Aleena sungguh terkejut dengan pemandangan yang ada di hadapannya kali ini. Dia tidak tahu harus berbicara apa.
"Ayo, Sayang. Kita masuk? Kenapa hanya bengong di sini saja?" tanya pria tampan yang lebih familiar di pandangan Aleena.Setelah meyakinkan diri, wanita itu pun mengajak pria yang diyakini suaminya itu masuk. Dia masih bingung, tapi tidak bisa berkata apa pun lagi. Hanya bisa menyesal karena tidak bisa mengetahui mana suaminya yang asli. Wanita itu terus memperhatikan, dari segala sikap pria itu lebih pantas disebutnya suami. Dari pada pria yang tiga hari terakhir menemani hari-harinya."Kenapa ponselmu mati?" tanya Galuh yang baru pulang dari luar kota. Wajahnya terlihat kesal karena selama di luar kota, Aleena tampak mengabaikan pesan darinya."Maaf, Mas. Ponselku rusak, belum diservis." Aleena menjawab dengan gugup."Hey! Adik kembarku yang tampan, rupanya kamu baru saja pulang!" teriak pria yang memiliki dagu lebih lebar sedikit tersebut. Wajah mereka memang mirip, hingga seseorang yang tidak teliti di bagian bahu akan terkecoh."Kamu kapan pulang?" tanya Galuh ketus.Gala saudara kembarnya yang usil hanya bisa tersenyum, tanpa mengatakan apa pun. Dia hanya meminta maaf karena pulang ke rumah adik kembarnya tanpa memberitahu terlebih dulu. Galuh lupa kalau kakak kembarnya itu memiliki kunci cadangan rumah, jadi dia bisa saja keluar masuk ke rumah itu tanpa izin terlebih dulu."Kamu pasti capek 'kan? Lebih baik kamu istirahat saja dulu," ujar Gala tersenyum tipis.Galuh tidak menggubris, hanya melihat ke arah Aleena yang terus menundukkan kepala. Ada sesuatu yang mencurigakan, tapi pria itu memilih untuk cuek.Alih-alih sang Suami menyoroti tajam ke arahnya, Aleena pun menawarkan segelas kopi untuk suaminya."Jangan lupa buatkan aku juga satu gelas kopi, adik ipar yang cantik." Gala mulai menggoda Aleena."Kamu gak usah macam-macam sama istriku!" kata Galuh tegas."Tenang saja, aku tidak akan berani macam-macam." Gala menyeringai.Mereka mengobrol tidak seperti saudara kembar pada umumnya, terlihat ada kebencian yang terpancar dari netra Gala dan juga Galuh. Lain hal dengan Aleena yang tiba-tiba kebingungan sendiri. Hingga tangannya terkena air panas sedikit."Kenapa aku bisa sebodoh ini?" pikirnya kesal. Dia tidak bisa menyalahkan siapa pun selain dirinya karena sudah berbuat sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan."Apa yang harus aku lakukan agar mas Galuh tidak mengetahui semua yang terjadi? Semoga saja dia tidak membeberkan semuanya!" Pikirannya benar-benar kalut saat ini, hanya bisa berdo'a yang banyak agar sang Suami tidak mengetahui penghianatan yang dilakukan tanpa sengaja.Tangannya masih gemetar, pikirannya cuma bisa menerka-nerka semua yang terjadi. Hingga wanita itu sampai di hadapan kedua pria yang berwajah kembar tersebut.Dia mulai menaruh kopi di atas meja, tidak lupa wanita cantik itu memberikan senyuman pada suaminya."Silakan diminum, Mas." Aleena berbicara pelan."Terima kasih, Sayang." Sekilas pria itu memberikan instruksi pada istrinya untuk masuk ke kamar terlebih dulu.Ada hal penting yang akan dibahas oleh saudara kembar tersebut mengenai pembagian tanah warisan, bahkan Galuh meminta Gala untuk segera pergi dari rumah yang sudah