Beranda / Urban / Sang Penguasa Arthur Gardner / Bab 11 - Kutukan Rasa Bersalah

Share

Bab 11 - Kutukan Rasa Bersalah

Penulis: Herolich
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-22 00:44:08

"Sayang, aku sangat mencintai mobil ini. Warna birunya indah sekali - aku sangat menginginkannya!" Linda dengan penuh kasih menggenggam lengan Marco, cinta mereka satu sama lain terlihat begitu sempurna.

"Tuan," penjual itu memulai, "mobil ini sangat langka. Hanya sepuluh yang dibuat di seluruh dunia, dan ini satu-satunya di kota ini. Siapa pun yang memilikinya pasti akan merasa sangat istimewa. Jika Anda membelinya untuk pasangan Anda, dia akan sangat menyukainya."

"Tentu saja aku akan membeli mobil ini," kata Marco sambil memelototi penjual yang berdiri di dekatnya. "Sekarang, kau bisa pergi. Aku akan memanggilmu jika butuh sesuatu."

Dia menendang kaki penjual itu dengan cepat, membuat pria itu membungkuk dan buru-buru mundur.

"Buang-buang waktu saja," gumam Marco. "Aku tak suka kalau sedang beli mobil dan orang lain cuma berkeliaran di sekitarku!"

"Sayang, kamu tahu," Marco memulai dengan lembut, "mobil ini kurang cocok untukmu. Warnanya jauh lebih cocok untuk laki-laki. Bagaimana kalau kita mencari yang sedikit lebih terjangkau?"

Linda memprotes, "Tapi Marco, kamu janji akan belikan aku mobil!"

Sambil menghela napas, Marco menjawab, "Aku tahu, Sayang, tapi menurutku akan lebih baik jika kita menemukan sesuatu yang sedikit lebih terjangkau. Apa kamu setuju?"

Suara Linda penuh luka saat dia berkata, "Tapi aku tak mengerti kenapa kamu tidak jadi membelikanku mobil ini."

"Tidak! Marco, tak bisa begini. Aku berikan keperawananku dan kamu menjanjikan sesuatu padaku. Jelas bagiku ini semua cuma permainanmu. Tapi kau harus menepati janjimu."

"Ya, tapi aku bisa menemukan orang lain yang bersedia bersamaku dengan biaya lebih rendah. Selain itu, aku bahkan tak yakin apa kamu masih perawan. Aku sudah bermurah hati menawarimu kesempatan memilih mobil, tapi bukan yang ini. Kamu tidak pantas mendapatkannya."

Linda menggenggam lengan Marco, menariknya mendekat. Dia memeluk, membiarkan pria itu merasakan tubuhnya. Dia sadar akan kecantikannya dan membuat iri banyak pria. Marco beruntung tak akan menemukan gadis lain yang memesona seperti dirinya.

Linda yakin bisa memikat dengan kecantikannya. “Aku yakin akan mampu menaklukkan pria dengan kecantikan yang kumiliki,” pikirnya.

"Maafkan aku, Marco," dia memulai, suaranya lembut. "Tuduhan Itu tak masuk akal. Aku masih percaya kamu orang yang bertanggung jawab dan aku ingin kita tetap percaya satu sama lain. Kamu harus memenuhi janjimu dan membelikanku mobil itu; apa yang kuberikan padamu juga sangat berharga."

"Apa kamu tak tahu berapa harganya? Lima puluh juta dolar (750 miliar rupiah). Dengan uang sebanyak itu, aku bisa mendapatkan lima puluh wanita secantik kamu. Jadi, Linda, jika kamu masih ingin bersamaku, tolong tunjukkan beberapa hormat atas uangku. Aku tidak bangkrut, tapi itu terlalu mahal untukmu. Bagaimana kamu bisa meyakinkanku masih perawan? Aku tak merasakan perbedaan apapun saat tidur denganmu, Linda. Itu sama saja rasanya dengan semua gadis lain yang pernah bersamaku." Dia bertanya, suaranya penuh keraguan.

"Aku belum pernah menjalin hubungan dengan pria manapun sebelumnya," Linda menegaskan, nada suaranya menegaskan kata-katanya. "Dan Arthur? Dia impoten. Apa menurutmu orang lemah seperti dia akan melakukan hal seperti itu ke wanita? Kau harus mempertimbangkan lagi sebelum menuduh aku, Marco!" serunya.

"Baiklah," Marco menegaskan, "Aku yakin Arthur impoten, tapi kita harus menyelesaikan pembelian ini. Haruskah kita beli mobil termurah di tempat ini, atau kita pergi dan aku tidak ada urusan lagi denganmu?" Dia bertanya.

Marco tersenyum tipis pada Linda. Meski sudah lama ingin menikmati tubuhnya, tapi dia merasa jika harus membayar 50 juta dolar dulu buat itu, dia pasti bisa menemukan gadis yang lebih baik darinya.

Namun demikian, Marco melakukan ini karena dia masih percaya bahwa Linda akan tetap setia padanya dan mencintainya karena dia memiliki perasaan yang tulus terhadapnya, dan Marco yakin akan tetap dapat menikmatinya meskipun dia tidak melakukannya.

