Bab 5: Pembahasan Tragedi Di Tengah Hutan Gunung Lawu
Kang Arya dan yang lainnya berkumpul di rumah Kang Arya untuk membicarakan tantangan apa saja yang harus dihadapi agar bisa mendapatkan hati Rinda. Mereka semua tidak bekerja untuk membicarakan masalah ini, karena menurut mereka ini sangat penting. Menyangkut masa depan diri mereka sendiri. Kang Arya menceritakan apa saja yang dilihat oleh fansnya, ketika ia melakukan siaran langsung. Rendy dan yang lainnya bergidik ngeri mendengar cerita dari Kang Arya. Banyak yang tidak masuk akal, tapi kejadian itu benar-benar mereka alami. Tidak hanya itu saja, sosok tak kasat mata hadir dan bisa mereka lihat dengan mata telanjang.“Di komen, ada yang bilang kita diikuti oleh orang berbaju hitam sampai ke tempat pasar ghaib itu. Bahkan live kita di screenshot waktu sosok itu menampakkan diri,” ucap Kang Arya.“Berbaju hitam? Pakai capil enggak?” tanya Rendy.“Pakai sih, janggutnya katanya panjang banget. Juga ada suara anak kecil lari-larian, aku tidak berani membuka rekaman suara yang fans kirim lewat email. Apalagi banyak yang bilang jika suaranya jelas banget,” ucap Kang Arya.“Untung saja kita udah pulang, bayangkan saja jika baca komen waktu di tengah hutan. Malam, belum lagi penuh kabut. Aku yakin kita enggak berani pulang,” ucap Putra.“Lihat kau hampir pingsan saja udah buat kita panik, mana sempat baca komen live,” sahut Ryan.“Benar banget, kita juga enggak bisa pantau live untung saja komennya bisa dilihat sekarang,” sahut Kang Arya. Banyak fans yang mengatakan jika prjalanan ke Hutan Gunung Lawu mereka diikuti oleh sesok berjubah hitam dengan menggunakan capil. Jenggotnya panjang, untuk saja sosok itu tidak mereka lihat. Bayangkan saja jika mereka melihat, pasti mereka tidak akan berani pulang. Untung saja mereka tidak melihatnya, jadi aman sampai di sini. Ada juga yang mengatakan ada anak kecil lari-larian dan mengejek mereka, rata-rata penonton live kang Arya memiliki kemampuan khusus dalam melihat makhluk tak kasat mata. Jadi komen seperti ini sudah biasa Kang Arya dapatkan. Tidak ada yang kaget jika di Gunung Lawu banyak hal mistis, karena bukan hanya 1 atau 2 orang yang mengalaminya. Semua orang percaya jika banyak hal misteri yang belum terungkap, apalagi di Gunung Lawu yang cukup terkenal di telinga para pendaki. Apalagi Gunung Lawu ini menyimpan banyak hal mistis, kuatkan saja iman dan ketaqwaan kepada Allah. Kang Arya bukan tipe orang penakut, tapi jika melihat sosoknya secara langsung ia juga akan ketakutan.“Mau mendaki lagi bersama?” tanya Deny.“Jangan dulu deh, masih trauma ini,” sahut Putra. Karena dia juga trauma hampir dibawa perempuan cantik di Gunung Lawu.“Makanya jangan melamun di Gunung, pikiran juga enggak boleh kosong. Untung saja kau sama kita, bayangkan jika kau sendirian. Pasti kau akan hilang,” celetuk Deny.“Sudahlah, jangan main salah-salahan, itu semua terjadi untuk melatih kesolidaritasan kita. Lagian kita juga dapat banyak pengalaman dari kejadian itu,” balas Kang Arya.“Denger-denger ada dari kampung sebelah ada orang yang berusaha deketin Rinda,” ujar Rendy.“Wahh, enggak bisa dibiarin ini. Jangan sampai saingan kita makin banyak,” sahut mereka secara bergantian.“Kita selidiki saja siapa dia,” ucap Kang Arya.“Tapi denger-denger dia dekat sama Pak Ustadz, bisa deket karena bangun bisnis sama Pak Ustadz,” imbuh Rendy. Mereka semua terdiam selama beberapa saat, saingan mereka bertambah. Yang lebih mengejutkannya lagi adalah laki-laki yang dekat dengan Pak Ustadz. Pasti dia bisa bertamu ke rumah Pak Ustadz dengan alasan bisnis. Memikirkan ini membuat mereka sedikit merasa tersaingi. Apalagi mereka tidak memiliki alasan untuk bertamu ke rumah Pak Ustadz. Jangankan bertamu, bertemu di tempat umum saja mereka harus memikirkan pertanyaan apa saja yang akan dilontarkan kepada Rinda. Memperjuangkan Rinda tidak semudah yang dikira, banyak sekali yang harus dipelajari. Termasuk keimanan, bisa saja keimanan Rinda jauh di atas mereka. Sore harinya Rendy bertemu dengan seseorang di ujung jalan desa yang tidak ada rumah warga. Hanya ada kebun-kebun warga saja, karena sudah sore hari, para petani sudah pergi. Jadi di sini hanya ada Rendy sendiri dan satu orang berbadan besar, tenang saja. Dia benar-benar manusia pada umumnya.