Home / Fantasi / Sang Penghancur Langit / Ketidakadilan Ketua Perguruan

Share

Ketidakadilan Ketua Perguruan

last update Last Updated: 2024-10-29 12:27:02

Aura di tubuh Arya semakin menakutkan saat amarah ditubuhnya semakin tak bisa Arya tahan, dan itu membuat tiga orang yang menganggunya mulai menujukkan wajah yang pucat.

"Kabur!" teriak Boim dan langsung balik badan sebelum dua rekannya mengikuti dirinya untuk kabur.

Arya yang masih marah, merasa heran akan hal itu, namun ia tak sadari semua itu, tak sadari kalau tubuhnya mengeluarkan aura yang sangat menakutkan.

"Aku selamat, aku harap mereka tak lagi ganggu diriku," ucap Arya dan terduduk lemas di atas batu-batu yang berada di belakang pondok Sanjaya itu.

Namun itu hanya sesaat saja, karena Arya langsung bangkit.

"Aku harus lebih kuat, jika tidak, aku akan selamanya berada dalam siksaan mereka!" ucap Arya.

***

Perguruan Matahari, merupakan salah satu perguruan yang memiliki nama yang cukup besar di dunia persilatan.

Saat ini, Perguruan Matahari dipimpin oleh Ki Badrun, seorang pendekar dengan tingkatan pendekar dewa tahap tiga.

Namun, sesungguhnya tingkatan Ki Badrun itu hanya tingkatan biasa saja di dunia persilatan, karena sudah banyak pendekar yang mencapai tingkatan itu, bahkan ada beberapa orang yang sudah mencapai tingkat dewa tahap akhir.

Perguruan Matahari di masa lalu, sempat menjadi Perguruan nomor satu di dunia persilatan, namun semua itu mulai mengalami kemunduran sejak Ki Badrun memimpin Perguruan itu.

Hal itu karena, Ki Badrun tak terlalu memikirkan bakat, namun ia malah memikirkan biaya.

Dia akan menerima siapa saja yang ingin masuk ke perguruan itu, apalagi orang itu mampu membayar mahal.

Perguruan Matahari dahulu memiliki banyak murid yang berbakat, dan mereka inilah yang membawa nama perguruan hingga ke puncak.

Tapi sekarang, semua itu berbeda, dahulu murid yang berbakat akan dimasukkan ke kelas dalam, dan akan dilatih hingga menjadi pendekar yang mampu memiliki nama di dunia persilatan.

Tapi sekarang, murid dalam kebanyakan hanya orang-orang yang mampu membayar, dan itu menjadi satu kemunduran yang nyata di perguruan itu.

Boim, Dika dan Turak, adalah contoh anak orang kaya yang masuk ke perguruan itu, masuk karena harta orang tua mereka.

Meskipun memiliki bakat yang biasa-biasa saja, tapi mereka masuk ke kelas dalam, dan dilatih oleh guru yang terbaik di perguruan itu.

Berbeda jauh dengan, Arya. Arya dibawa oleh Sanjaya, dan saat itu, Arya tidak memiliki bakat, dan bahkan tidak memiliki harta.

Hingga, tidak ada perhatian pada Arya, dan bahkan sudah dari awal, Ki Badrun meminta Sanjaya untuk mengusir Arya, karena katanya, keberadaan Arya di perguruan itu hanya akan habiskan sumber daya Perguruan itu.

Namun Sanjaya memilih untuk tetap mempertahankan Arya, karena dia tahu, Arya tidak memiliki tempat untuk kembali, hanya Sanjaya yang tahu apa yang telah dialami oleh Arya, hingga Sanjaya membawa bocah itu ke perguruan Matahari.

***

"Guru! Murid guru Sanjaya memukulku!" kata Turak melaporkan hal yang berbeda.

Turak juga menujukkan luka yang ada di kepalanya, dan itu membuat Guru Tandui, Guru dari Turak sangat marah.

"Ketua besar harus tahu akan hal ini!" kata Guru Tandui.

Bersama dengan Turak, Guru Tandui membawa bocah itu ke hadapan ketua besar perguruan itu, dan laporkan apa yang dialami oleh muridnya itu.

