“Tuan?” panggil satpam, merasa heran karena tuan muda di depannya hanya terdiam dengan raut putus asa. Frustasi karena ditinggalkan.
“Saya… Apa saya bisa bertemu dengan Susan?” tanya Levin terbata.Tampak jelas kalau informasi yang didengarnya barusan membuat Levin jadi linglung hingga otak cerdasnya sulit diajak berpikir, masih dilanda shock.“Susan? Dia ikut nona Claire, Tuan. Tuan besar sengaja meminta Susan untuk menemani nona Claire supaya tidak kesepian di negara orang.”Informasi itu membuat harapan terakhir Levin pupus seketika! Awalnya Levin berharap dapat menggali informasi dari Susan, karena sepenglihatannya, Susan enak untuk diajak berbincang. Siapa tau dengan begitu dirinya bisa mendapatkan secuil informasi, tapi ternyata Susan pun ikut menghilang bersama Claire!“Sepertinya tuan besar takut kalau hanya membiarkan nona Claire pergi sendirian, jadi mau tidak mau Susan ikut menemani,” lanjut satpam.“Tuan besar?”Nada suara Levin yang terdeNada tinggi Levin membuat siapapun dapat mendengar ucapannya dengan jelas, tidak heran kalau tidak lama kemudian terdengar dengungan tidak percaya. Tidak ada yang menyangka kalau Levin menjalin hubungan dengan Claire. Sejak kapan? Itulah pertanyaan pertama yang ada di benak mereka, namun meski penasaran, tidak ada yang berani menanyakannya karena jika mereka melakukannya sama saja dengan cari mati. Melihat betapa emosinya Levin saat ini membuat mereka tidak menyangka kalau Levin akan seemosi dan sekalap ini karena seorang Claire! Bisik-bisik terdengar jelas. Semua orang sibuk mencerna informasi yang ada. Tidak menduga kalau Levin berkencan dengan Claire. Bukankah mereka tidak pernah terlihat bersama? Bagaimana bisa menjadi sepasang kekasih? Apalagi sebagian besar mahasiswa percaya kalau Nick dan Claire memiliki hubungan khusus karena hubungan mereka yang terlalu dekat, lalu kenapa sekarang Levin malah berani mengklaim Claire sebagai kekasihnya? Apa yang sebenarnya ter
“Tuan?” panggil satpam, merasa heran karena tuan muda di depannya hanya terdiam dengan raut putus asa. Frustasi karena ditinggalkan. “Saya… Apa saya bisa bertemu dengan Susan?” tanya Levin terbata.Tampak jelas kalau informasi yang didengarnya barusan membuat Levin jadi linglung hingga otak cerdasnya sulit diajak berpikir, masih dilanda shock.“Susan? Dia ikut nona Claire, Tuan. Tuan besar sengaja meminta Susan untuk menemani nona Claire supaya tidak kesepian di negara orang.”Informasi itu membuat harapan terakhir Levin pupus seketika! Awalnya Levin berharap dapat menggali informasi dari Susan, karena sepenglihatannya, Susan enak untuk diajak berbincang. Siapa tau dengan begitu dirinya bisa mendapatkan secuil informasi, tapi ternyata Susan pun ikut menghilang bersama Claire! “Sepertinya tuan besar takut kalau hanya membiarkan nona Claire pergi sendirian, jadi mau tidak mau Susan ikut menemani,” lanjut satpam. “Tuan besar?” Nada suara Levin yang terde