ditempati dengan istrinya."Kamu ingat satu hal, rumah ini juga rumahku sebelum kamu menikah. Jadi, kamu tidak punya hak untuk mengusirku dari sini!" papar Gala menuntut haknya."Kamu 'kan, seorang Kakak. Seharusnya kamu bisa mengalah pada adikmu ini! Lagi pula, harta keluarga kita banyak. Kamu tinggal minta saja pada kedua orang tua kita rumah untukmu juga," kata Galuh memberikan nasihat."Harus berapa lama aku harus mengalah padamu? Aku tidak mau selalu di anak tiri kan oleh kedua orang tua kita. Harusnya kamu yang mengalah demi aku," ucap Gala tidak terima."Terserah kamu saja, yang jelas kamu harus keluar dari rumah ini sekarang juga! Jika tidak, akan aku seret paksa!" ujar Galuh tegas.Gala menghela napas panjang, lalu mengeluarkan secara perlahan. Dia sendiri enggan untuk keluar dari rumah yang sudah membuatnya nyaman, pun seorang wanita yang ada di sana. Pria itu bahkan merindukan belaian Aleena lagi. Seharusnya itu tidak terjadi, tapi hatinya tidak bisa berbohong lagi."Kenapa kamu masih di sini? Apa kamu tidak paham dengan apa yang aku maksud?" cecar Galuh kesal melihat saudara kembarnya masih diam sembari tersenyum."Aku masih betah adikku sayang. Bagaimana kalau izinkan aku untuk tinggal beberapa hari lagi di rumah ini?" pintanya memelas."Sudah tidak ada toleransi lagi dariku. Hari ini juga kamu harus keluar, jangan pernah kembali lagi ke rumah ini!" hardik Galuh dengan sorot mata yang tajam."Jangan galak-galak gitu dong," ucap Gala menyeringai.Galuh sudah habis kesabaran, jadi pria itu pun mengambil ponselnya untuk menghubungi kedua orang tuanya. Namun, hal itu justru dicegah oleh Gala."Kamu sudah dewasa, dan punya istri juga. Seharusnya tidak usah kamu mengadu sama Papa dan Mama. Apa kamu memang sengaja ingin aku dimarahi oleh mereka? Hah!" pekik Gala kesal."Kalau kamu masih bersikeras mau tinggal di rumah ini, aku tidak akan segan-segan mengadukan pada Mama dan Papa." Galuh terlihat semakin kesal.Tidak ada pilihan lain yang bisa dilakukan oleh Gala selain menuruti permintaan saudara kembarnya."Baik, aku akan pergi sekarang juga." Gala berdiri, lalu meninggalkan saudara kembarnya yang masih duduk di atas sofa sembari menikmati segelas kopi.Gala masuk ke kamar untuk membereskan semua barang miliknya. Hati kecilnya merasa berat untuk meninggalkan rumah yang memiliki kenangan indah bersama adik iparnya itu."Coba saja dia itu milikku. Sudah pasti hidupku akan bahagia," gumamnya.Selanjutnya, pria itu merebahkan tubuhnya sembari melihat langit-langit kamar. Dia kembali bernostalgia hal yang tidak seharusnya ada dalam angannya. Semua tentang Aleena menari-nari di pelupuk mata, hingga pria itu tidak berhenti tersenyum bahagia."Kenapa juga dia secepat ini pulang!" gerutunya lagi.Sedangkan di kamar lain, Galuh masih tampak kesal dan menghampiri sang Istri."Aku ingin mandi air hangat," pinta pria tampan tersebut.Aleena tidak banyak bicara, langsung menyediakan air hangat untuk suaminya mandi. Selang beberapa menit kemudian, dia menemui Galuh kembali."Air hangatnya sudah siap, Mas." Aleena berbicara pelan."Terima kasih." Hanya itu yang bisa diucapkan oleh Galuh. Dia sendiri malas berbicara panjang lebar setelah berdebat dengan saudara kembarnya.Aleena menggunakan kesempatan itu