"Kayla, Mas minta maaf untuk semuanya. Mas akui kadang keterlaluan." Ucapan memelas ke luar dari mulut Bryan. Ia menatap punggung sang istri dan berdiri dengan pasrah. Tapi Kayla tahu siapa Bryan, ia hanya minta maaf bukan berarti akan berubah.
"Bukan kadang tapi sering, Mas. Ohya satu lagi, Kay tidak mau melihat mama dan Larissa di rumah ini lagi atau Kay yang pindah beserta anak-anak. Pikirkan baik-baik."
Bryan terduduk di tepi ranjang seraya mengusap wajahnya dengan gusar dan membiarkan Kayla berlalu. Permintaan Kayla terlalu banyak namun ia tak punya pilihan.
Kurang ajar wanita itu, harusnya ia mendengarkan nasihat Leny dulu agar menikahi putri sahabatnya yang sederajat dengan mereka. Bryan merutuk.
"Tenang, akan kuikuti semua prosedur. Jangan perlakukan aku berbeda dengan karyawan lain malah jadi gak enak nanti." Calvin tersenyum melihat wanita itu kembali ceria."By the way, kamu nggak berubah sedikit pun Kayla.""Benarkah?""Ya, kau terlihat sama seperti sepuluh tahun lalu saat melangkah ke luar dari ruangan ini.""Saya bahagia menjadi ibu rumah tangga dengan empat anak. Mungkin itu sebabnya." Kayla terkekeh menyadari ia sedang membohongi dirinya sendiri. Ia tak pernah benar-benar bahagia. Bila fisik memang tak terlihat berubah, banyak wanita lain juga mengalami hal yang sama."Benarkah? Terus terang aku masih heran dengan keinginanmu untuk kembali bekerja. Bukankah … maaf, kau bersuamikan orang terkenal dengan bayaran fantastis.
"Kalau Allah menghendaki semua bisa terjadi.""Jangan bawa-bawa nama Allah.""Kenyataannya begitu. Sekarang bagaimana?""Tinggalkan ruangan ini, Lori!" Kenan memejamkan mata seraya memijat keningnya. Ini bencana."Kau mengusirku?" Lori tak percaya dengan apa yang didengarnya baru saja."Tinggalkan ruangan ini! Kutemui selepas jam kantor. Please, jangan di sini." Kenan memohon berkali-kali hingga wanita itu memutuskan ke luar ruangan dengan geram.Lorina berjalan cepat meninggalkan derap sepatu pada lantai. Ia menghapus air mata dengan kasar lalu meraih ponsel di dalam t
"Yaah, kau benar." Tercekat Kayla saat mengatakannya.Ia tahu apa yang dikatakan Kenan sangat benar. Semua orang perlu teman bicara dan ia tak mungkin membicarakan masalahnya pada kedua orangtuanya atau Nirwana. Mayleen sahabatnya hanya mengetahui tentang betapa perhitungan Bryan atas uangnya namun Mayleen tak pernah tahu bila Bryan juga kerap berkata kasar dan main tangan. Ia tak ingin sahabatnya itu entah sengaja atau tidak malah menyebarkan apa yang diketahuinya pada orang lain.Bahkan setelah semua perlakuan Bryan padanya, Kayla tetap ingin menjaga nama sang suami di mata banyak orang.Jejak digital sangat kejam. Saat ini semua hal bisa jadi berita dan dalam hitungan detik menjadi konsumsi jutaan orang. Kayla tak ingin pemberitaan n
Dari balik kaca mobil Kayla menatap jalanan padat di depannya. Rintik hujan terlihat mulai turun membuat laju kendaraan semakin melambat.Setitik harapan muncul di hatinya, bahagia akan menghampiri. Entah bagaimana wujudnya tapi ia akan meraih bahagia itu nanti. Bersama Bryan atau sendiri, entah. Semua hanya berupa bayang-bayang. Kehadiran Kenan membangkitkan kembali semua harapan yang dulu pernah dipupuknya namun dipendam sedalam-dalamnya saat kenyataan tak sejalan.[Mas tidak pulang malam ini.] Bryan mengirimkan text tak lama setelah pesan dari Kenan masuk. Membacanya seolah merenggut paksa senyum yang baru saja merekah. Ia membenci lelaki itu, Bryan yang telah memberinya banyak kebahagiaan namun menghancurkan hidupnya jauh lebih banyak. Akan menginap di hotel mana dia kali ini? Sepe
