Share

Bab 7

   William menatap Hans serius, lalu berkata, “Maafkan aku Hans! lain kali aku akan hati hati."

   “Bukan berhati hati! Kau seharusnya menghentikan kebiasaanmu itu! Kau selalu saja bermain dengan para wanita! Cepat atau lambat karirmu akan hancur, Will!” Hans nampak tidak puas mendengar jawaban William. Ia meneguk kopi di tangannya dengan kasar.

   Melihat Hans yang mulai kesal, William memilih tak menggubris perkataan pria berkacamata bulat itu, dan ia memilih pergi meninggalkannya. Sementara Hans hanya bisa mendengus kesal dengan perilaku artisnya itu. Tiba tiba Ia teringat pada kejadian sepuluh tahun yang lalu. Ketika William baru saja debut menjadi aktor dan Hans ditugaskan untuk menjadi manajernya.

   "Hansel Scott, kau akan menjadi manajer dari William Vinclet!" ucap Smith kala itu.

   Saat itu Hans baru bekerja selama dua bulan sebagai kepala divisi Marketing. Pria berusia 30 tahun itu nampak kebingungan, pasalnya ia tidak memiliki pengalaman apapun menjadi seorang manajer artis.

   Smith yang duduk di kursi bossnya memperhatikan gelagat Hans yang nampak gelisah.

   "Ada apa?" tanya Smith sambil menaikkan sebelah alisnya.

   "Aku ... tidak tahu caranya menjadi manajer artis, Smith!" Hans menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Tentu saja ia tidak tahu, di tempat kerja sebelumnya ia menjabat sebagai manajer keuangan, bukan manajer artis. Mendengar jawaban dari Hans, Smith nampak berpikir. Tangannnya menopang dagunya yang sedikit memiliki brewok.

   "Kau bisa belajar pada Seniormu, lagipula seiring berjalannya waktu, kau akan terbiasa, Hans."

     Akhirnya Smith, meminta Hans untuk menemui William dahulu di ruang latihan. Dengan langkah gontai, Hans menyusuri lorong dalam gedung itu. Ia melewati beberapa pintu, seketika Hans menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah pintu berwarna coklat dengan bacaan ruang akting tertempel di depannya. Dengan ragu Hans membuka pintu itu.

    CKLEK!

     William yang tengah berlatih, langsung menoleh ke arah sumber suara. Ia mengehentikan aktivitasnya, dan menatap Hans yang berjalan menghampirinya. Saat itu William hanya mengenakan kaos oblong berwarna hitam dan celana pendek. Sehingga otot-otot di tubuhnya yang mulai terbentuk terpampang dengan indah.

   "Selamat siang, apakah kau William Vinclet?"

   "Ya, aku William Vinclet!" sahut William dengan senyum mengembang.

   "Aku Hansel Scott, aku adalah manajermu sekarang!" Hans mengulurkan tangannya. William meraih uluran tangan Hans dengan senang. Ia menggenggam tangan Hans dengan satu tangannya, sementara tangannya yang lain masih memegang naskah.

   "Senang bertemu denganmu, Hans!"

   Beberapa tahun berlalu sejak perkenalan pertama William dan Hans. William tumbuh menjadi aktor yang sangat sukses dan terkenal. Hans masih setia mendampinginya, bahkan ketika kedua orang tua William mengalami kecelakaan dan pergi meninggalkan William untuk selama lamanya, Hanslah yang menemani William di saat ia sedang terpuruk.

   Sejak meninggalnya kedua orang tua William, William sedikit berubah. Ia menjadi seorang playboy, dan selalu saja tertangkap kamera paparazi sedang bersama wanita. Wanita-wanita itu kebanyakan dari kalangan selebriti. William seperti ini karena kesepian dan sedih ditinggal oleh kedua orang tuanya. Sehingga ia mencari kesenangan di luar sana untuk melupakan sedikit rasa sedihnya.

   Oleh karena itu, Hans selalu membela William di depan Smith, ketika William terkena skandal ataupun masalah. Bahkan tak jarang Hans sendiri yang harus membereskannya dengan cara membayar paparazi itu agar tak memposting artikel negatif mengenai William. Karena Hans tak ingin William terkena amukan dari Smith. Dan ingin William tetap berkarir di dunia hiburan, karena ini adalah mimpi William sejak kecil. Hans juga udah menganggap William seperti adik kandungnya sendiri.

     

***

   Sementara itu, Joe baru mendengar berita mengenai skandal William dan Eliana ketika ia sedang menjalani pemotretan di siang hari. Saat itu ia sedang beristirahat di dalam ruang ganti dan membuka akun sosial medianya. Ia begitu terkejut ketika membaca berita dan melihat video itu. Ia pun segera menghubungi Eliana.

   “Kau tidak apa apa?!” tanya Joe panik begitu Eliana mengangkat teleponnya.

   “Aku tidak apa apa Joe, Angela yang menemaniku!” sahut Eliana.

   Joe menghela napas lega, “Syukurlah, aku khawatir sekali denganmu.”

   “Joe, kau percaya padaku, kan? Kalau video itu bukanlah diriku dan sengaja dibuat oleh seseorang?!”