untuk menemui Gala secara diam-diam. Dia tidak terima dengan semua yang telah terjadi. Rasanya malu sekali, tapi tetap saja semua kesalahan ada pada kakak ipar yang tidak menjelaskan dari awal. Wanita itu yakin, pasti pria itu melakukan dengan sengaja. Langkah kakinya di percepat, lalu menggedor pintu kamar Gala."Wah, Sayang. Ada apa? Apakah kamu merindukanku?" cecar Gala menyeringai."Plak!" Sebuah tangan melayang ke arah pipi sebelah kanan Gala.Tasya segera dilarikan ke puskesmas terdekat, beruntung wanita seksi itu hanya luka ringan saja. Saat wanita seksi membuka mata, terlihat wajah Aleena, Gala dan Bagas di depan mata."Aku di mana?" tanya Tasya lirih."Kamu di puskesmas karena menabrak pohon tadi, beruntung cuma mengalami luka ringan saja." Aleena menjelaskan secara detail.Netra Tasya mulai berkaca-kaca karena melihat kebaikan orang yang telah dijahatinya. "Maaf karena aku telah berbuat jahat pada kalian," ujar Tasya lirih."Gapapa, jauh sebelum kamu meminta maaf. Aku dan mas Gala sudah memaafkanmu." Aleena memberikan senyuman.Tidak berselang lama, Galuh beserta keluarganya datang untuk melihat keadaan Tasya. Gala yang mengabari saudara kembarnya kalau wanita seksi itu mengalami kecelakaan."Kamu tidak apa-apa 'kan?" tanya Galuh terlihat cemas."Aku gapapa, Mas. Semua berkat pertolongan dari Gala dan Aleena," sahut Tasya lirih.Galuh langsung membuang sifat gengsi yang dimilikinya, lalu mengucapkan terima kasih pada
Aleena kebingungan saat melihat Bagas tidak kunjung keluar dari kamar mandi. Jadi, wanita cantik itu pun meminta sang suami untuk mencari keberadaan putranya."Bagas tidak ada di sini, Aleena." Gala memberitahu setelah mencari di dalam kamar mandi."Lantas ke mana perginya Bagas, Mas?" tanya Aleena panik. Pria tampan itu pun segera meminta izin untuk melihat rekaman cctv yang ada di tempat makan tersebut. Lalu, dia pun mengetahui siapa dalang dari semua ini. Gala segera menarik tangan istrinya dan meminta untuk berdo'a agar putranya baik-baik saja. "Kita mau ke mana, Mas?" tanya Aleena yang memang tidak melihat rekaman cctv."Aku tahu siapa yang telah membawa Bagas, maka dari itu kita harus secepatnya ke sana sebelum mereka berbuat yang tidak-tidak pada putra kita," sahut Gala sibuk menyetir."Iya, mereka siapa yang Mas maksud?" tanya Aleena yang memang tidak mengerti siapa yang dimaksud oleh suaminya."Nanti kamu tahu sendiri siapa yang aku maksud, Aleena." Hanya itu yang dikatakan
Kehidupan rumah tangga Aleena saat ini memang sudah mendapatkan kebahagiaan seperti yang pernah menjadi keinginannya selama ini. Bahkan bahtera rumah tangga yang dijalani bersama Gala begitu harmonis. Pria tampan itu membuat wanita cantik berkulit putih hidup layaknya seperti seorang ratu. Sejak pernikahan mereka berlangsung, Gala memang tidak membiarkan Aleena melakukan semua pekerjaan rumah sendiri. Dia langsung mencarikan asisten rumah tangga yang bisa membantu pekerjaan rumah. Sedangkan wanita cantik berkulit putih itu cuma perlu fokus dengan merawat Bagas saja. "Terima kasih, Mas. Sudah memberikan kebahagiaan yang ingin aku rasakan dari dulu." Aleena selalu bersyukur dengan kehidupan rumah tangga yang saat ini dijalani."Aku yang harusnya berterima kasih karena kamu telah ikhlas dan rela menghabiskan waktumu untuk mengurus anak kita, Bagas." Gala tidak kalah bersyukur karena mendapatkan istri yang cantik dan baik seperti Aleena. Di waktu keduanya ingin berpelukan, Bagas tiba-t
