Share

Bab 6. Gosip Panas

Author: Bulanbintang
last update Last Updated: 2022-09-23 16:41:13

Dia masih saja diam membisu dalam kamarnya dengan Pak Seno yang setia menatap untuk menunggu jawaban Agatha. 

Apa yang harus Agatha katakan? Dia memang berencana mengatakan sejujurnya namun bagaimana jika nanti Pak Seno justru menganggap dirinya bohong.

"Kenapa tak menjawab saya Agatha?" tanya Pak Seno dengan bentakan yang membuat Agatha terkejut. 

"Bapak tahu kan Ibu saya meninggal dunia dan semua karena Bapak. Mau tahu kenapa?" tanya Agatha yang justru memilih untuk menjawab pertanyaan sebelumnya dan semoga saja Seno lupa akan pertanyaan yang baru saja diucapkan. 

"Kenapa?" tanyanya dengan wajah yang datar. 

"Kenapa Bapak tak mengangkat telepon saya tadi malam? Bapak tahu tidak kalau itu adalah hal yang penting, saya ingin menyetujui mengenai perjanjian kontrak untuk menjadi pacar pura-pura Pak Seno dalam waktu yang lama dan saya ingin meminta uangnya terlebih dahulu karena butuh untuk biaya operasi Ibu saya. Tapi Bapak tak jawab, jadi sudah tahu kan? " cetus Agatha tanpa henti dengan nafas yang sesak dan tiba-tiba saja dia menangis kembali dengan tersedu-sedu. 

Seno terdiam dan merasa bersalah, andai saja dia menjawab telepon dan memberikan uang maka operasi Ibu Agatha akan segera terlaksana. Namun untuk masalah nyawa seseorang bukan karena Seno melainkan Tuhan yang sudah mengatur semuanya. 

"Sudah jangan menangis! " cetusnya karena dia paling kesal jika mendengar suara tangis. 

Bukannya menghentikan tangisnya, justru Agatha menangis semakin kencang sehingga membuat Seno khawatir sebab dia takut jika dirinya yang disalahkan karena tangisan Agatha. 

"Pergi Pak jangan di kamar saya! " ucapnya dengan menunjukkan ke arah pintu. 

Seno mengangguk dan pergi keluar dari kamar karena dia tahu kalau Agatha membutuhkan waktu sendiri. 

Kepergian Seno membuat Agatha bernafas lega. Dia akhirnya terhindar dari pertanyaan Pak Seno yang akan membongkar identitasnya. 

Tidak lama kemudian setelah kepergian Pak Seno tiba-tiba saja Neneknya datang dengan memasang raut wajah marahnya. 

"Kenapa kamu usir pria itu? Dia bos kamu kan?" cetus sang Nenek sehingga membuat Agatha tahu kemana arah ucapan Neneknya. 

"Aku tahu maksud Nenek, Pak Seno dan aku hanya sebatas bos dan sekertaris saja. Aku tidak mungkin mendekatinya dan lagi pula.... "

"Terserah kamu, Nenek tak peduli hubungan kalian yang Nenek inginkan kamu harus mendapatkan hati bos kamu itu. Ingatlah pria kaya dapat merubah kehidupan kita!" ucap Sang Nenek dan sontak langsung saja pergi meninggalkan kamar Agatha. 

Benar bukan dugaan Agatha kalau Neneknya meminta dia untuk melakukan hal yang sama lagi seperti dulu. Agatha tak mau menjadi orang yang gila harta seperti ucapan Neneknya. Dia yang selalu saja menjalankan perintah sang Nenek tanpa peduli jika harus mengorbankan dirinya sendiri untuk mengincar para pria kaya dan menghabiskan atau memanfaatkan hartanya.

***

Hari penuh kemalasan bagi Agatha, dia masih belum ingin masuk bekerja namun karena bos kasarnya itu yang memaksanya. Agatha tentu saja ingin mencoba menolak namun terlihat sangat sulit sebab apapun yang dibicarakan oleh Pak Seno maka harus segera dilakukan.

Pagi ini Agatha yang tengah sarapan justru dengan terburu-buru berangkat ke tempat kerjanya padahal sarapannya belum dia habiskan dan itu semua terjadi karena Pak Seno meneleponnya.