Wajah Ki Badrun sangat marah, dan semua itu karena Turak adalah putra seseorang yang cukup kaya, dan dititipkan di perguruan itu.

"Sudah aku katakan pada, Sanjaya! Bocah itu hanya akan membuat masalah di perguruan ini!" kata Ki Badrun.

Lelaki berusia enam puluhan tahun itu langsung berjalan cepat, dan menuju ke pondok Sanjaya, dimana Arya berada.

"Arya!" teriak Ki Badrun saat ia tiba di depan Pondok Sanjaya.

Arya yang sedang istirahat di dalam pondok itu, buru-buru keluar dan berlutut di kaki Ki Badrun.

"Ada apa ketua besar?" tanya Arya.

Dengan kasar, tangan Ki Badrun menarik tubuh Arya, dan memaksa anak kecil itu untuk berdiri.

"Kau memukul, Turak! Apa hak mu melakukan itu?"

"Aku hanya membela diri, Ketua besar!" kata Arya.

"Bohong! Aku, Boim dan Dika, datang untuk membantunya, namun dia malah melemparkan batu ke arahku!" kata Turak.

"Bohong! Dia berbohong, ketua besar!" kata Arya.

"Apa kau pikir aku akan lebih percaya padamu, dari pada percaya pada Turak?" kata Ki Badrun.

Plakkkkkk!

Ki Badrun berikan tamparan yang keras di wajah Arya, dan itu cukup membuat bocah itu jatuh terjerembab ke tanah.

"Pergi kau dari sini, dari awal, aku tak pernah menerima dirimu di perguruan ini!" teriak Ki Badrun mengusir Arya.

Arya terdiam, dan tak tahu harus berkata apa. Jika dia pergi, Arya jelas tak tahu harus pergi kemana.

"Ketua besar, jika kita usir dia, kita tidak akan bisa berikan penjelasan pada, Guru Sanjaya!" kata Guru Tandui.

"Kau benar juga, masukkan saja dia ke dalam penjara Perguruan ini, aku ingin dia renungkan apa yang dia lakukan pada Turak!" kata Ki Badrun.

"Tidak! Aku tidak bersalah! Kalian yang buta. Mata kalian sungguh sudah buta!" teriak Arya.

"Diam kau!" teriak Ki Badrun.

Satu pukulan kembali melayang ke wajah Arya, dan anak kecil yang baru berdiri itu kembali jatuh.

"Sampai kapan pun kau tidak akan pernah aku terima jadi murid di perguruan ini!" kata Ki Badrun.

"Aku tidak bersalah!" kata Arya lagi.

"Meskipun kau tak bersalah, namun kau tak berikan keuntungan padaku, jadi kau tetap tak berguna!"

"Jadi apa hukuman untuk dia, Ketua?" tanya Guru Tandui.

"Aku tahu!" kata Ki Badrun.

Ketua Perguruan Matahari itu mendekat ke arah Arya, dan tiba-tiba saja, tangan lelaki itu bergerak cepat.

Tukkkkkk!

Satu sentuhan dari jari Ki Badrun, itu membuat tubuh Arya, kaku dan tak dapat bergerak lagi.

"Turak, kau ingin membalaskan rasa sakitmu, bukan?" kata Ki Badrun.

"Iya, ketua!"

"Sekarang kau bebas untuk menghajarnya, dia sudah tak bisa berbuat apa-apa!" kata Ki Badrun.

Turak tersenyum, dan dia mendekat ke arah Arya dengan sebuah senyuman kemenangan.

Plakkkkkk!!

Tangan Turak tanpa ragu memberikan tamparan di wajah Arya, dan bocah malang itu pun jatuh tak berdaya ke tanah.

"Kau pikir setelah melemparku dengan batu, kau bisa menang dariku? Sampai kapan pun kau tak akan menang!" kata Turak.

Plakkkkkk!

Bammmmmmm!

Di hadapan Ki Badrun dan Guru Tandui, Turak melampiaskan semua amarahnya pada Arya.

