Share

TAK MASUK AKAL

Author: Miss Dee
last update Last Updated: 2023-03-02 08:54:45

Bab 5: Pembahasan Tragedi Di Tengah Hutan Gunung Lawu

Kang Arya dan yang lainnya berkumpul di rumah Kang Arya untuk membicarakan tantangan apa saja yang harus dihadapi agar bisa mendapatkan hati Rinda. Mereka semua tidak bekerja untuk membicarakan masalah ini, karena menurut mereka ini sangat penting. Menyangkut masa depan diri mereka sendiri.

Kang Arya menceritakan apa saja yang dilihat oleh fansnya, ketika ia melakukan siaran langsung. Rendy dan yang lainnya bergidik ngeri mendengar cerita dari Kang Arya. Banyak yang tidak masuk akal, tapi kejadian itu benar-benar mereka alami. Tidak hanya itu saja, sosok tak kasat mata hadir dan bisa mereka lihat dengan mata telanjang.

“Di komen, ada yang bilang kita diikuti oleh orang berbaju hitam sampai ke tempat pasar ghaib itu. Bahkan live kita di screenshot waktu sosok itu menampakkan diri,” ucap Kang Arya.

“Berbaju hitam? Pakai capil enggak?” tanya Rendy.

“Pakai sih, janggutnya katanya panjang banget. Juga ada suara anak kecil lari-larian, aku tidak berani membuka rekaman suara yang fans kirim lewat email. Apalagi banyak yang bilang jika suaranya jelas banget,” ucap Kang Arya.

“Untung saja kita udah pulang, bayangkan saja jika baca komen waktu di tengah hutan. Malam, belum lagi penuh kabut. Aku yakin kita enggak berani pulang,” ucap Putra.

“Lihat kau hampir pingsan saja udah buat kita panik, mana sempat baca komen live,” sahut Ryan.

“Benar banget, kita juga enggak bisa pantau live untung saja komennya bisa dilihat sekarang,” sahut Kang Arya.

Banyak fans yang mengatakan jika prjalanan ke Hutan Gunung Lawu mereka diikuti oleh sesok berjubah hitam dengan menggunakan capil. Jenggotnya panjang, untuk saja sosok itu tidak mereka lihat. Bayangkan saja jika mereka melihat, pasti mereka tidak akan berani pulang. Untung saja mereka tidak melihatnya, jadi aman sampai di sini.

Ada juga yang mengatakan ada anak kecil lari-larian dan mengejek mereka, rata-rata penonton live kang Arya memiliki kemampuan khusus dalam melihat makhluk tak kasat mata. Jadi komen seperti ini sudah biasa Kang Arya dapatkan. Tidak ada yang kaget jika di Gunung Lawu banyak hal mistis, karena bukan hanya 1 atau 2 orang yang mengalaminya.

Semua orang percaya jika banyak hal misteri yang belum terungkap, apalagi di Gunung Lawu yang cukup terkenal di telinga para pendaki. Apalagi Gunung Lawu ini menyimpan banyak hal mistis, kuatkan saja iman dan ketaqwaan kepada Allah. Kang Arya bukan tipe orang penakut, tapi jika melihat sosoknya secara langsung ia juga akan ketakutan.

“Mau mendaki lagi bersama?” tanya Deny.

“Jangan dulu deh, masih trauma ini,” sahut Putra. Karena dia juga trauma hampir dibawa perempuan cantik di Gunung Lawu.

“Makanya jangan melamun di Gunung, pikiran juga enggak boleh kosong. Untung saja kau sama kita, bayangkan jika kau sendirian. Pasti kau akan hilang,” celetuk Deny.

“Sudahlah, jangan main salah-salahan, itu semua terjadi untuk melatih kesolidaritasan kita. Lagian kita juga dapat banyak pengalaman dari kejadian itu,” balas Kang Arya.

“Denger-denger ada dari kampung sebelah ada orang yang berusaha deketin Rinda,” ujar Rendy.

“Wahh, enggak bisa dibiarin ini. Jangan sampai saingan kita makin banyak,” sahut mereka secara bergantian.