"Wanita sangat mudah didapat." Dia berpikir sendiri.

Marco mungkin masih akan membeli mobil itu nanti ketika dia mendapatkan gadis lain yang nilainya lebih dari Linda, dan dia tahu dia akan membutuhkannya dalam waktu dekat.

"Biarkan aku mengambil mobil itu, kalau begitu."

Marco mendengar suara seorang pria mendekatinya, suara yang sangat dikenalnya, suara yang langsung membuatnya marah.

Marco memutar kepalanya dan langsung terpesona melihat seorang gadis cantik. "Apa-apaan?" pikirnya kagum. "Bagaimana seseorang yang begitu cantik berakhir di sini? Siapa dia?"

Marco, yang dikenal playboy dan punya banyak pasangan, tidak mungkin tak menyadari ada gadis yang begitu memesona di kota ini, tidak ada yang sesempurna yang berdiri di hadapannya.

Marco bertanya-tanya dalam hati, "Apa dia seorang selebriti?" Tapi tidak mungkin dia terkenal dan Marco masih belum tahu identitasnya. Dia yakin gadis yang begitu memesona tidak akan bisa menghindari cengkeramannya.

"Apa-apaan sampah seperti kau di tempat ini, Arthur? Apa kau sengaja mengikutiku ke tempat ini karena masih berharap aku akan tetap menerimamu sebagai tunanganmu?"

"Apa-apaan?" Marco mengklaim, beralih ke pria yang telah bersama gadis cantik tadi. Dia lekas mengenali pria itu sebagai Arthur. 

"Apa yang kau lakukan di sini, Arthur?" dia bertanya dengan marah.

"Aku ingin beli mobil, dan kuharap kau segera pergi dari hadapanku karena kau menghalangi jalanku," kata Arthur dengan percaya diri.

Edna mendengar kata-kata gadis itu, yang mungkin mantan tunangan Arthur, dan tiba-tiba dia punya ide guna membuatnya menyesal sudah meninggalkan Arthur. 

Dengan pemikiran itu, Edna menggandeng lengan Arthur, mendekap ke dadanya, dan berkata dengan manis, "Sayang, terima kasih atas mobil yang akan kamu belikan buatku."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sarjono Berbudi
agak mahal
goodnovel comment avatar
Iwanaluy80
koin oh koin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sang Penguasa Arthur Gardner   Bab 288 – Mengejar Harapan

    Keputusasaan terlihat jelas di wajah setiap orang. Semua harapan seolah telah hilang dari mereka. Ketika waktu yang telah ditentukan oleh Mr. Zee segera berakhir, mereka mulai takut akan kemungkinan terburuk."Bos, aku yakin kamu akan datang tepat waktu," gumam Sylvia dengan kekhawatiran, suaranya bergetar saat dia berbicara.Gemuruh suara helikopter terdengar dari suatu tempat di atas. Orang-orang bertukar pandang, tidak ada yang benar-benar percaya dengan apa yang mereka dengar sampai suara helikopter semakin keras."Apa itu? Apakah mereka datang dengan anggota lebih banyak?" seseorang berspekulasi, suaranya dipenuhi kegelisahan.“Apakah itu masih belum cukup? Kita bahkan tidak bisa melakukan apapun sekarang." orang lain menimpali dengan hampa.Semua mata tertuju pada helikopter yang melayang di atas mereka dengan perasaan tidak menyenangkan, bertanya-tanya apa yang akan menjadi nasib mereka selanjutnya.Mr. Zee dipenuhi dengan kegembiraan. Sudut bibirnya melengkung membentuk cibira

  • Sang Penguasa Arthur Gardner   Bab 287 – Merindukan Keajaiban

    Arthur bersiap menghadapi kemungkinan terburuk ketika Sylvia meneleponnya. Pikirannya segera mulai berpacu, merencanakan rencana perlawanan terhadap musuh yang ada di hadapan mereka saat ini. "Celine," Arthur memanggil Celine melalui ponselnya, berkata dengan nada mendesak. "Aku butuh bantuanmu sekarang." "Bos," jawab Celine hati-hati. “Apakah ini berkaitan dengan berita di televisi?”“Ya, Sylvia ada di sana. Dia baru saja menelepon dan mengatakan ada sesuatu yang aneh yang sedang terjadi. Aku ingin mengetahui sejauh mana kemungkinan terburuk yang akan terjadi." Arthur menjelaskan sebelum berhenti untuk mengambil napas dalam-dalam.“Kalau begitu, aku akan mengirimkan beberapa kamera drone ke lokasi itu agar kamu bisa memantau situasi di sana, bos,” kata Celine tanpa ragu.“Baiklah,” jawab Arthur dengan tekad dalam suaranya. Dia tahu bahwa hanya masalah waktu saja sebelum segalanya menjadi lebih buruk, jadi dia harus bertindak secepat mungkin jika ingin menjaga mereka semua tetap ama