Bahkan anak kecil itu duduk di dada Arya, dan terus memukuli wajah Arya hingga wajah Arya dipenuhi dengan darah.

"Puaskan amarahmu, Turak!" kata Ki Badrun.

Cukup lama wajah Arya jadi samsak untuk pukulan Turak, hingga bocah itu merasa puas akan semua itu.

"Pergi dari sini, kau bukan murid di perguruan ini!" ucap Turak dengan ludah yang jatuh ke tubuh, Arya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Penghancur Langit    Sandiwara pejabat kota

    Kota Lima, saat ini. Kota yang ada di pinggiran laut, yang juga merupakan salah satu kota yang terkenal karena kota itu jadi kota pelabuhan yang membawa banyak pedagang dari luar negeri.Seperti yang diperintahkan nyai Jelita kemarin, Ki Parlah melakukan tugasnya, dan membawa puluhan anak buahnya dari kelompok Teratai kuning.Ki Parlah berjalan dengan angkuhnya, dia membusungkan bagian depan tubuhnya, menunjukkan jika dia memiliki kuasa di kota Lima.Tepat di kota Lima, Ki Parlah berhenti, dan dia mengeluarkan pedang yang ada di pinggangnya."Hei penduduk kota. Hari ini kalian harus membayar keamanan pada kami, jika ada yang melawan, maka pedang ini akan memenggal leher kalian, siapkan satu keping emas tiap orang!" teriak Ki Parlah.Penduduk kota langsung bereaksi, mereka semua ingin melawan tapi, jangankan mereka, Adipati yang menjadi penguasa di kota lima, kota kadipaten itu saja tidak berani melakukan itu.Seorang lelaki gempal datang, dia adalah Adipati Tama, dia adalah Adipati ya

  • Sang Penghancur Langit    Ketua baru teratai kuning

    Arya sesungguhnya tidak terlalu memikirkan apapun yang keluar dari mulut Bulan Putih, Arya saat ini memikirkan keberadaan kelompok Teratai kuning yang ada di kota lima."Bukankah kelompok teratai kuning sudah aku hancurkan saat penyerangan di istana?" gumam Arya.Arya melihat kalau kelompok teratai kuning memasuki sebuah bangunan yang menurut Arya adalah markas mereka."Sepertinya itu markas mereka, sebaiknya aku melihat ke sana," gumam Arya lagi.Setelah membeli pakaian, dan Arya sudah merasa kalau waktunya dengan bulan putih harus segera selesai pada saat itu juga."Sepertinya kita harus berpisah, bulan putih," kata Arya."Kenapa? Apa kau sudah akan pergi?" tanya bulan putih."Benar! Aku ingin memastikan sesuatu," jawab Arya."Apa itu?" tanya bulan putih."Itu rahasiaku, aku tidak dapat menjelaskan padamu," kata Arya."Apa aku tidak boleh ikut?" tanya bulan putih."Tidak! Aku tidak ada orang yang jadi beban ku," ucap Arya."Beban? Apa kau pikir aku tidak dapat menjaga diriku? Aku me

  • Sang Penghancur Langit    Memasuki kota Lima

    "Bodoh! Kau memilih mati!" maki Merak hitam.Hiaaaat!Merak hitam merentangkan kedua tangannya, seperti sepasang sayap yang akan terbang, itulah jurus andalan dari Merak Hitam, jurus rangkaian merak kematian.Tapi, Arya juga sudah siap untuk hadapi dan menahan serangan dari Merak hitam, dan dengan jurus rangkaian dari kitab tinju penggetar langit, Arya siap menyerang balik.Tangan Merak hitam menyerang dengan cepat, bagaikan pisau yang tajam dan itu karena tenaga dalam yang dia miliki.Plakkkkkk!Tapak petir dari Arya memapak serangan dari lengan Merak hitam, dan terjadilah pertarungan di bawah pohon yang rindang itu.Merak hitam cukup kaget, itu karena Arya mampu menahan setiap serangan yang dia berikan, serangan demi serangan cepat yang dia yakini akan membuat Arya kalah.Huppppp!Merasa serangannya tidak mungkin menang melawan Arya, Merak hitam memilih untuk mundur.Tapi, Arya tidak membiarkan Merak hitam untuk pergi meninggalkan pertarungan, dan Arya melompat mengejar Merak hitam.