Levin mengerutkan kening, memandang heran pada ponselnya. Sejak kemarin dirinya sudah berusaha menghubungi ponsel Claire tapi tidak bisa terhubung sama sekali. Ponselnya tidak aktif. Pesan teks pun tak berbalas. Apakah terjadi sesuatu? Semoga saja tidak, tapi jika tidak, kenapa Claire tidak bisa dihubungi?Levin menyugar rambutnya, merasa frustasi. Pria itu menatap Johan yang duduk di sampingnya, di dalam pesawat yang akan membawanya kembali ke Bali. Ya, sudah dua hari ini Levin pergi ke Jakarta karena harus menghadiri acara pernikahan kakak sepupunya. Meski enggan, tapi Levin tetap harus pergi karena daddy Keenan memberi perintah tegas yang tidak mungkin dibantahnya dan lagi Levin juga tidak ingin dijadikan bahan omongan karena dicap sombong oleh keluarga sendiri. Dan selama itu pula Levin tidak bisa menghubungi Claire. Sebelumnya, Levin memang sudah memberitahu Claire tentang rencana kepergiannya ke Jakarta yang dijawab dengan anggukan, wanita itu juga memberitahu ka
Susan menatap nona mudanya yang sedang sibuk di telepon. Memutuskan untuk memasak beberapa menu. Mengingat wanita itu sedang hamil muda, Susan yakin kalau sebentar lagi nona mudanya pasti akan mengeluh lapar. Itulah kebiasaan umum ibu hamil. Lapar dan lapar terus karena di dalam tubuh mereka sedang berkembang nyawa lain yang juga membutuhkan asupan nutrisi. Susan membuka kulkas, melihat apa saja yang ada di dalam sana. Dan dirinya tidak menemukan kesulitan untuk memikirkan menu makanan yang hendak dibuatnya karena kulkas tersebut dipenuhi oleh segala jenis sayur dan bahan lainnya. Dengan cekatan Susan mengeluarkan bahan-bahan yang diperlukan dan mulai mengolahnya. Sementara itu, Claire memutuskan untuk menghubungi Nick. Sama seperti daddy Alex, pria itu juga langsung mengangkat panggilan teleponnya pada dering pertama. “Hei, bagaimana penerbangannya?” tanya Nick sebelum Claire mengucap kata ‘halo’.“Sangat melelahkan!” keluh Claire membuat Nick terkekeh.
Claire mengangguk. Tidak meragukan ucapan Susan sama sekali. Tidak setelah dirinya melihat sendiri apa yang daddy Alex lakukan untuknya. Kini, Claire menatap rumah di hadapannya dengan perasaan campur aduk. Terharu, bahagia, tidak percaya, dan entah apalagi. Rumah yang dibeli oleh daddy Alex meski tidak semewah rumahnya di Bali, tapi tetap terlihat nyaman untuk ditinggali dan cukup besar apalagi hanya akan ditinggali oleh Claire, Susan dan si kecil nantinya. Dengan halaman yang cukup luas dan tertata rapi, ditambah garasi dan teras dimana sudah tersedia dua buah kursi dan satu meja teh di antara kedua kursi tersebut. Tempat yang nyaman untuk berbincang santai sekaligus menikmati udara segar. Susan membuka pintu hingga Claire bisa beralih ke bagian dalam rumah. Matanya memandang sekeliling. Rumah dua lantai dengan 4 kamar tidur. Satu kamar utama, dua kamar tamu dan satu kamar untuk asisten rumah tangga, khusus untuk kamar ART ada di lantai bawah, sisanya di lantai atas
Claire menatap keluar jendela, dirinya sudah duduk nyaman di pesawat dengan Susan di sampingnya. Sebentar lagi mereka akan pergi menjauh dari negara kelahirannya. Claire menghela nafas pelan dan tatapannya jatuh pada perutnya yang masih rata. ‘Mulai hari ini kita jalani hidup baru bersama ya, Sayang. Mommy janji akan memberikan yang terbaik untukmu meski daddy kamu tidak mengetahui keberadaan kamu. Mommy janji akan menebus kesalahan mommy karena telah memisahkan kalian berdua seumur hidup mommy,’ batin Claire dengan pandangan menerawang sambil tangannya terus mengusap perutnya, hendak merasakan keberadaan si kecil. Beberapa jam kemudian…Setelah menempuh penerbangan panjang yang melelahkan, akhirnya Claire dan Susan mendarat di Melbourne dengan selamat, disambut oleh kesibukan bandara yang tak pernah padam. Mereka langsung menuju taxi stand, mengantri dengan sabar.Setelah masuk ke dalam taksi, Susan langsung menyodorkan selembar kertas yang bertuliskan alamat temp
