Claire dijebak oleh sang sahabat yang ternyata memendam rasa iri kepadanya. Namun, kejadian tak terduga justru membuat Claire jatuh ke dalam hubungan satu malam dengan pria playboy bernama Levin, bahkan menghasilkan bayi yang menggemaskan. Hingga beberapa tahun kemudian, Claire dan Levin kembali bertemu dalam ketidaksengajaan, saat itu juga Levin sadar kalau dirinya sudah memiliki seorang putra. Lantas, bagaimana kisah keduanya?
View MoreMalam telah larut, namun ada satu tempat yang justru semakin riuh saat malam semakin pekat. Tempat itu bernama bar. Hingar bingar musik terdengar memekakkan telinga, musik berdentum kencang di salah satu bar yang berada di hotel bintang lima – Bali, tempat dimana para anak muda semangat bergoyang untuk melepas penat.
Musik beat yang menghentak membuat sekumpulan anak muda itu semakin bersemangat untuk mengikuti alunan musik yang dibawakan oleh DJ professional. Namun meski begitu, tidak semua anak muda turun ke area dance floor. Levin, salah satunya, pria tampan yang masih berusia belia itu hanya asyik menikmati musik sambil menikmati alkohol yang tersedia di hadapannya. Sesekali kepalanya bergoyang mengikuti alunan musik yang ada. Tubuhnya bersandar nyaman pada sofa empuk yang ditempatinya sejak tadi, tentu saja dengan ditemani wanita yang bergelayut manja di lengannya. Bagi Levin, wanita, alkohol dan bar adalah hal yang tidak bisa dipisahkan. Hal yang membuatnya senang dan bisa melupakan kekusutan pikirannya akibat tugas kuliah yang menumpuk. Meski usianya masih terbilang belia, yaitu 20 tahun, tapi Levin sudah sering datang ke tempat seperti ini. Tentu saja karena koneksi yang dimilikinya, jika tidak, mungkin dirinya akan dilempar keluar oleh security yang bertampang sangar di depan sana. Levin baru saja melahap makanan ringan yang disuapkan oleh wanita pilihannya malam ini saat temannya yang bernama Joe datang menghampirinya. “Nggak ikut join, Bro?” tanya Joe sambil mengendikkan dagu ke arah dance floor yang kian ramai meski malam telah larut. “Malas. Mending santai disini sama cewek,” balas Levin yang hanya ingin bersantai sambil menikmati alkohol tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Hanya menikmati keramaian tanpa bermaksud terjun ke dalam keramaian itu sendiri. “Abis ini mau lanjut ngamar ya makanya save energy?” goda Joe tanpa filter membuat Levin mendengus mendengar ejekan temannya. “Belum tau. Liat nanti. Kalau lagi pengen main, ya lanjut ke kamar, kalau nggak, kayaknya gue langsung pulang,” balas Levin cuek. “Cowok brengsek kayak lo rasanya nggak mungkin nggak pengen deh. Lo kan paling nggak bisa dikasih liat cewek seksi langsung tegang!” ejek Joe sambil terbahak. “Sialan lo! Bisanya ngeledek aja!” maki Levin pada Joe, teman kampus yang jarang dirinya temui. Terlebih setelah Joe memutuskan berhenti kuliah karena otaknya tidak sanggup menanggung beban kuliah yang membuatnya stress. Begitulah Joe, tipe anak muda yang enggan memikirkan masa depan dan hidup hanya untuk bersenang-senang. Tidak heran kalau orangtuanya stress memiliki anak seperti Joe! Levin dan Joe memang memiliki kesamaan, yaitu suka bersenang-senang dan tidak bisa lepas dari dunia malam, tidak heran kalau mereka lebih sering bertemu di bar daripada di tempat lain! Namun meski begitu, Levin tidak segila Joe. Setidaknya dirinya masih tetap kuliah karena harus meneruskan bisnis keluarganya setelah lulus. Joe tergelak, mengabaikan umpatan Levin dan kembali ke dance floor. Sementara Levin terus menenggak alkohol di tangannya, meski bar ini dipenuhi dengan musik yang menggema dan asyik didengar, dipenuhi dengan orang yang asyik bergoyang, tapi Levin merasa hatinya hampa. Seolah ada celah besar yang menganga di dalam hatinya. Celah yang membuat hatinya terasa dingin, sepi dan kosong. Tidak heran kalau Levin mencari keramaian di tempat seperti ini, berharap bar yang hiruk pikuk bisa membuat hatinya yang sepi menjadi ceria, tapi ternyata dirinya salah karena rasa kosong di hatinya semakin menganga lebar, tidak terobati sama sekali. “Pergilah, aku sedang ingin sendiri,” usir Levin pada wanita yang sejak tadi bergelayut manja di lengannya, tidak lupa tangannya membuka dompet dan mengeluarkan beberapa lembaran uang yang membuat mata sang wanita berbinar. ‘Tidak masalah diusir yang penting sudah dapat tips