“Cari tahu laki-laki di kampung sebelah yang sudah berani dekat dengan Rinda, untuk bayarannya akan ku tranfer ke rekening mu,” ujar Rendy.“Tapi bukankah kau berteman dengan orang yang juga ingin berjuang untuk Rinda? Tapi mengapa kau tidak menyingkirkan mereka saja?”“Kau tidak perlu tahu, aku hanya mau bersaing dengan mereka saja. Jangan menambah orang lagi, jika ada orang yang mencoba dekat dengan Rinda katakan saja kepada diriku,” sahut Rendy dengan sorot mata yang tajam.“Baiklah, jika bayarannya sesuai pasti aku akan melakukannya dengan sangat baik.”“Untuk itu kau tenang saja, aku tidak akan berbohong kepada dirimu. Jika belum aku transfer, kau bisa datang ke rumah ku,” balas Rendy. Rendy tersenyum miring, ia yakin jika dirinya yang berhasil mengambil hati Rinda. Tidak ada yang boleh memiliki Rinda selain dirinya, apapun akan ia lakukan untuk mengambil hati Rinda. Ia akan bersaing dengan Kang Arya dan yang lainnya, tentu saja bersaing dengan sehat. Entah mengapa ia hanya mau bersaing dengan mereka saja, ia tidak mau bersaing dengan laki-laki kampung sebelah yang dikabarkan memiliki semuanya. Jangan sampai dia yang jadi pasangan hidup Rinda. Perasaannya juga tidak enak, takutnya laki-laki itu tidak tulus mencintaimu Rinda dan malah membuat Rinda sakit hati.“Jika tidak ada yang kau bicarakan, aku pergi. Lain waktu jika butuh bantuan ku kau bisa langsung menghubungi diriku.” Rendy menganggukkan kepalanya, ia melihat orang itu yang sudah mulai pergi dari sini menyisakan dirinya sendiri. Ia melihat keadaan di sekitar sini, ia merasa ada seseorang yang mengawasi dirinya dari sana. Tapi ketika melihat ke belakang tidak ada apa-apa, seolah-olah sosok yang sedang mengawasi dirinya langsung hilang tanpa aba-aba. Ia jadi merinding, apalagi tidak ada tanda-tanda adanya seorangpun di sana selain dirinya. Terdengar juga seperti suara orang yang sedang mencangkul, tapi mana mungkin ada orang yang mencangkul di sini. Apalagi hari sudah mulai gelap, dengan segera ia naik ke atas motor dan melajukannya menjauh dari sini. Perasaannya semakin tidak enak, salahnya juga bertemu di jalan sepi seperti ini. Bahkan jalan ini jarang sekali dilewati oleh orang-orang, karena ini jalan buntu yang hanya bisa mengakses kebun saja. Apalagi ini menjelang magrib, pasti ia diingatkan untuk tidak keluar pada saat magrib seperti ini. Astaga, ada-ada saja masalah ini.Bab 6: Kilas Balik Pesantren Kilat Rendy memang sudah lama memiliki sifat yang hanya semaunya sendiri saat memiliki ambisi.Semua yang sedang terjadi pada para penjelajah berawal dari sebuah janji mereka saat masih sama-sama mondok di pesantren kilat milik Pak Ustadz Solihun. Saat itu mereka masih belum mengerti huruf Hijaiyah yang tak memiliki tanda baca atau istilahnya huruf pego.Mereka saat itu masih duduk di bangku Sekolah Dasar tingkat kelima. Rata-rata dari mereka adalah anak orang biasa yang tidak terlalu fasih dengan ilmu agama. Kecuali Kang Arya yang sedari kecil memang sudah dididik untuk menjadi Hafidzoh itu oleh keluarganya. Saat itu Rendy sempat tidak mampu membaca huruf gundul yang membuatnya iri saat Pak Ustadz memuji Kang Arya. Teringat jelas dimata Deny, Putra dan Ryan yang saat itu juga tak seberapa mampu tapi tidak memiliki rasa iri seperti dirinya. Wajah Abinya yang sedikit banyak berasal dari keturunan Arab memang sangat pantas untuk dijadikan ahli ilmu agama.