Nick berdiri di hadapan Claire dengan nafas tersengal-sengal, terlihat jelas kalau pria itu berlari untuk mengejarnya.“Lho?! Kamu kok bisa ada disini? Bukannya kamu ada acara keluarga hari ini?” tanya Claire, kaget melihat keberadaan sahabatnya. Apalagi dirinya masih mengingat jelas kalau Nick sempat mengatakan kalau hari ini adalah ulang tahun sang grandpa, acara keluarga yang tidak mungkin tidak dihadirinya, tapi nyatanya, pria itu ada disini. Di bandara. Menemui Claire. Apa itu artinya Nick lebih memilih mengantar kepergiannya daripada menghadiri acara ulang tahun kakek kandungnya sendiri? Sepenting itukah Claire bagi Nick?“Bagaimanapun juga aku harus mengantar kamu, sahabat yang sudah aku kenal sejak balita sampai sekarang. Aku masih bisa datang ke ulang tahun grandpa setelah ini, tapi mengantar kamu, hanya bisa aku lakukan sekarang, Claire.”Jawaban Nick membuat hati Claire menghangat. Refleks, Nick meraih Claire ke dalam pelukannya, mengabaikan keberada
“Claire…”“Aku bukan wanita murahan yang bisa kamu pergunakan setiap kali kamu butuh dan menginginkan seks! Aku punya harga diri! Jangan pernah berpikir untuk kembali meniduriku karena aku tidak akan membiarkannya. Walaupun aku pernah berbuat kesalahan, tapi aku tidak ingin hidup dalam kesalahan itu terus menerus. Saat pertama kali kamu meniduriku, aku memang dibawah pengaruh obat dan aku tidak dapat menyalahkanmu sepenuhnya, tapi apa yang kita lakukan terakhir kali itu tidak benar. Apalagi kita melakukannya secara sadar. Jadi aku harap jangan mengulanginya lagi. Aku mohon hormati aku sebagai wanita, jangan pernah menganggapku sebagai wanita murahan yang bisa kamu gunakan untuk memuaskan nafsumu saja, Levin!” ucap Claire panjang lebar, suaranya terdengar bergetar akibat amarah. Levin meraih kedua tangan Claire, menggenggamnya erat. “Maafkan aku, Claire. Harus kuakui kalau aku sulit menahan diri jika berada di dekatmu, namun bukan berarti aku tidak menghormatimu. Aku ti
Daddy Alex hanya mengangguk kecil meski didalam pikirannya berkelebat dugaan lain. Tapi biarkan saja, biar waktu yang membuktikan apakah dugaannya benar atau salah.Sementara itu Claire sibuk dengan pikirannya sendiri. Bertanya-tanya bagaimana respon Levin saat mengetahui kalau dirinya sudah tidak ada di Bali. Ya, tadi saat menitip pesan pada satpam, Claire dengan tegas mengatakan jika ada yang menanyakan keberadaannya lebih baik ucapkan kalimat keramat ‘tidak tau’.‘Bilang saja kuliah di luar negeri. Tidak tau dimana.’Itulah kalimat yang Claire ajarkan dan dirinya memang tidak memberitahu satpam kalau hendak pergi ke Melbourne. Sesuai rencana, yang tau tentang keberadaannya hanya daddy Alex, Nick dan Susan. Tidak ada lagi yang lain. Bahkan orangtua Nick pun tidak tau dan Claire yakin kalau Nick pasti akan menutup bibirnya rapat-rapat. Tanpa sadar Claire mendesah, mengingat kembali bagaimana perhatian Levin kepadanya. Jujur, selama beberapa hari ini, Claire me