Share

Bab 6. Gosip Panas

Dia masih saja diam membisu dalam kamarnya dengan Pak Seno yang setia menatap untuk menunggu jawaban Agatha. 

Apa yang harus Agatha katakan? Dia memang berencana mengatakan sejujurnya namun bagaimana jika nanti Pak Seno justru menganggap dirinya bohong.

"Kenapa tak menjawab saya Agatha?" tanya Pak Seno dengan bentakan yang membuat Agatha terkejut. 

"Bapak tahu kan Ibu saya meninggal dunia dan semua karena Bapak. Mau tahu kenapa?" tanya Agatha yang justru memilih untuk menjawab pertanyaan sebelumnya dan semoga saja Seno lupa akan pertanyaan yang baru saja diucapkan. 

"Kenapa?" tanyanya dengan wajah yang datar. 

"Kenapa Bapak tak mengangkat telepon saya tadi malam? Bapak tahu tidak kalau itu adalah hal yang penting, saya ingin menyetujui mengenai perjanjian kontrak untuk menjadi pacar pura-pura Pak Seno dalam waktu yang lama dan saya ingin meminta uangnya terlebih dahulu karena butuh untuk biaya operasi Ibu saya. Tapi Bapak tak jawab, jadi sudah tahu kan? " cetus Agatha tanpa henti dengan nafas yang sesak dan tiba-tiba saja dia menangis kembali dengan tersedu-sedu. 

Seno terdiam dan merasa bersalah, andai saja dia menjawab telepon dan memberikan uang maka operasi Ibu Agatha akan segera terlaksana. Namun untuk masalah nyawa seseorang bukan karena Seno melainkan Tuhan yang sudah mengatur semuanya. 

"Sudah jangan menangis! " cetusnya karena dia paling kesal jika mendengar suara tangis. 

Bukannya menghentikan tangisnya, justru Agatha menangis semakin kencang sehingga membuat Seno khawatir sebab dia takut jika dirinya yang disalahkan karena tangisan Agatha. 

"Pergi Pak jangan di kamar saya! " ucapnya dengan menunjukkan ke arah pintu. 

Seno mengangguk dan pergi keluar dari kamar karena dia tahu kalau Agatha membutuhkan waktu sendiri. 

Kepergian Seno membuat Agatha bernafas lega. Dia akhirnya terhindar dari pertanyaan Pak Seno yang akan membongkar identitasnya. 

Tidak lama kemudian setelah kepergian Pak Seno tiba-tiba saja Neneknya datang dengan memasang raut wajah marahnya. 

"Kenapa kamu usir pria itu? Dia bos kamu kan?" cetus sang Nenek sehingga membuat Agatha tahu kemana arah ucapan Neneknya. 

"Aku tahu maksud Nenek, Pak Seno dan aku hanya sebatas bos dan sekertaris saja. Aku tidak mungkin mendekatinya dan lagi pula.... "

"Terserah kamu, Nenek tak peduli hubungan kalian yang Nenek inginkan kamu harus mendapatkan hati bos kamu itu. Ingatlah pria kaya dapat merubah kehidupan kita!" ucap Sang Nenek dan sontak langsung saja pergi meninggalkan kamar Agatha. 

Benar bukan dugaan Agatha kalau Neneknya meminta dia untuk melakukan hal yang sama lagi seperti dulu. Agatha tak mau menjadi orang yang gila harta seperti ucapan Neneknya. Dia yang selalu saja menjalankan perintah sang Nenek tanpa peduli jika harus mengorbankan dirinya sendiri untuk mengincar para pria kaya dan menghabiskan atau memanfaatkan hartanya.

***

Hari penuh kemalasan bagi Agatha, dia masih belum ingin masuk bekerja namun karena bos kasarnya itu yang memaksanya. Agatha tentu saja ingin mencoba menolak namun terlihat sangat sulit sebab apapun yang dibicarakan oleh Pak Seno maka harus segera dilakukan.

Pagi ini Agatha yang tengah sarapan justru dengan terburu-buru berangkat ke tempat kerjanya padahal sarapannya belum dia habiskan dan itu semua terjadi karena Pak Seno meneleponnya.

"Nenek aku berangkat," ucap Agatha dan berlari pergi.

Entah sampai kapan dia akan bertahan lama bekerja bersama dengan Seno, yang jelas bukannya bahagia karena uang hasil kerjanya justru bebannya akan bertambah.