Bab 7: Menemukan Sesuatu Yang Berharga Rendy selalu saja memulai perseteruan setiap bersama-sama dalam satu tempat dengan sahabat-sahabatnya. Adanya persaingan yang ia rasa harus ia menangkan adalah sebab utamanya. Kendati demikian, ia sebenarnya memiliki kepribadian yang cukup rasional dalam berbagai hal. Bahkan ia lebih cocok berprofesi sebagai seorang pebisnis karena kemampuan tawar menawarnya yang lihai. Ia juga kerap mengatakan bahwa ialah yang paling kaya suatu saat nanti. Kembali pada kisah yang saat ini sedang mereka hadapi sebagai team Sang Penjelajah Malam. Kini mereka sudah memiliki banyak subscriber dan hanya tinggal beberapa ratus lagi maka jumlahnya akan mencapai jutaan. Pagi ini Kang Arya mengumpulkan semua sahabatnya itu ke rumahnya, seperti biasa. Sepertinya akan mengadakan penjelajahan lagi untuk mencari konten lagi. Semua harus datang setelah Ashar, dan sebelum itu mereka sudah harus menyelesaikan semua pekerjaan masing-masing. Waktu telah menunjukkan pukul tig
Bab 8: Penampakan Perempuan di Warung Selepas sholat Maghrib, merekapun beranjak untuk mencari makanan. Mengisi tenaga setelah terkuras karena seharian bekerja itu. Malam ini Putra yang paling sumringah karena ia memiliki nafsu makan paling besar diantara semuanya. Jelas saja karena dialah yang paling subur diantara rekan-rekan lainnya dan di hadapannya telah tersaji makanan yang membuatnya menelan saliva berkali-kali. Kang Arya sedari awal sudah menjadi leader team Penjelajah Malam merasa sangat bertanggung jawab dengan segala tindakan dan pengambilan keputusan yang mereka buat. Sampai masalah makanan juga tak lepas dari tanggungannya. Setelah sholat di masjid dekat rumah Kang Arya, merekapun makan malam bersama di warung pinggiran atau istilah dalam daerahnya disebut angkringan. Biasanya mereka mencari yang buka tengah malam karena banyak karyawan dan penghuni kos biasa mangkal. "Kita makan di warung penyetan Bu Surya," ajak Kang Arya pada keempat lainnya. Saat ini mereka mema
Bab 9: Penampakan di Tempat Kejadian Kecelakaan Tubuh Ryan sampai berkeringat dingin, wajahnyapun terlihat sedikit pucat. Hari ini tak ada yang menyangka akan ada kejadian naas si pemakai jalan yang menjadi korban tabrakan itu. Meskipun pelakunya saat ini sedang dibawa ke kantor polisi terdekat untuk diinterogasi lebih lanjut. Ryan yang sedang melihat hasil potretannya melihat kosong ke arah benda pipih itu. Dari situlah ketiga lainnya menanyakan apa yang ia lihat sampai ketakutan seperti itu. Deny yang pertama kali sampai melongok didekat Ryan. Ia masih belum paham apa yang membuat Ryan sebegitu kagetnya. Ia bahkan sampai mengeraskan suaranya tadi dan nyaris membuat kegaduhan. Putrapun tak kalah ingin tahu, sehingga tak lama iapun menyulut pertanyaan penyebab Ryan seperti itu. "Kamu ini melihat apa sih sampai panik seperti itu?" tanya Putra dimana kini mereka saling memperhatikan satu sama lain. Termasuk Kak Arya yang juga ingin jawaban dari Ryan. "Ak_u lihat ada penampakan hant