"Sabar, Kay. Mas perlu waktu meyakinkan mereka untuk pindah," ujar Bryan uring-uringan. Tampaknya lelaki itu menganggap Kayla hanya menggertak, mana mungkin Kayla berani melakukan ancamannya. Ia tahu sifat istrinya. Di sisi lain Bryan khawatir kehadiran Nirwana semakin memicu keberanian Kayla menentangnya."Kalau mereka nggak pindah berarti Kay yang ke luar rumah.""Apaa? Yang benar aja!""Jangan mas kira Kayla nggak berani," ucap Kayla seraya menatap mata sang suami lekat."Silahkan aja kau pergi. Memang seharusnya kamu yang pergi bukannya saya," ujar Leny tiba-tiba telah berada di antara mereka. Seketika Bryan tegang."Ya saya
Ponsel di tangannya tak lagi berdering. Kayla memastikan tak ada pesan yang belum terbaca. Tidak ada pesan dari Bryan maupun Kenan. Kayla menghela napas, malam ini sungguh malam yang sangat berat untuk dilalui. Ia memikirkan rencana untuk besok, tak mungkin menginap di hotel seterusnya tapi juga tak mudah untuk berpindah tempat dengan membawa anak-anak.Tampaknya keinginan untuk menyendiri tak berhasil, seseorang menepuk pundaknya saat segelas wine baru saja habis diteguknya."Kayla?""Hey, Calvin. Aah, Jakarta kecil sekali," Kayla tersenyum saat melihat Calvin telah berdiri di depannya. Ia sulit menolak kehadiran lelaki itu apalagi Calvin langsung menarik kursi dan mengambil tempat duduk di depan Kayla setelah meminta ijin untuk menemaninya.
"Calvin?"Terlihat Calvin dengan pakaian rapi berdiri di muka pintu."Maaf aku ngantar ini." Calvin menyerahkan jepitan rambut Kayla yang rupanya semalam terlepas di dekat meja bar."Ouch, aku malah nggak tahu. Maaf merepotkanmu" Kayla menerima jepitan rambut dari tangan Calvin. Gerakan cepat yang dilakukan Kayla membuat tanpa sengaja tangan keduanya bersentuhan, itu menjadikan Calvin salah tingkah. Mereka berdiri berhadapan begitu dekat, mata Calvin menatap Kayla lekat. Kayla menyadari perubahan di wajah Calvin yang mendadak kaku."Kamu nggak ke kantor?" tanya Kayla memecah kebekuan."Datang telat. Habis ini langsung jalan," ucap Calvin dengan suara bergetar. Matanya menatap lekat wajah wanita yang tetap terlihat cantik walau baru bangun tidur. Rambutnya tanpa disisir pun indah lemb
Semakin murka, Bryan memukulkan tas kerja tepat ke wajah Kayla. Saat itulah kancing tas mengenai bibir dan meninggalkan luka di bibir Kayla.Di kamar sebelah terdengar riuh anak-anak. Rupanya mereka telah kembali."Ke luar dari ruangan ini sekarang atau anak-anak akan melihat apa yang terjadi," ucap Kayla bergetar.Bryan tak bergeming tetapi mulai goyah, ia tahu bila anak-anak melihat perlakuannya kepada Kayla maka akan sulit baginya memenangkan hati mereka."Berikan ponselmu," ujar Bryan setengah berbisik ia berkata dengan geram."Aku tidak akan memberikannya. Ke luar!" tunjuk Kayla ke arah pintu.&n