banyak! Meski sangat disayangkan karena aku belum dapat menikmati keperkasaan pria setampan ini,’ pikir sang wanita dan berlalu pergi, hendak mencari mangsa lain yang bisa dimanfaatkannya. Kini, Levin hanya seorang diri di ruang VIP ini karena Joe sudah asyik dengan kegiatannya sendiri, asyik bergoyang dengan para wanita yang sibuk meliukkan tubuhnya dengan sensual hingga Joe terlihat kian semangat merapatkan tubuh pada wanita seksi di hadapannya. Tak urung tingkah Joe membuat Levin tersenyum tipis. Meski ada jarak yang memisahkan, tapi Levin tetap dapat melihat tingkah temannya dengan jelas melalui kaca jendela ruangannya yang berada di lantai atas, tepat diatas area dance floor yang semakin meriah meski malam kian pekat. Temannya memang brengsek, tidak heran kalau dirinya juga ikutan brengsek kan? Apalagi Joe lah yang memperkenalkan Levin dengan dunia malam, saat pria itu masih kuliah, meski secara tidak sengaja karena saat itu Levin sedang merasa terpuruk dan Joe, yang melihat Levin begitu frustasi, langsung berinisiatif membawanya ke bar ini dan mengajaknya bersenang-senang dengan cara yang biasa dilakukannya. Dan sejak hari itu, Levin menjadi terbiasa dengan dunia malam, hingga saat ini. Terbiasa mempermainkan wanita sesuka hatinya. Terbiasa meniduri wanita yang berbeda hampir setiap malam hanya untuk kesenangan semata. Terbiasa menyakiti hati wanita karena kelakuan brengseknya. Bisa dibilang pertemanannya dengan Joe lebih banyak membawa dampak buruk bagi Levin, tapi siapa yang peduli? Yang penting Levin bisa melampiaskan rasa frustasinya kan? Levin tidak peduli meski kebrengsekannya sudah tersebar luas di seluruh kampus. Lagipula menjadi pria brengsek juga tidak sepenuhnya buruk. Malah semakin banyak wanita yang giat mendekatinya, terobsesi pada ketampanannya, seolah mereka berpikir bisa membuat Levin menjadi miliknya. Pikiran yang menyesatkan karena Levin tidak memikirkan hal yang sama. Bagi Levin, wanita ada hanya untuk dipermainkan, tidak lebih dari itu. Levin menggeleng melihat kelakuan Joe saat pandangannya tiba-tiba saja tertumbuk pada satu sosok gadis yang ikut memeriahkan area dance floor. Bergoyang dengan sensual hingga lekuk tubuhnya yang menggoda menarik perhatian banyak pria. Saat itulah Levin merasakan desakan kuat untuk mendekati gadis tersebut, bahkan kakinya sudah melangkah sebelum otaknya sempat memberi perintah!Levin terlonjak kaget saat mendengar pekikan Claire. “Ada apa, Claire?” “Kita belum memberitahu daddy Alex dan orangtua kamu, Levin. Nick juga belum aku beritahu, mereka pasti kaget dan senang mendengar kabar ini.”“Well, aku rasa khusus untuk Nick, dia tidak akan kaget karena aku sempat mengungkapkan kecurigaanku mengenai dugaan kehamilanmu beberapa waktu lalu.”“Oh ya? Kapan?”“Saat pria itu menolak berbicara denganmu, mau tidak mau aku membujuknya sambil mengungkapkan dugaanku berharap dengan begitu rasa kesalnya melunak. Aku juga bilang padanya agar tidak membuatmu stress dan rencanaku berhasil,” aku Levin jujur. “Ahh, jadi begitu! Pantas saja setelah itu dia langsung bersikap seperti biasa seolah tidak ada masalah apapun dan mengatakan sudah memaafkanku saat aku minta maaf padanya!” gumam Claire paham.“Hmm, aku bilang padanya kalau kamu terlihat murung dan frustasi, hal yang tidak baik bagi ibu hamil. Dan aku tidak bohong, saat itu kamu memang mu
Rena menoleh saat mendengar pertanyaan Claire yang dipenuhi nada khawatir. “Oh, tidak, kondisi bayi kalian baik-baik saja. Hanya saja kemungkinan besar bayi kalian kembar karena rahim terlihat merenggang lebih jauh,” ucap Rena menenangkan.Nafas Claire dan Levin tercekat. Pasangan itu saling berpandangan. “Kembar, Dok?”“Iya, ini memang baru sekedar dugaan saya. Tapi saya lihat, perut anda terlihat lebih besar dibanding usia 6 minggu kehamilan tunggal. Namun untuk lebih pastinya kita bisa periksa kembali saat check up rutin di bulan depan. Apalagi umumnya saat kehamilan kembar akan disertai oleh rasa mual yang lebih intens daripada biasanya serta lebih sering merasa lelah, tapi tadi anda bilang tidak merasakan mual kan?”“Betul, Dok. Sampai saat ini, saya tidak merasa mual atau pusing, hanya saja saya memang sering merasa lelah, enggan melakukan aktivitas apapun. Yang saya inginkan hanyalah tidur seharian,” jelas Claire. “Lalu apa lagi yang anda rasakan?”