  • Sang Penghancur Langit    Kesombongan Merak hitam

    Bulan Putih memaksa menarik tangannya dari genggaman tangan Merak Hitam yang pegang erat tangganya."Jangan melawan, sayang. Hari ini akan akan kita habiskan berdua," kata Merak Hitam yang membuat wajah bulan putih menjadi semakin marah."Diam kau, bangsat! Kau pikir aku ini gadis apaan? Sadar dengan apa yang keluar dari mulut baumu itu!" maki bulan putih."Hahahahaha! Aku sungguh tidak menyangka, akan bertemu dengan gadis se liar dirimu!" jawab Merak Hitam malah tertawa karena perkataan Bulan Putih.Bulan putih kembali mencoba menarik tangannya dari tangan Merak hitam, tapi Merak hitam melawan dengan menghentakkan tubuh bulan putih ke pelukannya.Dengan segera, merak hitam menyusuri leher putih bulan putih yang ada dalam pelukannya.Plakkkkkk!Bulan putih melayangkan tangan kanan, dan wajah lelaki penuh brewok itu merasakan kerasnya tamparan dari bulan putih.Plakkkkkk!Merak hitam marah, dan tanpa ampun membalas tamparan bulan putih yang membuat bulan putih tersungkur ke tanah."Bod

  • Sang Penghancur Langit    5 perempuan bulan

    Arya turun dari kapal yang baru saja berlabuh di pelabuhan negeri lingga, dan Arya langsung bersimpuh tanda syukur karena sudah kembali ke negeri kelahiran."Akhirnya aku sampai di sini, aku sampai di sini," kata Arya.Arya menatap jauh ke arah kota, kota pelabuhan negeri lingga, kota Lima."Dari sini aku akan memulai perjalanan menuju istana Purawa," kata Arya.Arya langkahkan kakinya, tapi tangannya di tangkap oleh Lin ye."Ada apa?" tanya Arya."Bagaimana dengan perkataan yang kau katakan itu?" kata Lin Ye."Perkataan apa itu?" tanya Arya."Tentang petualangan yang akan kau lakukan, bagaimana jika kau ajak aku?" tanya Lin Ye."Tidak, kau tidak akan aku ajak, aku akan melangkah sendirian," kata Arya menolak perkataan Lin ye.Wajah Lin ye terlihat jelas dengan raut kecewa, hal yang tidak dia sangka kalau Arya tetap menolak dirinya."Selamat tinggal!" kata Arya dan menepis halus tangan Lin ye dari tangannya yang memegang erat tangan Arya."Tunggu!" teriak Lin ye.Tapi Arya terus berja

  • Sang Penghancur Langit    Aku Pulang

    Kapal besar yang membawa Arya menuju negeri pulau ular saat ini sedang terus berlayar di lautan, hari yang tidak bagus memaksa nakhoda Reg dan anak buah kapal bekerja keras.Arya tidak mau diam dan hanya menyaksikan saja, Arya melakukan apa yang bisa dia lakukan untuk membantu kapal itu terus saja berlayar di jalur yang aman.Badai itu sungguh besar, tapi dengan segala pengalaman yang dimiliki oleh nahkoda Reg, kapal masih tetap selamat dan tidak karam."Kita selamat!" kata Arya sambil rebahkan badannya di lantai kapal itu. Seluruh pakaian Arya basah karena air yang melompat ke atas kapal."Kau ternyata cocok jadi anak buahku, Arya, hahahahaha!" kata nahkoda Reg sambil tertawa bercanda pada Arya."Aku kelelahan nakhoda, jangan bercanda dulu," kata Arya."Hahahaha! Ternyata seorang pendekar kelelahan juga," kata nakhoda Reg mengolok Arya."Pendekar juga manusia," ucap Arya.Rombongan yang dibawa oleh kapal itu adalah rombongan para pedagang yang akan menjajakan dagangan di kota-kota se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status