Kini Agatha tengah berada di dalam bus, dia sengaja untuk tidak naik taksi karena dirinya tengah berhemat dan lebih memilih untuk menabung sebagian dari sisa gajinya. Memprediksikan Neneknya yang sudah terlalu tua dan lelah mengurus, maka dari itu Agatha sedang menabung agar disaat Neneknya sakit atau mereka terkena musibah maka Agatha memiliki uang simpanan.

Setelah menempuh lamanya perjalanan Agatha akhirnya sampai di depan kantornya. Dia langsung saja masuk ke dalam dan bukannya langsung menuju ke ruangannya namun justru Agatha melangkah ke ruangan Pak Seno.

"Kenapa panggil saya mendadak seperti itu Pak?" tanyanya dengan wajah datar tanpa senyuman sedikit pun.

Agatha masih saja kesal dengan bosnya itu, bahkan dia saja belum benar-benar mengenyangkan perutnya.

"Cepat letakkan tas kamu di sofa itu dan ikut saya ke butik sekarang juga!" celetuknya sehingga membuat Agatha mengernyit heran.

"Jangan bilang Bapak mau meminta saya jadi untuk pacar pura-pura Bapak lagi? Saya mau stop Pak, lagi pula uang itu sudah tidak penting bagi saya dan saya juga tak mau ini semua melangkah lebih jauh lagi," ucap Agatha dan langsung saja pergi meninggalkan ruangan Pak Seno.

Seno membulatkan matanya dengan kejujuran Agatha, tentu saja Seno kesal dan marah. Lantas apa yang harus dia bicarakan dengan Ayahnya nanti tentang kekasihnya yang tak bisa datang?

Sedangkan Agatha yang sedang berjalan menuju ruangan tiba-tiba menghentikan langkahnya saat melihat beberapa orang yang tengah berbincang. 

Bukannya dia ingin membubarkan namun jika hal itu dibiarkan dan dilihat oleh Pak Seno pasti semua karyawan akan kena amarahnya juga.

"Ekhemm.... " 

"Eh, Bu Agatha," ucap salah satu terkejut dengan kedatangan Agatha.

"Sepertinya seru sekali kalian sedang berbincang, memangnya apa yang tengah kalian bicarakan?" tanya Agatha dengan wajah yang datar.

"Kami sedang membicarakan Pak Seno yang sepertinya mempunyai kekasih," jawab seorang wanita gemuk.

Agatha terdiam dan tak menyadari raut wajah tegas tiba-tiba saja berubah ketakutan.

"Itu hanya rumor saja dan lagi pula kalian mengatakan kalau Pak Seno suka mempermainkan wanita, bukankah mungkin saja wanita yang menjadi kekasih Pak Seno itu hanyalah dijadikan mainan saja?" cetus Agatha dengan mencoba menepis sedikit rumor yang mungkin saja memiliki keterkaitan terhadap dirinya.

"Ya kami tahu, tapi sepertinya ini serius Agatha karena Pak Seno sudah memperkenalkan wanita itu dengan bos besar."

"Sudah, dari pada kalian bergosip seperti ini dan nanti Pak Seno dengar memangnya mau kalian di pecat? Cepat bubar!" cetus Agatha dengan tegas.

Semua menganggukkan kepalanya dan diam, mereka kembali ke tempat masing-masing karena takut dengan Agatha yang sudah menjadi tegas seperti ini. 

Sedangkan Agatha bukannya pergi menuju ke ruangannya justru dia kembali lagi ke ruangan Pak Seno.

Brak!

Pintu terbuka dengan kasar dam dia menatap Pak Seno dengan wajah datarnya.

"Agatha kenapa kamu membuka pintu saya seperti itu, memangnya kamu bisa menggantinya? Jangan tak sopan ya kamu dengan bos kamu!" Cetus Seno dengan tegas.

"Bapak tahu tidak kalau tadi banyak rumor tentang Bapak yang memiliki kekasih dan mereka tahu kalau Bapak itu memperkenalkan kekasihnya dengan Ayah Bapak," jawab Agatha dengan kesal.

Seno yang sedang fokus terhadap pekerjaannya namun dia masih tetap mendengar ucapan Agatha, akan tetapi wajahnya tiba-tiba saja menatap Agatha dengan bingung.

"Saya tak tahu rumor itu," jawabnya.

"Bohong, Bapak pasti sengaja membongkar ini semua kan?"

"Bongkar apa?"

Keduanya terdiam ketika saat mendengar suara seseorang dari luar, mereka sangat mengenali suara tersebut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status