She Mei menyerang Fang dengan tangan kosong, setiap serangannya mengarah ke bagian vital sang pemuda, beruntung ia bisa menghindari semuanya. Gerakan siluman ular itu benar-benar lincah dan sulit ditebak, andai saja Fang tidak memiliki kemampuan yang tinggi, sudah pasti dari sepuluh serangan She Mei beberapa akan mendarat di tubuhnya.
"Pilihanku tidak salah, kemampuanmu benar-benar mengagumkan. Apakah kita bisa berhenti bertarung sekarang dan lebih memilih memadu kasih saja?" She Mei masih menggoda Fang.
"Dalam mimpimu," jawab ketus Fang.
"Cih," She Mei mendengus pelan, "Dasar keras kepala! Akan ku buat kau menyetujuinya."
Serangan She Mei bertambah cepat daripada sebelumnya, gerakan yang ditunjukkan sangat indah. Orang-orang akan lebih percaya bahwa She Mei sedang menari bukan bertarung. Fang juga tidak kalah kagumnya, ini kali pertama ia melihat gerakan-gerakan yang begitu indah namun mematikan.
"Siluman ini...?" Fang berseru dalam hatinya, andai
Jangan lupa komen dan vote
Fang membuka matanya ketika langit sudah gelap dan hujan pun telah berhenti. Ia menelisik seluruh tempat itu namun tidak menemukan apa yang dicarinya."Aku masih hidup?" Fang tidak percaya dirinya masih bisa membuka mata lagi, sebab yang terakhir ia ingat She Mei mencoba membunuhnya.Mengingat kemampuan yang gadis itu tunjukkan membuat Fang bergidik ngeri, "Baru kali ini aku bertemu lawan setangguh itu." Fang memegangi bagian tubuhnya yang sakit karena serangan She Mei sebelumnya."Jika di pikir-pikir lagi, kenapa dia tidak membunuhku y?" Fang merasa bingung, bukan hanya tidak membunuhnya, She Mei juga tidak melakukan apapun padanya."Ah tidak perlu dipikirkan, yang terpenting aku masih hidup. Aku berjanji ketika bertemu dengannya akan membalas utang budi ini." Fang merasa dia berhutang pada She Mei, bagaimanapun berkat kebaikan hatinya sang gadis dirinya masih hidup."Sepertinya aku terlalu bersantai semenjak meninggalkan Hutan Kematian." Fang ter
Fang berjalan dengan meraba-raba, baru kali ini dirinya tidak bisa melihat apapun bahkan itu di depan matanya sendiri. Ia menutup matanya, mencoba menggunakan inderanya namun tetap tidak berhasil menembus kegelapan tiada batas itu."Tempat apa ini? Kenapa aku bisa berada di sini?" Setelah semua usaha yang dilakukannya gagal, Fang memutuskan untuk berhenti dan duduk bersila mencari pencerahan.Entah sudah berapa lama pemuda itu disini, ia tidak mengetahuinya. Ketika Fang sedang mencoba berbagai cara untuk menembus kegelapan ini, sebuah cahaya muncul dan mendekat ke arahnya. Cahaya itu berwarna merah terang, membuat Fang harus memalingkan wajahnya dan mengalir tenaga dalam untuk menghindari sinar tersebut."Li Tian!" Sebuah suara muncul dari dalam cahaya itu. Bersamaan dengan itu, tempat yang awalnya gelap gulita tersebut kini mulai berubah menjadi terang benderang.Fang yang penasaran memberanikan dirinya untuk menatap cahaya tersebut, namun itu membuat di
Iblis Hati mengangkat tangan kanannya, seketika sebuah pedang muncul dari ruang hampa."Kau bahkan memiliki pedang Naga Surgawi." Fang tersenyum pahit lalu menggelengkan kepalanya."Sudah ku bilang, aku memiliki semua yang kau miliki bahkan lebih baik daripada dirimu. Bagaimana kalau kita bertarung menggunakan pedang, aku ingin lihat kemampuanmu dalam memainkan senjata ini." Iblis Hati menghunuskan pedang di tangannya ke arah Fang. Pemuda itu tersenyum kecut lalu mencabut pedang sama yang tersarung di punggungnya."Akan ku tunjukkan bahwa kemampuan pedangku lebih baik daripada siapapun." Fang mendengus dingin lalu menyerang Iblis Hati.Gesekan pedang keduanya berhasil menciptakan suara yang nyaring dan ledakan-ledakan kecil di sekitar mereka. Fang mengalirkan tenaga dalamnya berjumlah besar untuk mempertajam dan memperkuat serangannya namun tetap tidak berhasil melukai lawannya."Hanya itu kah kemampuan pedangmu? Sebaiknya kau tidak bermain pedang
Meskipun terlihat terkejut, tidak ada kemarahan di wajah Iblis Hati karena tidak berhasil membunuh Fang. Sebaliknya sosok itu tersenyum lebar dan mengangguk pelan."Cukup banyak pendekar-pendekar yang telah melewati fase ini untuk mencapai tingkat Pendekar Bumi, namun hanya beberapa di antara mereka yang sepertimu, memilih mencapainya dengan kemampuanmu sendiri. Sebagian besar dari mereka langsung menerima tawaran Iblis Hatinya untuk bergabung membuat kekuatan mereka tidak sempurna dan fondasinya pun kurang matang. Terutama mereka dari kalangan pendekar aliran hitam.Melihat tekad di matamu, aku yakin kau akan menjadi pendekar tersohor di dunia persilatan. Ku harap kau menggunakan kemampuanmu dengan baik."Selepas berkata demikian, tubuh Iblis Hati mulai memudar dan transparan lalu beberapa saat kemudian menghilang sepenuhnya. Suasana yang sebelumnya terang kini kembali menjadi gelap seketika.Fang ingin menghentikan Iblis Hati sebab ada beberapa hal yang