Setelah memastikan kehamilan istrinya melalui testpack, Levin bersikeras mengantarkan Claire ke dokter kandungan di hari itu juga. Tidak ingin menunda-nunda. Levin akan memastikan kalau di kehamilan kedua ini dirinya akan selalu mendampingi Claire sejak awal, tanpa melewatkan satu hari pun! Claire memutuskan untuk pergi ke dokter kandungan yang sama seperti saat kehamilan pertamanya dulu, saat Claire belum melarikan diri ke Melbourne.Rena, sang dokter, menatap wajah Claire yang tampak familiar di matanya. “Ini kehamilan kedua anda?” tanya Rena sambil membaca laporan data pasien di tangannya. Laporan yang baru saja diserahkan oleh suster. “Iya betul, Dok.”“Sepertinya saya merasa familiar dengan wajah anda, apakah saat kehamilan pertama anda juga menemui saya?” tanya Rena.Sejujurnya Rena tau kalau pertanyaan itu tidak layak ditanyakan mengingat dirinya harus bersikap professional, tapi entah kenapa semakin bertambahnya usia, Rena semakin tidak bisa menaha
Claire masuk ke kamar mandi dengan membawa beberapa testpack di tangan kanannya. Menunggu dengan harap-harap cemas. Rasa cemasnya sama seperti saat kehamilan pertama dulu meski dengan alasan yang berbeda. Jika dulu Claire cemas karena hamil diluar nikah, tapi sekarang Claire cemas karena takut membuat Levin kecewa jika hasilnya tidak seperti yang diharapkan mengingat pria itu sangat menginginkan anak kedua darinya. Claire tidak tega jika harus melihat kekecewaan di wajah pria itu. Itulah salah satu alasan yang membuat Claire tidak berani menyuarakan dugaannya. Tapi kini, Claire tidak bisa menghindar lagi karena Levin pun memiliki dugaan yang sama sepertinya. Beberapa menit kemudian, testpack yang digunakannya mulai memperlihatkan hasil. Hasil yang membuat hatinya terasa mencelos. Hasil yang membuat matanya langsung berkaca-kaca. “Bagaimana hasilnya, Claire?” sambut Levin dengan nada tegang saat Claire membuka pintu kamar mandi namun enggan beranjak dari sana
Claire memekik kaget saat Levin menggendongnya dengan tiba-tiba hingga wanita itu refleks mengalungkan kedua lengannya di leher Levin. Pria itu tersenyum sambil menggendong dan mendudukkan Claire ke dalam bathup yang masih kosong dan mengisinya dengan air hangat.“Mandilah, aku akan mandi menggunakan shower agar tidak menerkammu lagi. Aku tidak yakin bisa menahan diri jika harus mandi bersamamu di dalam bathup.”Claire mendengus. Levin benar, jika mereka mandi bersama di dalam bathup, pasti akan berlanjut ke ronde berikutnya! Tidak ada waktu untuk istirahat! Kini, mereka berdua sudah berbaring nyaman di atas ranjang dengan tubuh bersih.“Istirahatlah sebelum aku menerkammu lagi.”Tanpa perlu diperintah dua kali, Claire langsung memejamkan mata. Rasa lelah membuatnya terbang ke alam mimpi dalam hitungan detik.Levin membelai rambut Claire. Sejujurnya, kesibukan kantor dan kehadiran Mia membuat Levin melupakan hal penting yang harus ditanyakannya sesegera mung
Levin sedang berbicara dengan Johan melalui telepon saat pinggangnya dipeluk dari belakang. Pria itu menoleh dan menemukan Claire tersenyum lebar ke arahnya. Akhir-akhir ini suasana hati Claire cepat berubah seperti roller coaster. Jika kemarin Claire tampak murung karena cemas, tapi malam ini wanita itu malah terlihat seperti anak kucing yang ingin dimanja oleh pemiliknya! “Tuan? Apa anda mendengar ucapan saya barusan?” tanya Johan saat Levin tidak merespon ucapan terakhirnya. Suara Johan di seberang telepon menyadarkan Levin kalau masih ada hal lain yang harus mereka bahas. Untungnya pembahasan itu berakhir tidak lama kemudian.Levin meletakkan ponselnya di dekat nakas dan membalas pelukan Claire. “Ada apa? Tidak biasanya kamu semanja ini.”“Kenapa? Kamu tidak suka?”“Siapa bilang? Aku justru sangat menyukainya. Aku malah berharap kamu bermanja-manja seperti ini setiap hari padaku.”Claire tersenyum menggoda, jari telunjuknya sengaja membelai da
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments