dia yakin jika Arya sudah dipersulit oleh Tandui dan murid-muridnya.

"Ini tidak akan aku maafkan!" kata Sanjaya.

Sanjaya dengan wajah merah, masih bercampur dengan rasa lelah mendatangi pondok guru Tandui.

"Tandui! Keluar kau Tandui! Kau ingin bertarung denganku, bukan?" teriak Sanjaya tepat di halaman pondok guru Tandui.

"Ada apa denganmu, Sanjaya?" teriak Tandui.

"Tidak usah banyak bicara!"

Haaaaaaaaaaa!!

Sanjaya alirkan tenaga dalam ke seluruh tubuhnya, dan menyerang ke arah guru Tandui.

Tapi Tandui yang memang tidak ingin dilukai menahan serangan Sanjaya, dan kini dua rival itu saling serang dan saling berusaha menjatuhkan.

Bammmmmmm!!

Dua pukulan mereka beradu, dan Sanjaya kalah dalam adu tenaga dalam itu, tapi Tandui tahu itu karena Sanjaya sedang dalam kondisi kelelahan.

Sanjaya mencabut pedangnya, dan itu membuat Tandui pucat, dia tahu bagaimana Sanjaya menguasai jurus pedang matahari.

"Cabut senjatamu, Kita akhiri sekarang, kita akhiri siapa yang mati hari ini!" kata Sanjaya.

Tandui menelan ludahnya sendiri, meskipun Sanjaya dalam kondisi kelelahan, tapi dia tahu Sanjaya tidak akan mungkin dapat dia kalahkan.

"Apa masalahmu, Sanjaya?" tanya Tandui.

Tandui sudah lupa jika dia pernah mengerjai Arya, itu sudah terjadi belasan purnama yang lalu.

"Tidak usah banyak tanya, segera cabut senjatamu, atau kau akan mati tanpa sempat sempat memakainya!" kata Sanjaya.

Haaaaaaaaaaa!!

Sanjaya bergerak menyerang guru Tandui, dan tidak memberikan kesempatan bagi guru Tandui untuk membalas serangannya.

Tranggggg!!

Saat satu serangan akan mengenai guru Tandui satu pedang menahan gerakan Sanjaya, dan Sanjaya langsung hentikan serangannya.

"Ada apa ini Sanjaya? Kau baru kembali? Apa kau belum puas bertarung di kerajaan lingga?" bentak satu suara, dan dia tak lain adalah Ki Badrun ketua Perguruan Matahari itu.

"Maafkan aku ketua, tapi dia sudah melewati batas," kata Sanjaya.

"Apa maksudmu Sanjaya? Aku bingung!" kata Tandui.

"Bingung? Bukankah kau yang membuat Surya keluar dari perguruan ini?" bentak Sanjaya.

"Ohh bocah tak ada guna itu? Aku memang memaksa dia keluar dari perguruan ini, asal aku tahu, dia tidak memiliki bakat apapun, hanya habiskan sumber daya saja," kata guru Tandui.

"Kau sungguh keterlaluan, asal kau tahu, dia itu anak yatim piatu yang kedua orang tuanya dibunuh oleh saudara ayahnya, tidak jauh berbeda denganmu!" kata Sanjaya dengan wajah marah.

"Yatim piatu?" desis guru Tandui pucat dan tak percaya.

"Pikirkan sendiri, apakah dia masih hidup? Dimana dia akan tinggal! Itu alasanku membawa dia kemari, seperti guru dulu membawamu kemari!" tandas Sanjaya.

"Cukup! Tidak usah ribut soal anak yang tak berguna itu!" bentak Ki Badrun.

"Tidak berguna?" kata Sanjaya dan melihat tajam ke arah Ki Badrun.

"Iya, dia memang tidak berguna, dan hanya membuat masalah bagi perguruan ini!"

"Sepertinya di perguruan ini ada persekongkolan untuk membuang Arya?" kata Sanjaya.

"Tidak, semua itu tidak ada!" kata Guru Tandui.

"Sudahlah, aku akan mencari muridku itu, mungkin aku masih bisa temukan dia!" kata Sanjaya.

"Sanjaya, tunggu!" teriak Tandui.

"Ada apa lagi?"

"Apakah dia sungguh yatim piatu?" tanya Guru Tandui.

"Iya, nasib Arya bahkan jauh lebih buruk dari pada kita! Tapi sepertinya kau tak akan tahu itu, karena kau sudah melupakan masa lalumu!" kata Sanjaya dan meninggalkan kediaman Guru Tandui itu.

"Arya, tunggu guru, dan guru akan membawamu kembali ke perguruan ini!" kata Sanjaya.

***

Satu tahun telah berlalu, dan sudah pasti perubahan besar sudah terjadi pada Arya, yang mana kini telah mencapai sebuah tingkatan kependekaran yang cukup tinggi.