“Kita selidiki saja siapa dia,” ucap Kang Arya.

“Tapi denger-denger dia dekat sama Pak Ustadz, bisa deket karena bangun bisnis sama Pak Ustadz,” imbuh Rendy.

Mereka semua terdiam selama beberapa saat, saingan mereka bertambah. Yang lebih mengejutkannya lagi adalah laki-laki yang dekat dengan Pak Ustadz. Pasti dia bisa bertamu ke rumah Pak Ustadz dengan alasan bisnis. Memikirkan ini membuat mereka sedikit merasa tersaingi. Apalagi mereka tidak memiliki alasan untuk bertamu ke rumah Pak Ustadz.

Jangankan bertamu, bertemu di tempat umum saja mereka harus memikirkan pertanyaan apa saja yang akan dilontarkan kepada Rinda. Memperjuangkan Rinda tidak semudah yang dikira, banyak sekali yang harus dipelajari. Termasuk keimanan, bisa saja keimanan Rinda jauh di atas mereka.

Sore harinya Rendy bertemu dengan seseorang di ujung jalan desa yang tidak ada rumah warga. Hanya ada kebun-kebun warga saja, karena sudah sore hari, para petani sudah pergi. Jadi di sini hanya ada Rendy sendiri dan satu orang berbadan besar, tenang saja. Dia benar-benar manusia pada umumnya.

“Cari tahu laki-laki di kampung sebelah yang sudah berani dekat dengan Rinda, untuk bayarannya akan ku tranfer ke rekening mu,” ujar Rendy.

“Tapi bukankah kau berteman dengan orang yang juga ingin berjuang untuk Rinda? Tapi mengapa kau tidak menyingkirkan mereka saja?”

“Kau tidak perlu tahu, aku hanya mau bersaing dengan mereka saja. Jangan menambah orang lagi, jika ada orang yang mencoba dekat dengan Rinda katakan saja kepada diriku,” sahut Rendy dengan sorot mata yang tajam.

“Baiklah, jika bayarannya sesuai pasti aku akan melakukannya dengan sangat baik.”

“Untuk itu kau tenang saja, aku tidak akan berbohong kepada dirimu. Jika belum aku transfer, kau bisa datang ke rumah ku,” balas Rendy.

Rendy tersenyum miring, ia yakin jika dirinya yang berhasil mengambil hati Rinda. Tidak ada yang boleh memiliki Rinda selain dirinya, apapun akan ia lakukan untuk mengambil hati Rinda. Ia akan bersaing dengan Kang Arya dan yang lainnya, tentu saja bersaing dengan sehat.

Entah mengapa ia hanya mau bersaing dengan mereka saja, ia tidak mau bersaing dengan laki-laki kampung sebelah yang dikabarkan memiliki semuanya. Jangan sampai dia yang jadi pasangan hidup Rinda. Perasaannya juga tidak enak, takutnya laki-laki itu tidak tulus mencintaimu Rinda dan malah membuat Rinda sakit hati.

“Jika tidak ada yang kau bicarakan, aku pergi. Lain waktu jika butuh bantuan ku kau bisa langsung menghubungi diriku.”

Rendy menganggukkan kepalanya, ia melihat orang itu yang sudah mulai pergi dari sini menyisakan dirinya sendiri. Ia melihat keadaan di sekitar sini, ia merasa ada seseorang yang mengawasi dirinya dari sana. Tapi ketika melihat ke belakang tidak ada apa-apa, seolah-olah sosok yang sedang mengawasi dirinya langsung hilang tanpa aba-aba.

Ia jadi merinding, apalagi tidak ada tanda-tanda adanya seorangpun di sana selain dirinya. Terdengar juga seperti suara orang yang sedang mencangkul, tapi mana mungkin ada orang yang mencangkul di sini. Apalagi hari sudah mulai gelap, dengan segera ia naik ke atas motor dan melajukannya menjauh dari sini.