Kenapa akhir-akhir ini sering sekali hujan." Fang bertanya pada dirinya sendiri meskipun lebih terlihat mengutuk langit. Dua hari telah berlalu semenjak dirinya meninggalkan gubuk tempat singgah sebelumnya. Sehari yang lalu hujan juga turun meskipun hanya gerimis dan tidak lama. Hari ini pun sama, namun lebih deras daripada kemarin."Bintang Kecil kau harus bertahan ya, aku yakin kau kuat." Fang tidak menemukan tempat yang cocok untuk beristirahat dan berteduh sepanjang perjalanan membuat Bintang Kecil kedinginan. Fang membantunya dengan mengalirkan tenaga dalam sebab itulah Bintang Kecil masih kuat.Penantian panjang keduanya membuahkan hasil, Fang melihat sebuah kota dari kejauhan. Bersamaan dengan itu juga hujan mulai mereda dan sepenuhnya berhenti ketika jarak Fang dan kota yang dilihatnya tinggal beberapa ratus meter lagi. Dirinya menebak itu merupakan kota yang dimaksudnya di dalam peta. Ia kemudian meminta Bintang Kecil mempercepat langkahnya.Meskipun ko
Fang mendengarkan cerita pak tua Tong Yan dengan seksama tanpa memotongnya sedikitpun hingga dia selesai menjelaskan.Seminggu yang lalu, sekelompok orang bersenjata lengkap menggunakan topeng khas yang sama mendatangi kota Bukit Kecil. Mereka merampas secara paksa harta benda warga tanpa terkecuali kediaman walikotanya.Prajurit-prajurit yang berjaga di lumpuhkan dengan cepat tanpa perlawanan yang berarti. Bukan hanya itu, mereka juga di bunuh dengan kejam lalu di bakar. Bahkan para pendekar yang sedang singgah di kota tersebut, juga tidak terlepas dari cengkeraman kelompok tersebut.Pak tua Tong Yan juga mengatakan bahwa mereka akan kembali lagi dalam kurun waktu seminggu ke depan untuk mengambil harta yang diinginkan. Mereka juga membawa beberapa gadis untuk menjadi sandera agar warga kota Bukit Kecil mewujudkan yang mereka inginkan."Salah satu dari gadis itu adalah putriku. Dia satu-satunya harta yang ku miliki sekarang." Pak tua Tong Yan tidak bisa
Setelah selesai menemui walikota Jia, Fang diajak pak tua Tong untuk tinggal di kediamannya. Ia pun menerima tawaran tersebut.Fang menghabiskan waktunya dengan melatih ilmu pernapasannya untuk meningkatkan kekuatannya. Dirinya menyadari, semakin tinggi tingkat kependekaran semakin banyak pula tenaga dalam yang dibutuhkan untuk naik ke tahap selanjutnya. Sudah lima hari penuh Fang mengurung dirinya di kamar, sebelumnya ia meminta pak tua Tong untuk tidak mengganggunya kecuali ada hal yang mendesak. Fang beralasan untuk menyiapkan beberapa hal untuk menghadapi kelompok Gagak Pembunuh.Suatu pagi ketika Fang sedang memejamkan matanya dan melatih pernapasan, pintu kamarnya diketuk dan suara pak tua Tong terdengar di balik pintu tersebut."Pendekar Fang... Pendekar Fang..." Suara pak tua Tong tampak memburu.Fang menyelesaikan latihannya lalu membuka pintu kamar, mendapati pak tua Tong sedang panik."Pelan-pelan, Kek. Apa yang sebenarnya terjadi?" Fang
Tiga hari sudah berlalu, Fang menunggu kedatangan pemimpin Zhou sembari mengamati pergerakan kelompok Gagak Pembunuh. Kelompok ini sering menghabiskan waktu mereka dengan mabuk-mabukan terutama di malam hari. Namun, yang menarik perhatian Fang, tidak ada satupun yang mencoba menyentuh gadis-gadis yang mereka tangkap padahal tingkat kekuatan mereka cukup tinggi.Dari pengamatannya, Fang menemukan pendekar yang paling lemah berada di tingkat kekuatan Pendekar Emas sementara mayoritas di tingkat Pendekar Ahli. Hal ini menunjukkan setidaknya pemimpin Zhou yang dimaksud memiliki kemampuan yang tinggi, mungkin di tingkat Pendekar Kaisar atau bahkan lebih. Berbekal pemikiran itu, Fang menganggap bahwa pertarungan yang akan dilakukannya tidaklah mudah dan belum tentu dirinya bisa menang."Tidak heran mereka menjadi kelompok penjahat nomor satu di Kekaisaran Yang." Fang bergumam pada dirinya sendiri. Ia terus mengamati kelompok Gagak Pembunuh hingga pada akhirnya menemukan hasi