Share

Bab 5 Sambutan Yang Menegangkan

Dengan tergesa-gesa Pria tua itu beranjak dan membukakan pintu gerbang, aku menoleh pada Mas Bayu dan berkata, “Itu Pak Halim kan Mas?” tanyaku.

Mas Bayu hanya mengangguk, tanpa sepatah kata atau pun menoleh padaku, pandangannya lurus ke depan memperhatikan Pak Halim yang sedang membuka pintu gerbang.

Mas Bayu pun mulai menjalankan mobil melewati pintu gerbang memasuki halaman rumah.

“Mas masih marah?” tanyaku lagi.

Mas Bayu menoleh padaku sambil menautkan kedua alis matanya.

“Sama siapa?” jawabnya balik bertanya.

“Sama aku, karena aku selalu mengeluh,” jawabku sambil menundukan kepala.

“Aku juga lelah Sarah sama seperti kamu, aku ingin segera beristirahat.”

Aku jadi makin merasa bersalah mendengar perkataan Mas Bayu, dari tadi aku yang hanya duduk diam selalu mengeluh cape lah, kesal lah, kenapa belum sampai, kejauhan, badan pegal-pegal padahal Mas Bayu yang dari tadi hampir dua belas jam di perjalanan dengan menyetir mobil lebih lelah dariku, tapi dia tidak bisa mengeluh.

“Nanti Sarah pijitin di kamar yah Mas,” bujukku mencoba untuk menghiburnya.

“Gak usah Sarah, kamu juga capek harus istirahat,” balas Mas Bayu dengan sikap dingin.

Aku tak tahu apa yang harus aku katakan, sepertinya suasana hati Mas Bayu sedang tidak baik-baik saja sekarang, kesal dan cape mungkin sebaiknya aku diam daripada memperburuk suasana hatinya.

Mas Bayu menghentikan mobilnya tepat di depan rumah, aku menoleh ke arah jendela mobil untuk melihat keadaan rumah dari balik jendela. Rumah ini benar-benar besar seperti sebuah istana di tengah-tengah perkebunan ada rumah yang semegah ini.

Pak Halim membuka kan pintu mobil untukku, sedangkan Mas Bayu sudah keluar dari mobil dan beranjak pergi menghampiri pintu rumah yang besar dan berwarna emas itu.

Aku pun keluar dari mobil lalu mengucapkan terima kasih pada Pak Halim karena telah membuka kan pintu mobil, Pak Halim hanya mengangguk dan pergi ke belakang mobil untuk mengeluarkan barang-barang kami.

Aku beranjak melangkah kan kakiku menuju pintu rumah yang sudah dibuka oleh Mas Bayu, ketika tiba di ambang pintu aku merasa rumah ini tidak asing lagi, aku merasa pernah datang ke rumah ini, tapi kapan?

Setelah tertegun beberapa saat untuk mengingat-ingat apa benar rumah ini pernah ku kunjungi sebelum nya? Aku menoleh pada Mas Bayu yang sedang berbicara dengan seorang wanita tua, penampilannya sangat rapi seperti wanita jawa jaman dulu, dengan rambutnya yang disanggul memakai kebaya dan kain batik.

Padahal ini kan sudah tengah malam, kenapa penampilannya begitu rapih, apa dia tidur dengan berpakaian dan rambut rapi seperti itu?.

Wanita itu menoleh padaku dengan tatapan tajam, aku tersenyum dan mengangguk namun wanita itu tanpa ekspresi dan tanpa membalas senyumku, lalu kembali menoleh pada Mas Bayu.

Aneh apa kedua suami istri ini tidak bisa tersenyum pikirku, padahal aku kan istri dari tuan mereka seharusnya mereka menyambutku dengan ramah.

Aku mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, rumah yang benar-benar megah seperti sebuah istana, furniture di dalam rumah ini pun semuanya antik pasti sangat mahal harganya, karena bisa aku pastikan sudah tidak ada lagi di pasaran.

Tentu saja semua barang ini peninggalan kedua orang tua Mas bayu, pasti mereka pun membeli furniture ini di Mebel barang antik, tapi semuanya begitu berkilauan sepertinya Mbok Dasmi asisten rumah tangga ini mengurus rumah dengan baik.

Ada sebuah tangga berwarna emas yang tinggi dan berkelok dari ruang utama menuju ke lantai dua, mungkin ada beberapa ruangan atau kamar di lantai dua itu. Sekali lagi aku tertegun, seperti nya aku pernah melihat tangga itu sebelum nya.

Namun ketika aku sedang tertegun, tiba-tiba kudengar ada suara tapak kaki yang berlari dari lantai atas itu dan seorang gadis yang sedang menangis, aku menautkan kedua alis mataku bukankah tidak ada penghuni lain di rumah ini hanya Mbok Dasmi dan pak Halim.

Mendadak terlihat gadis itu kembali berlari sambil menangis--seolah dikejar sesuatu.

“Mas siapa itu yang menangis?” tanyaku akhirnya pada Mas Bayu sambil menunjuk ke arah tangga.

Mas Bayu sontak mengerutkan keningnya seperti kebingungan.

(Bersambung)

Comments (8)
goodnovel comment avatar
Nur Wenda
wah, Mada ada hantu?
goodnovel comment avatar
MAF_0808
gadis kecil itu hantu kah?
goodnovel comment avatar
MAF_0808
gadis kecil itu hantu kah?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status