Galuh hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Tasya, sebab dirinya baru mengerti tentang kesehatan spermanya yang bermasalah. Selama ini, dia selalu menyalahkan Aleena karena belum diberikan keturunan saat sang Mama memintanya."Kenapa kamu tidak bilang dari awal, Mas. Kalau kamu itu tidak bisa memberikan keturunan?" tanya Tasya dengan netra basah. "Aku juga tidak tahu, Tasya. Lagi pula aku itu 'kan bukan asli mandul, kalau kita berusaha lebih keras lagi dan aku berobat, pasti tidak lama lagi kita akan mendapatkan keturunan." Galuh mencoba untuk memberikan penjelasan pada sang istri agar lebih mengerti. "Aku kira selama ini yang bermasalah Aleena, ternyata aku salah. Kamu yang tidak sehat, Mas." Tasya tetap tidak menerima kenyataan yang ada. Dia semakin merasa bahwa hidup ini tidak adil, bahkan seolah-olah dia telah mendapatkan sebuah karma dari apa yang diperbuatnya. Pria tampan itu terus menyalahkan diri sendiri karena tidak memeriksakan diri sejak awal. Bahkan, dia meny
Dengan terpaksa Galuh menerima permintaan Tasya untuk menikahinya. Terlebih sang Mama juga mendesak karena tidak ingin berurusan dengan hukum. Tidak usah menunggu satu minggu lamanya, sebab keluarga Fathan langsung memberikan keputusan tiga hari setelah wanita seksi itu mengancam. Dan dua hari setelah itu, mereka melaksanakan pernikahan mewah yang sudah diatur oleh wanita seksi itu. Dengan uang yang dimiliki, sangat gampang bagi Tasya untuk mengatur segalanya. Pesta pernikahan dilaksanakan dengan begitu meriah, ditambah dengan para tamu undangan yang hadir ikut memeriahkan pernikahan mereka. Aleena dan Gala juga turut hadir di sana."Kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Gala melihat ke arah Aleena yang terus menatap ke arah pelaminan."Gapapa, aku senang kok melihat mereka akhirnya menikah." Aleena menjawab singkat sesuai apa yang dirasakan."Kamu benar, Aleena. Mereka benar-benar pasangan yang serasi." Gala mengiyakan apa yang dikatakan wanita cantik berkulit putih itu."Seharusnya mere
"Kalau memang tidak ingin merestui hubungan kami, Gala akan tetap menikah dengan Aleena." Gala pun pergi dari rumah Dira, tapi siapa sangka kalau wanita setengah paruh baya itu akan jatuh saat melihat putranya pergi.Aleena terlihat sangat cemas, tapi pria tampan justru meminta agar tidak menghiraukannya. "Gala! Jangan pergi kamu!" Galuh menghentikan langkah kaki saudara kembarnya.Jelas saja Gala tidak bergerak dari tempat dirinya berdiri. "Ada apalagi?" tanyanya santai."Kamu harus tanggung jawab, apa yang sudah kamu lakukan pada Mama. Hah!" pekik Galuh tidak terima dengan keadaan Dira yang terjatuh. Sang Mama yang sudah digendong oleh Fathan ke dalam rumah."Kamu urus sendiri saja, mulai hari ini aku tidak punya hubungan lagi dengan keluarga ini." Gala segera pergi dengan diikuti oleh Aleena dari belakang. Wanita cantik itu sebenarnya tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh pria yang dicintainya, tapi setelah mendengar alasan dari Gala. Dia pun mengikuti apa pun yang dikatakan