Suatu hari, sebuah wilayah di sana mengalami pertikaian kecil namun berujung pembunuhan. Karena orang-orang di wilayah itu berebut pembagian hak untuk satu-satunya sumur yang ada disana.Ini adalah kasus pembunuhan pertama yang pernah terjadi. Karena tidak bisa dianggap remeh, takut jika nanti ada korban lagi. Eleino dan Aquillio pun mendatangi tempat itu.Aquillio memberi saran untuk kakaknya membuatkan sumur lain dengan kekuatannya. Agar mereka tidak perlu berebut lagi untuk menggunakannya. Namun Eleino menolak, menurutnya masyarakat di sana harus bisa menggunakan sumur itu bersama. Jika dibuatkan sumur lagi, pastinya hal rebutan itu akan terjadi lagi. Dan akan ada sumur kedua ketiga dan seterusnya. Eleino juga mengingatkan adiknya bahwa tidak semua masalah harus diselesaikan dengan kekuatan, mereka juga harus memikirkan cara lain agar masalah dapat diselesaikan.Aquillio tidak setuju dan mengatakan, "Aku heran kenapa dewa menjadikanm
Isandra terdiam setelah membaca buku itu."Kehancuran, atau puncak kejayaan" gumamnya.Sudah terjadi, kekaisaran ini sudah hancur di tangan Flammedra sebelum Isandra bereinkarnasi ke dunia ini. Tapi waktu malah berputar kembali, apa itu artinya ramalan itu belum benar-benar terjadi?Tunggu, kalau memang begitu kenapa pernikahan orang tuanya diizinkan?"Marchioness, saya memiliki pertanyaan" ucap Isandra."Ya, silahkan""Saya yakin kaisar terdahulu mengetahui tentang ramalan itu, lantas kenapa pernikahan antara Yang Mulia kaisar dan mendiang Permaisuri diizinkan?" tanyanya."Bisa dibilang, kaisar terdahulu itu terlalu optimis. Ia percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dan beliau malah wafat saat kejadian itu" ucap dengan ekspresi rumit. Isandra kembali terdiam, ia harus apa? Apa kehancuran dan puncak kejayaan yang dimaksud itu adalah dirinya? Apa Isandra bisa mengubah masa depan? Tidak, ia sudah s
Keesokkan harinya,Pagi menjelang siang, langit biru yang cerah berawan dengan matahari yang menyombongkan sinarnya. Burung-burung berkicauan seraya terbang bersama para temannya. Berbeda dengan para burung itu, gadis pirang ini nampak menyendiri di bawah pohon rindang sembari membaca novel tebal itu. Isandra tidak ada kelas hari ini karena Marcioness sedang ada urusan. Jadi ia menghabiskan waktu dengan membaca buku dalam tenang damai tanpa ganggu-Krasak krusukIsandra menoleh ke arah semak yang bergoyang itu, matanya memicing menatapnya curiga. Namun sekian detik kemudian ia membelalak saat seorang pria dengan surai keabuannya muncul dari balik semak itu seraya menjewer telinga seorang pemuda berambut merah.Isansra mengenal pria bersurai keabuan itu, ia adalah Raiya, pengawal pribadi Isandra yang baru saja ditugaskan hari ini. Sedangkan pemuda itu, Isandra belum pernah melihatnya. "Aw aw aw Sir Raiya, sakit tau! Ak
"Saya ada kelas bersama Marchioness Crinossio, jadi saya undur diri sekarang" ucap Isandra seraya beranjak pergi dari sana.Meninggalkan ketiga Lady itu sendirian, nampak Felice terkejut setengah mati saat mendengar penuturan Isandra. Apa yang akan ia katakan pada ayahnya jika beliau mendengar hal ini?Beberapa jam kemudian, Krasak krusuk"Selamat siang tuan puteri!" sapa pemuda bersurai merah terang itu pada Isandra. Sedang Isandra hanya menghela nafasnya panjang, ia pun menatap pemuda itu datar, tidak merasa terkejut sama sekali saat ia tiba-tiba muncul dari semak-semak."Apa anda tidak memiliki pekerjaan lain, tuan Jayden?" tanya Isandra masih fokus pada bukunha. Jayden beruntung hari ini sir Raiya tengah tidak enak badan jadi Isandra meliburkannya, tentu saja dengan paksaan.Hari ini juga kelasnga selesai lebih awal, jadi Isandra menghabiskan waktu dengan membaca novel seperti biasa di taman sembari menikmati teh.