   “Sebelum kau berbicara, aku sudah mempercayaimu, El! Nanti malam aku akan menemanimu.”

   “Sungguh? Terima kasih, aku sangat mencintaimu, Joe!” ucap Eliana terharu karena memiliki kekasih sebaik Joe.

   “Baiklah Eliana, aku harus kembali bekerja. Fotografer sudah memanggilku!” Joe langsung menutup ponselnya. Ia bergegas menuju ruangan foto.

   Di sana Jenny Kyle, model pendatang baru yang akan menjadi pasangannya sudah menunggunya. Jenny sudah mengenakan pakaian renang berwarna merah untuk pemotretan kali ini.

   Walaupun bulan ini baru memasuki musim dingin, tetapi konsep foto mereka adalah musim panas. Karena majalah itu akan terbit tepat ketika musim panas tiba.

   Joe yang telah mengenakan celana renang berwarna senada akhirnya segera bergabung dengan Jenny.

   Joe terlihat begitu profesional bergaya sesuai arahan fotografer. Dada bidangnya yang bak roti sobek terpampang indah dan menggoda, membuat wanita yang melihatnya ingin menyandarkan kepalanya disana. Juga kulit tan-nya yang sengaja di buat basah menambah kesan sexy tubuh pria berusia dua puluh tujuh tahun itu.

   Begitu juga dengan pasangannya, Jenny. Walaupun termasuk model yang baru debut beberapa bulan lalu, ia cukup lihai berpose sexy dan mampu menyeimbangi kemampuan Joe.

   "Malam ini ayo kita minum dirumahku, Joe!” bisik Jenny di sela - sela pemotretan mereka.

   Joe meneguk salivanya kasar ketika berpose cukup panas dengan Jenny, ia tak menjawab ajakan Jenny. Karena selalu salah fokus dengan area tertentu tubuh Jenny yang tanpa sengaja mengenai tubuhnya.

   Meskipun sudah memiliki kekasih, Joe hanyalah pria normal ketika berada didekat wanita sesexy Jenny. Walaupun tak dapat ia pungkiri kalau Eliana jauh lebih sexy dan menarik dibanding Jenny.

***

   Malam telah tiba, Joe terpaksa harus membatalkan janjinya dengan Eliana. Karena Jenny terus memaksanya untuk minum bersama. Walaupun Joe sudah menolak, tapi Jenny beralasan untuk merayakan pertemanan mereka dan juga pemotretan pertamanya.

   Akhirnya Joe mengalah dan ikut minum di rumah Jenny bersama Dylan, sang fotografer. Jenny hanya tinggal berdua bersama adik laki lakinya yang masih duduk di bangku kuliah. Saat ini sang adik sedang pergi keluar bersama teman temannya.

   "Cheers! Untuk pemotretan majalah kita dan untuk pertemanan kita!” seru Jenny sambil mengangkat gelas birnya yang sudah penuh tinggi tinggi. Joe dan Dylan melakukan hal yang sama hingga gelas ketiganya beradu.

   TENG!

   Suara dentingan gelas yang beradu mengawali acara mereka malam itu.

   Mereka akhirnya berbincang bincang sambil minum dan makan beberapa camilan hingga mabuk parah. Jenny terbaring di lantai, ia sudah kehilangan kesadarannya karena alkohol yang ia minum. Sementara Dylan masih sedikit sadar, walaupun sudah mabuk berat. Ia masih melanjutkan minumnya.

   Joe yang memang hanya minum sedikit karena harus menyetir, akhirnya mengangkat tubuh Jenny. Ia hendak memindahkan Jenny ke dalam kamarnya. Ia lalu menggendong Jenny ala bridal. Ketika akan memasuki kamar, Joe bingung karena ada dua pintu di sana. Akhirnya Joe memilih membuka salah satu pintu dan berharap itu adalah kamar Jenny.

   CKLEK!

   Pintu kamar terbuka, aroma maskulin langsung menyeruak ke dalam hidung Joe. Aroma yang segar dan terkesan sexy. Joe langsung meletakkan tubuh Jenny ke atas kasur dengan beralaskan seprai berwarna abu abu itu.

   Sebelum meninggalkan kamar Jenny, mata Joe tertuju pada sebuah meja yang ada di dalam kamar itu. Di atas meja itu, ada sebuah foto seorang laki laki dengan seorang gadis, Joe menaksir usia mereka berada lima tahun lebih muda darinya.

   Pandangan Joe beralih pada laptop yang tergeletak di sana. Laptop itu dalam keadaan menyala. Satu hal yang membuatnya menarik, karena laptop itu sedang membuka aplikasi untuk mengedit video. Joe yang memang mengerti dan sedang berencana membuat vlog, tertarik dengan aplikasi yang sedang berjalan itu. Ia penasaran dengan hasil video yang dibuat menggunakan aplikasi itu. Joe lantas memutar video yang memang sedang terbuka pada aplikasi itu. Seketika mata Joe terbelalak melihat video yang sedang menampilkan seseorang yang sangat ia kenal.

    “Bukankah ini ..."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status