Share

CHALLENGE TERAKHIR

Bab 4: Challenge Yang Gagal

Karena Challenge kemarin gagal, mereka kembali ke rumah masing-masing. Termasuk juga Kang Arya, banyak sekali pengalaman mistis di hutan itu. Tentunya juga banyak pelajaran yang mereka dapat, salah satunya selalu ingat kepada Allah dan bersikap sopan terhadap tempat-tempat yang baru saja didatangi untuk pertama kalinya.

Sore hari ini Kang Arya berada di masjid, dengan tujuan utama melihat anak pak Ustadz yang sedang mengajar ngaji. Parasnya begitu menawan dengan suara yang indah, menjadikannya candu untuk di dengar. Ia pikir hanya ada dirinya sendiri di sini, ternyata Deny dan Rendy turut menyusul. Tentu saja ia kesal, sebab fokus pandangan dari Rinda bukan ke arahnya saja.

Mau mangusir pun tidak bisa, pasti Rinda berpikiran buruk tentang dirinya. Apalagi ia harus menjaga image di depan Rinda. Intinya Rinda hanya tahu dirinya yang baik, bukan yang buruk. Mau tak mau ia membiarkan Deny dan Rendy berada di sini, meski tatapan mereka sama-sama menyorot ke arah Rinda.

“Challenge, kemarin tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah. Kita bisa bersaing secara sehat untuk memperebutkan Rinda,” celetuk Rendy.

“Jika kalian tidak kabur, mungkin aku akan meninggalkan kalian di tengah hutan saja,” sahut Kang Arya.

Kang Arya masih ingat jika mereka kabur setelah kamera untuk livenya hancur. Ia sangat kesal dengan mereka, tapi mau bagaimana lagi. Semua itu sudah terjadi, tidak ada yang bisa dikembalikan. Alhasil biarkan saja kamera itu rusak, yang penting ia dan mereka selamat sampai bisa memandangi Rinda lagi di sini.

“Jika Pak Ustadz tahu kita lihat-lihat anaknya, pasti kepala kita diketok pakai tongkatnya,” ucap Deny yang langsung mendapatkan anggukan setuju dari mereka.

“Yaiyalah, Rinda anaknya Pak Ustadz. Dia cantik, pasti takut kita macam-macam. Tapi kalau sama aku sih pasti Pak Ustadz langsung mengizinkannya, secara aku orang yang baik. Mana mungkin Rinda menolak laki-laki seperti ku,” sahut Rendy menyombongkan diri.

“Jangan sombong, saingan mu bukan hanya 1 orang. Tapi 4 orang, termasuk kita,” sahut Kang Arya.

“Benar tuh, enggak boleh menyombongkan diri sendiri. Jatuh sejatuh-jatuhnya baru tau rasa, sombong kok sama kita,” timpal Deny.

Anak-anak yang belajar ngaji dengan Rinda satu persatu mulai pergi, dengan kompak mereka menyalami Rinda. Senyum Rinda begitu manis, Kang Arya sampai-sampai tidak berkedip begitu melihatnya. Setelah memastikan anak-anak sudah pergi, mereka pun berjalan menghampiri Rinda. Mereka terlebih dahulu merapikan baju agar terlihat sempurna di mata Rinda.

Walaupun kesempurnaan hanya milik Allah, sekarang mereka sudah berada di depan Rinda. Rinda sedikit menghindari pandangan mereka agar tidak terlalu banyak berdosa. Sementara Kang Arya mengeluarkan senyum manisnya agar Rinda tidak lupa dengan wajahnya. Sampai di sini mereka bingung mau berkata apa.

“Ada apa yang Kang?” tanya Rinda menatap satu persatu dari ke 3 orang itu.

“Sebenarnya kita di sini mau tanya-tanya saja kepada kamu,” jawaban spontan yang diberikan oleh Kang Arya dan langsung mendapatkan anggukan dari semua orang.

“Tanya tentang apa?” tanya Rinda dengan alis berkerut.

Kang Arya mengkode kepada Deny dan Rendy untuk memberikan jawaban, tapi mereka tetap saja diam. Hal itu membuat Kang Arya jengkel, mereka hanya mau nikmatnya saja dalam memandangi Rinda. Mereka tak mau menjawab pertanyaan Rinda karena bingung, ia pun juga sama-sama tidak tahu harus menjawab apa.