Dengan segala bakat baru yang dia dapatkan, dan juga segala hal keistimewaan yang diberikan sosok misterius itu, Arya mampu mencerna semua jurus yang berada di kitab itu.

Bahkan kini, pemuda yang telah berusia hampir tujuh belas tahun itu, telah mampu bertahan di dunia persilatan, kecuali dia melawan tokoh tingkat tinggi, barulah mungkin dia akan tewas.

Jurus yang dipejari oleh Arya adalah jurus pedang naga, dan itu sebuah jurus tingkat tinggi, yang mana sesungguhnya mustahil bagi seorang bocah seperti Arya untuk mampu menguasai jurus itu.

Tapi, karena Arya adalah sosok yang terpilih, semua itu terasa tak terlalu sulit, dan semua itu membuat Arya sungguh bersemangat.

Jika Arya lelah berlatih ilmu kanuragan, maka dia akan mempelajari ilmu pengobatan, dan semua itu juga demi bekalnya jika dia akan keluar dari dalam hutan itu.

"Guru! Aku akan datang, dan memastikan kalau kau baik-baik saja di perguruan itu!" kata Arya.

Sesungguhnya, Arya sering datang ke pondok Sanjaya, dan saat merasa kalau dia tak mungkin lagi berada di perguruan itu, pada saat itulah, Arya menyisipkan sebuah surat yang ditemukan oleh Sanjaya di pondoknya.

"Aku sudah menguasai sepuluh dari dua puluh lima jurus pedang naga, rasanya sungguh tak terduga!" kata Arya sambil membolak-balik kitab ilmu kanuragan yang sempurna itu.

Saat itulah, mata Arya melihat sebuah gambar pedang di kitab itu, dan entah mengapa gambar pedang itu seperti hidup.

"Aap maksudnya ini?" kata Arya dan mengusap gambar pedang itu.

Pada saat itulah, cahaya biru keluar dari kitab itu, dan itu membuat Arya tanpa sadar membuang kitab itu.

"Apa lagi ini?" ucap anak muda itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Penghancur Langit    Menunjukkan sedikit kekejaman

    Arya dan ketua Jun Yen, ketua sekte angin timur, kaget dengan jawaban dari putri Yung Yen. Mereka berdua tidak percaya jika gadis berusia sembilan belas tahun itu akan menjawab tanpa berpikir terlebih dahulu. "Yung! Apa kau tidak memikirkan bagaimana keadaan diluar sana?" tanya ketua Jun Yun pada putri semata wayangnya itu. "Kenapa dengan diluar sana, ayah? Bukankah disana banyak hal yang menyenangkan yang mungkin Yung temukan?" ucap gadis itu. Ketua Jun Yun geleng kepala karena jawaban dan pertanyaan anak gadis nya itu. "Memang banyak hal yang menyenangkan di luar sana, putriku, tapi hal yang berbahaya juga banyak," kata ketua Jun Yun. Sejatinya, putri Yung Yen adalah gadis yang sudah ingin melihat dunia luar. Selama ini dia selalu terkurung di sekte angin timur. Sekte yang merupakan tempat dia berada. Paling jauh dia hanya berjalan-jalan di sekitar kota Gurt. Pemikiran gadis itu selalu terbayang dengan petualang yang panjang. Seperti petualang yang sering diceritakan ayahnya p

  • Sang Penghancur Langit    Memberikan pengobatan.

    Tukkkkkk! Arya gerakkan jari tangannya dan menotok di beberapa bagian tubuh dari putri Yung Yen. Selanjutnya Arya mengalirkan hawa murni. Energi petir yang Arya miliki menjadikan energi itu sebagai media pengobatan yang sangat bagus. Perlahan wajah putri Yung Yen menjadi lebih cerah. Dan aliran darah mulai terlihat normal tapi itu baru tahap awal saja. "Aku sudah mencoba memberikan pengobatan pertama, ketua. Tapi itu hanya tahap awal saja. Setelah itu semua tergantung padamu dan putrimu," kata Arya. Ketua Jun Yen melihat perubahan pada putrinya yang cukup signifikan. Dan itu membuatnya cukup bersemangat. "Apa penyakit dari putriku, tabib Arya?" tanya ketua Jun Yen. Arya menoleh ke arah tabib Yo. Seolah tidak ingin tabib itu ada di sana. "Apakah aku bisa bicara pribadi dengan ketua dan putri Yung Yen, tapi nanti setelah dia sadar," kata Arya. "Sadar? Apa kau yakin dia akan sadar lagi?" tanya tabib Yo. "Jaga ucapanmu tabib Yo! Apa kau berharap putriku tewas?" bentak ketua Jun