Perasaannya semakin tidak enak, salahnya juga bertemu di jalan sepi seperti ini. Bahkan jalan ini jarang sekali dilewati oleh orang-orang, karena ini jalan buntu yang hanya bisa mengakses kebun saja. Apalagi ini menjelang magrib, pasti ia diingatkan untuk tidak keluar pada saat magrib seperti ini. Astaga, ada-ada saja masalah ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Penjelajah Malam   AMALAN PEMUTUS KARMA BURUK

    Bab 81: Sejauh Manapun Melangkah, Tetap Rindu Rumah Kang Arya, Pak Misdi, dan Adhya saling berpandangan. Tapi kemudian ada yang menyeletuk, "Ya tentu saja bukan Pak Misdi, atau aku!" kelakar Adhya yang selayang pandang mengedarkan ke arah Kang Arya yang tak sadar bahwa ia sedang disindir. "Memang saat ini, melalui berbagai perdebatan panjang itulah, kita juga berharap secepatnya ada yang menyelamatkan nasib teman-teman kita. Meskipun ini semua masih rahasia Illahi." Kang Arya menimpali dengan arah perbincangan bersiap untuk turun. Yang lain spontan ikut bereaksi. Ada yang membetulkan rambut, tas, dan atribut masing-masing sebelum melanjutkan perjalanan yang tak singkat itu. Menebas kotoran di celana dan membetulkan posisi barang bawaan. "Sambil jalan baca-baca, jangan kosong!" Pak Misdi kembali mengingatkan semua anggota team yang menurutnya sedikit lengah karena kondisi fisik dan juga merasa telah menyelesaikan ujian akhir petualangannya. Semuanya tetap diharapkan waspada wal

  • Sang Penjelajah Malam   MENEMUKAN JATI DIRI YANG HILANG

    Bab 80: Akhir Sebuah Keputus-asaan Semuanya kini dihadapkan pada satu keadaan yang sulit, dimana segalanya pasti akan berakhir, seperti saat pertama kali memulai. Segala perwujudan kuasa Sang Khalik yang memaknai perjalanan itu, dimana tak ada detik waktu terbuang percuma untuk menemukan kesejatian diri yang pada awalnya terabaikan. Serupa manusia yang lalai meski juga banyak yang sadar siapa dirinya saat segala rintangan menghadang. Meski waktu yang mereka lalui masih sangat singkat. Perjalanan kali ini semestinya menyadarkan semuanya bahwa mereka berpacu dengan tambahan dinginnya angin di ketinggian ratusan meter diatas laut. Diantara rindang dan desau hembusan angin yang perlahan memasuki kerongkongan mereka setelah sebegitu beratnya digunakan untuk bernafas. Para pendaki Gunung Lawu malam ini sudah sampai ke tempat yang mereka tuju. Dinginnya angin meresap ke dalam pori-pori. Bulan yang tadinya bersinar terang, kini mulai meredup. Suasana temaram yang sangat kental terasa o

  • Sang Penjelajah Malam   HUTANG LELUHUR YANG BELUM TUNTAS

    Bab 79: Kedatangan Sesepuh Ke Lokasi Pendakian"Kata sesepuh lebih baik kita duduk saja. Jangan berbuat apa-apa selain kita bacakan do'a. Biarkan saja si Cahyo begitu, atau kita ikat saja biar tidak lepas!" kata Adhya pada Agung. Mereka membuat satu keputusan ditengah kegentingan situasi itu. Sesepuh mereka yang memberikan saran seperti itu sebelumnya.Tak banyak bicara, Edi segera mengambil tali yang ia bawa dalam backpacknya. "Diikat dimana memangnya? Jangan bikin masalah lagi pokoknya, nanti bisa-bisa kita semua disini yang kena resikonya!" keluhnya meski tetap akan ia lakukan saja apapun yang bisa ia lakukan."Santai saja lah, yang penting Cahyo tidak lepas. Kan kita jadi capek kalau memegangi dia terus menerus!" balas Adhya.Mereka langsung membawa Cahyo dengan sedikit kesulitan lalu mengikat tangannya kebelakang badannya agar tidak banyak memberikan perlawanan yang pastinya membuat semuanya harus kerja keras lagi nantinya.Cahyo masih dalam kondisi tak sadar, seperti pada fase d

