Masih dengan menggunakan handuk karena baru saja selesai mandi, aku menghampiri pintu kamar untuk memastikan apa benar ada orang yang mengetuk pintu kamar? Tapi aku tidak mungkin salah dengar, bahkan aku mendengar sampai tiga kali ketukan di pintu itu, tapi kenapa sekarang hening seperti tidak ada siapapun di balik pintu itu.“Siapa?!” tanyaku lagi untuk yang kedua kalinya.“Tok…, tok…, tok….” Bunyi ketukan di pintu membalas pertanyaanku, kenapa orang di balik pintu itu tidak membalas dengan menyebutkan nama jadi aku tidak ragu untuk membuka pintu kamar.Aku menarik nafas dan menghempaskannya kasar, sambil menggelengkan kepala.“Sialan nih orang, apa susahnya sih ngomong bukannya cuman ketuk pintu,” gerutuku.“Atau mungkin yang mengetuk pintu bukan manusia?” tanyaku dalam hati membatin.Setelah apa yang ku alami di rumah ini, wajar saja pikiranku memikirkan kemungkinan yang mengetuk pintu kamarku itu bukan manusia tapi makhluk gaib di rumah ini.Entah itu makhluk gaib yang menempati ka
"Kemana mereka? Kenapa mereka belum menemuiku juga setelah empat hari yang lalu aku menikah? Apa mereka benar-benar marah dan tak akan pernah kembali mendampingiku lagi, karena tidak mendengarkan saran mereka untuk menolak perjodohanku dengan Mas Bayu, suamiku ini?” tanyaku dalam hati. Aku menoleh pada Mas Bayu yang sedang duduk di sebelahku mengendarai mobil, yang akan membawa kami ke Desa dimana rumah keluarga Mas Bayu berada.Mas Bayu yang sedang menyetir mobil sepertinya menyadari aku sedang menoleh padanya, dengan kecemasan yang aku rasakan pun sepertinya Mas Bayu merasakannya, Mas Bayu lalu bertanya, “Kenapa sayang? Apa yang sedang kamu cemaskan?” tanya Mas Bayu sambil tersenyum.Aku hanya menggelengkan kepala dan membalas senyumannya, meyakinkan pada Mas Bayu bahwa aku baik-baik saja. Karena tidak mungkin aku mengatakan pada Mas Bayu apa yang sedang aku pikirkan, sedangkan kecemasan yang tidak dapat aku sembunyikan ini adalah, tentang kedua makhluk tak kasat mata yang mendampi
“Mau dikenalin gak?” tanya Mamah dengan nada menggoda.Aku hanya menganggukan kepala perlahan, jujur saja ada rasa malu ketika mengiyakan tawaran Mamah untuk di kenalkan dengan lelaki yang telah membuat aku merasakan jatuh cinta pertama kali nya pada pandangan pertama.Namun gejolak rasa ini mengalahkan rasa malu, yang seharusnya tetap terjaga sebagai perhiasan seorang wanita. Mamah meraih tanganku dan menuntun tubuh ini yang terasa lemas dengan jantung yang berdetak cepat dan keringat dingin mulai membasahi tubuhku, kami melangkah kan kaki berjalan menghampiri Mas Bayu yang kini sedang beranjak berdiri dari duduknya dan tersenyum, lalu mengulurkan tangan mengajak berkenalan.“Perkenalkan nama saya Bayu Anggara,” ucap Mas Bayu, menyebutkan nama sambil menyodorkan telapak tangan untuk kujabat. Aku hanya bisa tertegun memandangi ketampanannya, sampai Mamah harus menyadarkanku lagi dengan menyikut lengan dan ketika menoleh, Mamah memberi isyarat agar aku menyambut uluran tangan Mas Bay
Mas Bayu tidak pernah mengatakan penyebab kecelakaan yang terjadi di rumahnya itu, mungkin nanti ketika kami sampai di rumah orang tuanya yang sedang kami tuju sekarang, Mas Bayu akan menjelaskan penyebab kematian ketiga anggota keluarga yang disayanginya itu.Bila tidak, aku akan menanyakan pada asisten rumah tangga yang mengurus rumah itu. Mas Bayu pernah bilang ada dua orang asisten rumah tangga yang tinggal di rumah orang tuanya.Mbok Dasmi dan Pak Halim, mereka berdua adalah sepasang suami istri yang sudah tinggal bersama keluarga Mas Bayu dari semenjak Mas Bayu masih kecil, malah Mas Bayu bilang mungkin dari sebelum dia lahir mereka berdua, Mbok Dasmi dan Pak Halim sudah tinggal di rumahnya.Sepertinya aku bisa menanyakan kepada mereka berdua apa penyebab kematian orang tua dan adiknya Mas Bayu, kecelakaan apa yang terjadi di rumah itu, atau mungkin aku bisa mencari tahu dari tetangga di sekitar rumah Mas Bayu.Hampir setengah hari kami di perjalanan, ketika kami pergi tadi dari