  • Sang Penghancur Langit    Putri Yang Sakit

    "Ada apa dengan putri Yung Yen!"Pertanyaan itu terlontar dari salah satu murid di sekte yang ada di kota Gurt."Bagaimana aku tahu! Aku hanya melihat maha guru sangat gelisah dan terus saja mencari tabib yang bagus untuk obati tuan putri.""Bagaimana dengan tabib Yo?""Tabib Yo? Dia hanya tabib kota ini, kemampuannya memang hebat, tapi tidak sehebat yang kita perkirakan," kata murid sekte itu."Sungguh disayangkan jika putri Yung Yen harus mati karena sakit lama yang dia derita," kata murid lain.Putri Yung Yen adalah primadona di sekte itu. Sekte yang terkenal di kota Gurt. Sekte angin timur.Maha guru Jun Yen, pemilik serta pendiri sekte angin timur, adalah lelaki tua yang sudah berumur puluhan tahun. Namun karena menikah di usia tua, saat dia semakin tua, barulah dia memiliki seorang putri, yaitu putri Yung Yen."Eh, apakah kalian mendengar jika di kota ada seorang tabib muda yang mengobati orang tanpa pamrih?""Aku juga mendengar itu, dan pastinya itu akan membuat tabib Yo panas

  • Sang Penghancur Langit    Penawaran Dari Tabib Yo

    Arya kaget melihat kehadiran tabib terbaik dari kota Gurt. Kota yang saat ini disinggahi oleh Arya."Ada apa tabib Yo? Apa ada yang bisa aku bantu? Apa anda sakit?" tanya Arya dengan suara yang penuh tanda tanya.Tabib Yo tahu maksud dari perkataan Arya. Jelas Arya merendahkan dirinya dengan satu ucapan yang sinis itu."Aku hanya ingin bicara denganmu, tabib Arya," jawab tabib Yo pada Arya."Bicara denganku? Ada apa?" tanya Arya heran.Huai yang berada disana segera menggelar tikar di lantai tanah rumahnya. Itu karena dia mendengar jika Arya dan tabib Yo akan bicara."Paman Huai sudah menggelar tikar. Mari duduk, tabib Yo!" ajak Arya pada tabib Yo.Arya lebih dahulu duduk dan itu diikuti oleh tabib Yo. Meskipun terlihat tabib Yo tidak suka berada di rumah Huai, tapi demi bicara dengan Arya, tabib Yo memilih untuk bertahan."Silahkan dinikmati minuman sederhana yang ada di rumah ini, tabib Yo!" kata Huai pada tabib Yo dan juga Arya."Terima kasih," kata tabib Yo pendek.Sejenak Arya da

  • Sang Penghancur Langit    Tabib sombong

    "Apa? Ada orang yang mampu mengobati sakit warga kota ini? Siapa dia?"Kabar itu langsung membuat ketegangan di balai pengobatan milik Tabib Yo. Karena di kota Gurt mulai terdengar ada seseorang yang mengobati tanpa meminta biaya sepeser pun.Dan orang itu adalah Arya.Apa yang Arya lakukan pada Huai, lelaki tua yang ia tolong beserta keluarganya, menjadi perbincangan hangat di kota Gurt.Satu per satu penduduk kota mulai mendatangi rumah Huai, dan keramaian itu menarik perhatian para pelayan di balai pengobatan Tabib Yo.Betapa terkejutnya mereka saat melihat banyak warga yang ramai-ramai berobat pada Arya di rumah Huai.Amarah Tabib Yo pun tak terbendung. Ia merasa telah punya saingan baru, yang bahkan tidak memungut biaya sepeser pun. Jika diberikan, akan diterima dengan rasa syukur, jika tidak, tetap dibantu dengan ikhlas oleh tabib muda itu."Kurang ajar! Dia berani cari masalah dengan Tabib Yo!" bentak Tabib Yo dengan marah."Apa yang akan kita lakukan, Tuan Tabib?" tanya salah

  • Sang Penghancur Langit    Penyakit melanda kota

    Kota Gurt. Salah satu kota perbatasan antara negeri Burma dengan negeri Gajah Putih.Kota Gurt sebenarnya sangat ramai, tapi kurang mendapat perhatian dari pemerintah negeri itu karena jaraknya yang jauh dari ibukota.Selain itu, sebagai kota perbatasan, kota ini sering menjadi sasaran serangan prajurit negeri Gajah Putih.Saat ini, kota itu sedang dilanda penyakit yang sulit diobati. Banyak warga tiba-tiba jatuh sakit, dan obat yang tepat sangat sulit ditemukan.Ada sebuah balai pengobatan yang terkenal di kota itu, dengan seorang tabib andal yang namanya sudah dikenal luas.Tabib Yo namanya. Setiap ada yang sakit, dialah yang dipanggil. Ia selalu berhasil menyembuhkan pasiennya.Namun, Tabib Yo mematok harga yang sangat tinggi, membuat banyak warga yang sakit memilih menahan diri daripada berobat padanya.Saat wabah melanda, balai pengobatan itu sangat ramai. Namun, yang didahulukan adalah mereka yang mampu membayar mahal. Sedangkan orang-orang yang tidak mampu harus rela antre dan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status