Bab 10: Tugas Pencarian Oleh Kang Arya Kang Arya merasa ada yang perlu ia selidiki, sehingga iapun berkeinginan untuk kembali ke rumah Rendy. Maka seperti meneladani etika masyarakat, iapun meminta ijin Pak Ndan seraya berucap kalimat pertanyaan, "Jadi Rendy pergi begitu selesai sholat Isya' Pak?""Benar, setelah itu dia pergi ke arah Timur." Begitu ucap Pak Ndan yang membuatnya seketika langsung buru-buru menta'dzim beliau."Terimakasih ya Pak, saya dan teman-teman mau berkabar. Sepertinya saya punya firasat kalau dia masih ada di kota ini." Kang Arya mengambil motornya setelah mengucapkan salam pada lelaki paruh baya itu. Namun saat ia hendak memutar arah kemudinya, ada perempuan yang menyapanya dan berjalan kearahnya."Loh, Mas Arya kan?" Sapa satu suara yang ternyata milik Putri. Rupanya ia baru saja selesai mengajar di Masjid."Loh, ini kan temannya Rendy?" salam Kang Arya yang telah sejak lama mengetahui satu cerita di masa lalu Rendy. Waktu yang berlalu sangat cepat, membua
Bab 11: Bertemu Dengan Korban Kecelakaan Rendy mendatangi rumah sakit karena merasa mengenal penabraknya adalah orang yang ia bayar untuk mencari tahu siapa saja kompetitornya dalam memperebutkan hati sang pujaan hati bernama Rinda. Kang Arya memang sangat peka dengan apapun yang rekan satu teamnya itu perbuat. Karena dari masih kecil mereka selalu saja bersama-sama kan. Rendy datang, tapi ia menuju ke Masjid dan menemui Putri. Disana iapun mulai terbuka dan menceritakan sebagian besar kejadian pada waktu itu. Kang Arya tak segera mengejar Rendy, tapi ia malah menuju ke sebuah panti sosial. Kang Arya sedang ikhtiar untuk memperbanyak sedekah. Ia merasa segala yang terjadi pada rekan-rekannya tak lepas dari tulah yang mungkin saja mereka harus bersihkan dengan ibadah. Baginya sedekah adalah salah satu upaya untuk membayar tulah buruk yang ikut bersama mereka. Disana Kang Arya melihat satu sosok yang tak mungkin ia acuhkan. Karena ia adalah Rinda, sang pujaan hatinya. Rinda saat i
Bab 12: Kejadian Aneh Semalam Kang Aryapun memberi kabar pada ketiga lainnya karena semakin lama mereka merasakan ketakutan. Begitu beragam cerita mistis yang nampaknya bukan hanya dialami oleh Rendy dan Ryan, pun juga oleh Putra dan Deny. Siang itu mereka yang mendengar kabar terbaru dari Rendy berinisiatif untuk bersama-sama mencari Kang Arya. Kang Aryapun mengumpulkan mereka di Masjid. Kepada Kang Arya mereka berdua mengungkapkan kalau semalam mereka mengalami sleep paralysis atau istilah awamnya ketindihan. Sebuah kejadian yang biasanya dialami jika melakukan hal-hal yang mengundang datangnya gangguan dari mereka yang telah berbeda alam. Meskipun secara medis hal itu tak berkaitan langsung dengan hal-hal mistis. Awal mulanya Ryan melihat sosok dalam kamera ponselnya, dan di malam yang sama Ryan mimpi tentang lebih banyak lagi makhluk yang serupa dengan sosok yang sempat ia ambil fotonya saat terjadi kecelakaan itu. "Semalam apakah kalian bermimpi yang aneh-aneh?" tanya Kang
Bab 13: Perbedaan Pendapat Yang Tak Kunjung Usai Kang Arya mengeryitkan dahinya sambil menepuk-nepuk pundak Rendy sambil berujar, "Kamu ini belum paham atau bagaiamana sih sebenarnya. Tadi kan sudah kau dengar sendiri Pak Ndan bilang apa? atau ada sesuatu yang kau simpan?!" Kang Arya melihat ada satu hal yang Rendy tengah sembunyikan dan tampaknya sangat penting baginya. "Ayo, ngomong saja jangan kamu rahasiakan pada kami. Kenapa kamu jadi tidak memperhatikan bahasan kita tadi?" sambung Ryan membela Kang Arya. "Sumpah demi Alloh, aku nggak ada rahasia sama kalian. Okey, aku salah tapi ini murni untuk kebaikan kalian juga." Begitu Rendy beralasan sambil mengisyaratkan agar semuanya menghentikan interogasi itu, dengan kedua telapak tangannya yang ia ayunkan. Rendy yang seenaknya mengatakan hal itu, seperti tidak akan ada masalah saja. Padahal ia juga telah mendapatkan penglihatan yang membuat dirinya ketakutan sampai pingsan di rumah sakit. Putri yang juga hendak menuju ke rumah R