  • Sang Penguasa Arthur Gardner   Bab 286 – Bersiap untuk Merayakan Kemenangan

    Mr. Zee, sosok misterius yang memakai jubah hitam, berdiri tegap di tengah lapangan seolah tak terkalahkan. Kehadirannya menimbulkan suasana yang menakutkan bagi semua orang, dan semua mata tertuju padanya saat pertanyaan berputar di dalam diri setiap orang: "Siapa pria ini?"Tiba-tiba, sebuah helikopter muncul dari langit dan melayang di atas stadion. salah satu penumpangnya berteriak kepada semua yang hadir, “Selamat siang, pemirsa! Bisakah kalian melihat apa yang terjadi di bawah sana? Semua orang berlarian dalam kekacauan, mencoba melarikan diri dari pria misterius itu dan para pengikutnya, tapi semua jalan keluar telah dikunci dengan ketat.”Jelas sekali bahwa dia adalah seorang reporter dari salah satu stasiun televisi yang menyiarkan acara tersebut secara langsung.Reporter tersebut melanjutkan laporannya dengan suasana kegembiraan yang semakin meningkat, “Seperti yang kalian lihat di sini, ada lusinan pria yang mengenakan pakaian serba hitam dan topeng menyeramkan yang terseba

  • Sang Penguasa Arthur Gardner   Bab 285 – Musuh Baru Mendekati

    Lima helikopter turun dari langit dan melayang di atas lapangan, membuat semua pemain panik.Walaupun bingung, satu kata bergema di benak mereka semua: "Lari!"Mereka berpencar dan berlari mati-matian dari area lapangan untuk menjauh.Pelatih meneriakkan perintahnya. "Cepat masuk!"Dia mendesak semua anggota tim sepak bola untuk bergerak lebih cepat demi keamanan mereka.Salah satu pemain berhenti, berbalik untuk melihat helikopter yang mengancam yang melayang di atas pertandingan mereka. Dia berjalan mendekati pelatih yang sedang mengeluarkan perintah dan berteriak padanya."Apa yang sedang terjadi?" Teriaknya, berusaha untuk didengar di tengah suara mesin helikopter yang semakin lama semakin keras.Pelatih membalas tatapannya dengan tatapan penuh tekad. Dengan suara yang tenang namun tegas, dia menjawab dengan kuat, "entahlah. Yang jelas aku ingin kamu selamat!"Dia kemudian dengan cepat mengeluarkan peluitnya dan meniupnya beberapa kali, sambil melambaikan tangannya ke depan untuk

  • Sang Penguasa Arthur Gardner   Bab 284 – Kunjungan yang Tidak Diharapkan

    Hari ini adalah hari yang dinantikan oleh seluruh warga Southlake City; kota mereka akan menjadi tuan rumah salah satu klub sepak bola paling sukses di negara ini. Tidak ada yang lebih bersemangat daripada Sylvia, yang bergegas ke Golden Chamber Hotel seperti angin puyuh. Dia menyelesaikan persiapannya untuk pertandingan besar dengan semangat membara, mengemas makanan ringan dan mengumpulkan berbagai macam pernak-pernik lainnya."Aku tidak menyangka kamu akan selesai dengan tugasmu dengan begitu cepat," komentar Arthur dari tempat duduknya di sofa. "Kamu berubah dari orang yang tidak tertarik beristirahat menjadi menganggap sepak bola seolah itu adalah hidupmu!" Ucapannya membuat Sylvia sedikit tersipu; dia belum sempat mengungkapkan cintanya pada permainan itu kepadanya sebelumnya."Ya, Bos," jawabnya sambil memutar-mutar sehelai rambut di jarinya. “Ayahku selalu mengajakku menonton sepak bola bersama sejak aku masih kecil, jadi aku tidak mau ketinggalan saat mereka bertanding.”Eksp

  • Sang Penguasa Arthur Gardner   Bab 283 – Mata-Mata Tak Terlihat

    Arthur terjebak dalam aktivitas kantor yang menarik. Hiruk pikuk di tempat kerja membuatnya melupakan waktu yang terus berlalu. Dia pun bahkan tidak menyadari bahwa hari telah bergeser ke malam. Sylvia yang telah bekerja keras selama ini membuat Arthur cemas, lalu ia memaksanya untuk berlibur dari stres pekerjaannya.Ia telah duduk di kursi kerjanya sejak pagi, fokus pada layar laptop di hadapannya. Tanpa disadari, ia lupa waktu. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara ketukan di pintu, "Ya." jawabnya dengan suara tenang.Edna masuk ke ruangan dengan setelan eksekutif berwarna putih dan rok selutut berwarna krem. Rambut pirangnya yang tebal dikait rapi ke belakang menjadi sanggul. Dengan perlahan, ia berjalan mendekati Arthur dan meletakkan tangannya dengan lembut di atas mejanya."Halo, Bos. Bukankah sekarang sudah masuk waktu istirahat siang?" kata Edna dengan hati-hati. "Aku rasa Anda perlu istirahat sekarang." Dia melanjutkan dengan antusias, "Aku akan meminta koki di kantor untuk meny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status