Seminggu kemudian, Siang yang cerah seperti biasanya, para pekerja istana tengah sibuk mengerjakan tugas mereka masing-masing. Ada yang tengah membersihkan koridor, furniture dan semacamnya.Para pekerja itu membungkuk seraya menyapa seorang gadis pirang seraya ia berjalan melewati mereka."Selamat siang yang mulia" Begitulah bunyi para pekerja yang mendapati Isandra tengah berjalan melewati mereka. Isandra hanya tersenyum dan sesekali membalas sapaan mereka lembut, bahkan menyemangati mereka bekerja. Ia tidak tahu para pelayan ini tulus menyapanya atau tidak, tapi bagaimanapun ia harus tetap memberikan kesan baik.Isandra sedang berjalan menuju perpustakaan istana untuk mengembalikan buku-buku bacaannya. Dan mungkin ia akan meminjam lagi. Ia tidak sendirian, melainkan ditemani Raiya yang saat ini tengah membawakan setumpuk buku tebal yang Isandra pinjam. KrieettPenjaga pintu perpustakaan membukakan pintu besar beruk
Tok tok tok"Masuk" ucap pria bersurai putih yang tengah fokus dengan dokumen-dokumen menumpuk di kantornya, Galen.CeklekIa menoleh ke arah pintu yang tengah dibuka, senyum manis terbit di wajah tampannya saat melihat duplikat sang istri tengah berjalan masuk dengan nampan berisi teh di tangannya.Isandra tersenyum menatap ayahnya, "Selamat pagi ayah, Isandra bawakan teh untuk ayah" ucapnya sembari meletakkan nampan itu di atas meja kecil di samping meja kerja Galen kemudian menuangkan teh itu ke dalam cangkir.Ini memang sudah menjadi kebiasaan Isandra sejak minggu lalu. Ia merasa menjadi anak tidak berguna jika hanya diam saja di dalam istana saat ayah dan kakak-kakaknya sibuk mengurus kekaisaran.Galen tersenyum sembari menerima cangkir teh dari puterinya, "Terima kasih putriku" ucap Galen kemudian menyesap sedikit teh seduhan Isandra."Hmmm menenangkan sekali" ucap Galen seraya matanya terpejam menghayati kenikmatan teh herbal itu.Isandra tersenyum senang, "Syukurlah jika ayah
KrieetttPintu itu terbuka, Isandra berdecak kagum melihat isi ruangan itu. Berbagai macam gaun dengan motif dan model yang begitu cantik dan elegan. Sebuah baju zirah khusus wanita, berbagai perhiasan dengan model yang sederhana namun indah. Namun pandangan Isandra terpaku pada sebuah lukisan besar yang digantung di dinging ruangan itu, berhadapan langsung dengan pintu."Cantik sekali" ucapnya tanpa sadar. "Benar, ayah tidak pernah bosan memandangnya" ucap Galen yang juga tengah menatap kagum lukisan di depannya."Wajar saja grand duke Aquillio tergila-gila hahaha" ucap Isandra dengan nada bercanda."Asal kau tau saja ya, semua Lady di kekaisaran ini dulu mengincar grand duke" ucap Galen membela diri."Hmmm sayangnya grand duke sekarang sudah tua hahahah" Galen membelalak tidak terima, "Enak saja, ayah masih muda. Lihat wajah tampan ini" ucapnya lagi."Hmmm ya ya ya tampan sekali" ucap Isandra sarkastik.
BrukIsandra membelalak kaget saat Felice tiba-tiba bersujud di hadapannya, "Yang mulia, saya bersumpah akan memertaruhkan nyawa saya untuk anda. Saya akan mengabdikan hidup saya untuk anda Yang Mulia" ucapnya.Isandra sontak berjongkok kemudian meraih kedua pundak Felice, "Felice, bangkitlah. Jangan begini" ucapnya panik. Ia benar-benar tidak suka disujudkan seperti ini.Felice pun menurut kemudian mengangkat kepalanya, "Hiks bahkan nyawa saya sekalipun tidak bisa membalas kebaikkan anda yang mulia" ucapnya terisak."Apa yang kau katakan? Aku tidak menginginkan nyawamu Felice, hiduplah untuk dirimu sendiri. Cukup kau menjadi sahabatku saja" ucap Isandra.Felice pun semakin terisak namun kemudian mengangguk seraya mengusap air matanya, "Hiks saya akan menjadi teman yang baik untuk anda Yang Mulia" ucapnya.Isandra pun tersenyum lembut menatapnya, tangannya terulur merangkul tubuh Felice yang ukurannya tidak jauh beda dengan mili