Aku meraih tas yang ku simpan di sampingku untuk mengambil handphone, dengan niat memberitahu Mamah dan Nina bahwa aku sudah sampai di Desa tempat rumah Mas Bayu berada.“Mas kok gak ada sinyal?” tanya ku sambil menautkan kedua alis mata dan menoleh pada Mas Bayu yang sedang menunggu pintu gerbang dibuka.“Memangnya Mas belum bilang sama kamu, kalau di sini memang gak ada sinyal sayang,” jawab Mas Bayu. Aku menggelengkan kepala, perasaan aku tidak ingat Mas Bayu pernah bilang kalau di rumahnya nanti gak akan ada sinyal untuk handphone ku ini ataupun internet.Kalau begitu berarti aku tidak dapat menghubungi siapa pun, dan terputus dari dunia luar sana. Aku berada di tempat yang asing dan baru kukunjungi dengan jarak hampir dua belas jam dari rumah, tanpa bisa menghubungi keluargaku. Tapi kan sekarang ini Mas Bayu suamiku, satu-satunya keluarga ku. Walaupun baru hampir sebulan yang lalu aku mengenalnya, dia adalah suami dan keluarga yang sebenarnya sekarang.“Kemana lagi nih Pak Hal
Dengan tergesa-gesa Pria tua itu beranjak dan membukakan pintu gerbang, aku menoleh pada Mas Bayu dan berkata, “Itu Pak Halim kan Mas?” tanyaku.Mas Bayu hanya mengangguk, tanpa sepatah kata atau pun menoleh padaku, pandangannya lurus ke depan memperhatikan Pak Halim yang sedang membuka pintu gerbang. Mas Bayu pun mulai menjalankan mobil melewati pintu gerbang memasuki halaman rumah.“Mas masih marah?” tanyaku lagi. Mas Bayu menoleh padaku sambil menautkan kedua alis matanya.“Sama siapa?” jawabnya balik bertanya.“Sama aku, karena aku selalu mengeluh,” jawabku sambil menundukan kepala.“Aku juga lelah Sarah sama seperti kamu, aku ingin segera beristirahat.” Aku jadi makin merasa bersalah mendengar perkataan Mas Bayu, dari tadi aku yang hanya duduk diam selalu mengeluh cape lah, kesal lah, kenapa belum sampai, kejauhan, badan pegal-pegal padahal Mas Bayu yang dari tadi hampir dua belas jam di perjalanan dengan menyetir mobil lebih lelah dariku, tapi dia tidak bisa mengeluh.“Nanti S
Mas Bayu tak menjawab pertanyaanku....Lantas, apakah itu hanya pendengaranku saja? Tapi suara tangisan dan suara seseorang yang berlari itu makin jelas. Jadi, aku pun beranjak dari tempatku berdiri dan bergegas melangkah kan kakiku menghampiri tangga. Aku berdiri mematung sambil menatap ke atas tangga menunggu seseorang yang akan datang dari atas tangga itu. Mataku seketika terbelalak ketika melihat seorang gadis dengan berpakaian kebaya putih seperti seorang pengantin, gadis pengantin dengan sanggul rambutnya yang sudah berantakan. Dia berlari dari atas tangga yang tinggi itu, namun kakinya terpeleset dan dia pun jatuh dari atas tangga berguling-guling sampai ke bawah dan jatuh tepat di bawah kaki ku. Dengan mata melotot dan baju kebaya yang sudah berlumuran darah yang membuat ku spontan berteriak histeris.“Aaaahhhhhhkkkkk!” teriakku histeris, dengan membelalakan mata melihat pemandangan yang mengerikan tepat di depan mataku.“Sarah! Sarah! Kamu kenapa?! Ada apa?!” seru Mas Bay
“Ayo Sarah….”Mas Bayu meraih lengan ku dan menuntun tangan ini berjalan menaiki anak tangga, dengan ragu aku pun mulai melangkahkan kaki mengikuti langkah kaki Mas Bayu menaiki tangga lantai dua rumah ini. Aku yakin pernah datang dan menaiki setiap anak tangga yang sedang ku jejaki dan lagi kenapa perasaan ku mengatakan pernah terjadi sesuatu yang mengerikan terjadi di rumah ini, aku pun penasaran dengan gadis berkebaya putih, siapa gadis itu? Aku merasa pernah melihatnya tapi dimana? Aku pernah bertemu dengan gadis berpakain pengantin kebaya putih itu, tapi kapan, dimana dan siapa dia?.Setelah menjejaki tangga satu persatu akhirnya kami sampai di lantai dua, terdapat empat kamar yang saling berhadapan di sana. Lagi dan lagi aku merasa sedang mengalami dejavu sesuatu yang pernah terjadi dan terulang berulang kali, ruangan ini, ke empat kamar ini aku pernah berada di sini sebelumnya. Sepertinya yang menempati kamar-kamar ini adalah kedua orang tua Mas Bayu dan adik perempuannya keti