“Ehm,” sahut suara keras dari belakang yang sontak mengagetkan mereka semua. Bahkan sampai ada yang tak sengaja latah.

Mendengar deheman yang lebih mirip gertakan itu, merekapun menoleh ke belakang dan terkejut ketika mendapati Pak Ustadz sudah di belakang mereka. Apalagi sekarang Pak Ustadz merangkul Kang Arya dan Rendy. Jadi posisinya Pak Ustadz berada di tengah-tengah mereka. Dalam hati Rendy dan Deny menggerutu akibat kedatangan Pak Ustadz, pasti Pak Ustadz tidak akan mengizinkan mereka memandang Rinda dalam waktu yang lama.

“Kalian kenapa ada di sini? Rinda, kenapa tidak pulang, nak? Bukankah jam mengajar ngaji sudah habis?” tanya Pak Ustadz kepada Rinda.

“Iya Abi, tapi Kang Arya datang. Katanya mau tanya-tanya sama Rinda,” jelas Rinda.

“Tanya apa?” tanya Pak Ustadz.

Rinda menggelengkan kepalanya. “Rinda juga enggak tahu, tadi Rinda tanya. Tapi Abi keburu datang,” jawabnya.

“Apa yang kalian tanyakan kepada putriku?” tanya Pak Ustadz sembari melihat ke arah Kang Arya, Deny dan Rendy. Jangan lupakan tatapannya yang tajam.

“Enggak Pak Ustadz, kita cuma mau tanya jam berapa Rinda selesai ngajar ngaji. Iya kan?” tanya Kang Arya. Lalu dirinya mengkode kepada Deny dan Rendy untuk menjawabnya.

“Benar itu Pak Ustadz, kita di sini untuk menanyakan itu aja. Pak Ustadz tidak perlu berburuk sangka kepada kita,” ucap Deny.

“Yaudah. Rinda, kamu pulang. Istirahat, jika ada yang menemui kamu apalagi laki-laki yang tidak ada urusan jangan ditanggapi,” ujar Pak Ustadz sembari melirik ke arah Kang Arya, Rendy, dan Deny.

“Iya Abi, akang-akang, Rinda pergi dulu ya. Biar akang-akang sama Abi aja, kalau Rinda ada di sini enggak mukhrim,” ujar Rinda dengan nada tak enak hati.

Dengan terpaksa Kang Arya dan yang lainnya mengangguk setuju dan membiarkan Rinda pergi dari sini. Belum juga satu jam mereka ngobrol dengan Rinda, tapi Pak Ustadz datang.

“Mau apa kalian?” tanya Pak Ustadz ketika melihat Rendy yang sepertinya menyusul Rinda. Bukan hanya Rendy saja, tapi Deny juga.

“Eh, enggak kok Pak Ustadz.” Rendy tertawa sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Sini, ngobrol sama saya. Apa yang kalian tanyakan tentang putri saya, saya akan menjawabnya,” ujar Pak Ustadz lalu menggiring Kang Arya dan yang lainnya untuk berjalan masuk ke dalam masjid.

Astaga, jika sudah seperti ini mereka tidak bisa menolaknya. Apalagi ini permintaan Pak Ustadz, untuk calon mertua akan mereka lakukan. Walaupun harus kena semprotan manja dari Pak Ustadz.

Rinda merupakan perempuan yang baik, dia mengajar ngaji anak-anak di kampung dengan ikhlas. Tidak hanya itu saja, Rinda kerap kali melakukan kegiatan positif untuk mengisi waktu luangnya. Rinda tidak pernah absen sholat 5 waktu jika tidak berhalangan, Rinda itu impian banyak orang.

Baik hati, rendah diri, suka menolong, anak Pak Ustadz lagi. Bagaimana tidak sempurna, bahkan Rinda hidup penuh kesederhanaan. Entah bagaimana bisa memiliki Rinda, laki-laki seperti apa yang pantas disandingkan dengan orang sebaik Rinda. Mereka berlima sepakat untuk bersaing secara sehat. Salah satunya challenge kemarin yang gagal. Itu salah satu cara menunjukkan ketulusan mereka untuk Rinda.

Walaupun mereka tahu bisa saja bukan mereka yang menjadi pendamping hidup Rinda, tapi orang lain. Bisa juga salah satu dari mereka yang mendapatkan hati Rinda. Apapun resikonya pasti akan mereka jalani, siapa yang mampu bertahan dan mengambil hati Rinda. Dialah yang menang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status