  • Sang Penjelajah Malam   KEMUNCULAN JIN BERWUJUD ULAR

    Bab 78: Kerasukan Saat Pencarian Tondo dan WildanSaat ini, Kang Arya sesekali melihat Ki Sapta Aji tepat di sampingnya. Betapa kehadiran Ki Sapta Aji sangat penting perannya, membuat perjalanan mereka tak lagi begitu melelahkan. Tenaga yang ia habiskan takkan percuma lagi.Kehadirannya seakan menambah energi baru, layaknya sinar matahari yang datang setelah hujan badai dan petir.Impas membayar segala komitmen dan kerja keras yang telah maksimal mereka kerahkan, bahkan sampai berkorban segalanya.Team SAR kedua akan datang dari arah Selatan, sedangkan team SAR pertama berhasil menemukan jejak kaki ketiganya yang terlihat sangat jelas seperti baru saja dilalui oleh pendaki.Agung selaku ketua, mendapati jejak di atas tanah. Ia menyalakan senternya lalu berkata, "Tunggu, apa kita harus mengikuti arah jejak ini?"Beberapa dari anggotanya spontan ikut melihat, dan tampaknya mereka juga memikirkan hal yang sama."Itu tandanya kita selangkah lebih dekat untuk menemukan mereka, ayo berpencar

  • Sang Penjelajah Malam   SEMUA RENCANA BERUBAH BENCANA

    Bab 77: Bertemu Dengan Ki Sapta AjiKang Arya kembali menjelaskan, khawatir mereka tidak paham saat melewatinya. Seperti saat mereka mengacaukan pertemuannya dengan Eyang Prabu. Meskipun itu bukan disengaja, tapi setidaknya kali ini sudah bisa diantisipasi. Wujud yang tak tampak pastilah sangat menyulitkan mereka yang tak peka. Seperti menuntun orang buta, meski kenyataannya kondisi mereka malah senormalnya manusia."Gerbang itu hanya berjarak satu meter saja, tapi wujudnya sebenarnya sangat luas. Jadi pas nanti ada dua batuan besar, disitu tempatnya. Tapi kita harus melewatinya dengan mata tertutup. Dan jangan lupa, baca do'a dalam hati!" perintah Kang Arya. Ia mencoba membuat dua rekannya patuh padanya dengan sedikit memprovokasi dengan menutup mata."Terus, kalau kita mengintip saja boleh nggak?" protes Tondo yang selalu antusias menginterupsi. "Kalau merem, takut salah masuk," lanjutnya tanpa menoleh lagi. Ia ingin mengambil peran selama perjalanan itu."Kita berbaris, aku yang di

  • Sang Penjelajah Malam   MEMASUKI GERBANG SELATAN

    Bab 76: Mengungkap Wujud Asli Eyang PrabuTentu saja, Kang Arya mengambil langkah panjang seperti setengah berlari. Meninggalkan mereka yang saling terpaku dan berpandangan. Tondo memberi isyarat pada Wildan sembari mengedikkan bahu dengan perasaan bercampur aduk antara mengikutinya atau tidak.Dalam pikiran Tondo saat ini, ia merasa Kang Arya sangat bersikeras dan tidak main-main. Semua itu karena waktunya semakin mendesak untuk terlalu berbicara bertele-tele dan harus mengambil keputusan itu secepatnya.Hal yang juga ada dalam benak Wildan, sesuatu terasa berbeda ia rasakan sebelumnya dari seorang leader itu. Semangat Kang Arya yang tadinya tampak meredup, telah kembali. Sudah sepatutnya ia senang, meski dibaliknya ada rasa takut yang sedikit banyak mendera pikirannya.Takut jika suatu saat Kang Arya berubah lebih jahat ketika kembali terbentur kekecewaan saat yang datang ternyata hanya sebuah kegagalan untuk kesekian kali.Tondo mengedipkan matanya, membuat isyarat pada Wildan, dan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status