"Nenek aku berangkat," ucap Agatha dan berlari pergi.

Entah sampai kapan dia akan bertahan lama bekerja bersama dengan Seno, yang jelas bukannya bahagia karena uang hasil kerjanya justru bebannya akan bertambah.

Kini Agatha tengah berada di dalam bus, dia sengaja untuk tidak naik taksi karena dirinya tengah berhemat dan lebih memilih untuk menabung sebagian dari sisa gajinya. Memprediksikan Neneknya yang sudah terlalu tua dan lelah mengurus, maka dari itu Agatha sedang menabung agar disaat Neneknya sakit atau mereka terkena musibah maka Agatha memiliki uang simpanan.

Setelah menempuh lamanya perjalanan Agatha akhirnya sampai di depan kantornya. Dia langsung saja masuk ke dalam dan bukannya langsung menuju ke ruangannya namun justru Agatha melangkah ke ruangan Pak Seno.

"Kenapa panggil saya mendadak seperti itu Pak?" tanyanya dengan wajah datar tanpa senyuman sedikit pun.

Agatha masih saja kesal dengan bosnya itu, bahkan dia saja belum benar-benar mengenyangkan perutnya.

"Cepat letakkan tas kamu di sofa itu dan ikut saya ke butik sekarang juga!" celetuknya sehingga membuat Agatha mengernyit heran.

"Jangan bilang Bapak mau meminta saya jadi untuk pacar pura-pura Bapak lagi? Saya mau stop Pak, lagi pula uang itu sudah tidak penting bagi saya dan saya juga tak mau ini semua melangkah lebih jauh lagi," ucap Agatha dan langsung saja pergi meninggalkan ruangan Pak Seno.

Seno membulatkan matanya dengan kejujuran Agatha, tentu saja Seno kesal dan marah. Lantas apa yang harus dia bicarakan dengan Ayahnya nanti tentang kekasihnya yang tak bisa datang?

Sedangkan Agatha yang sedang berjalan menuju ruangan tiba-tiba menghentikan langkahnya saat melihat beberapa orang yang tengah berbincang. 

Bukannya dia ingin membubarkan namun jika hal itu dibiarkan dan dilihat oleh Pak Seno pasti semua karyawan akan kena amarahnya juga.

"Ekhemm.... " 

"Eh, Bu Agatha," ucap salah satu terkejut dengan kedatangan Agatha.

"Sepertinya seru sekali kalian sedang berbincang, memangnya apa yang tengah kalian bicarakan?" tanya Agatha dengan wajah yang datar.

"Kami sedang membicarakan Pak Seno yang sepertinya mempunyai kekasih," jawab seorang wanita gemuk.

Agatha terdiam dan tak menyadari raut wajah tegas tiba-tiba saja berubah ketakutan.

"Itu hanya rumor saja dan lagi pula kalian mengatakan kalau Pak Seno suka mempermainkan wanita, bukankah mungkin saja wanita yang menjadi kekasih Pak Seno itu hanyalah dijadikan mainan saja?" cetus Agatha dengan mencoba menepis sedikit rumor yang mungkin saja memiliki keterkaitan terhadap dirinya.

"Ya kami tahu, tapi sepertinya ini serius Agatha karena Pak Seno sudah memperkenalkan wanita itu dengan bos besar."

"Sudah, dari pada kalian bergosip seperti ini dan nanti Pak Seno dengar memangnya mau kalian di pecat? Cepat bubar!" cetus Agatha dengan tegas.

Semua menganggukkan kepalanya dan diam, mereka kembali ke tempat masing-masing karena takut dengan Agatha yang sudah menjadi tegas seperti ini. 

Sedangkan Agatha bukannya pergi menuju ke ruangannya justru dia kembali lagi ke ruangan Pak Seno.

Brak!

Pintu terbuka dengan kasar dam dia menatap Pak Seno dengan wajah datarnya.

"Agatha kenapa kamu membuka pintu saya seperti itu, memangnya kamu bisa menggantinya? Jangan tak sopan ya kamu dengan bos kamu!" Cetus Seno dengan tegas.

"Bapak tahu tidak kalau tadi banyak rumor tentang Bapak yang memiliki kekasih dan mereka tahu kalau Bapak itu memperkenalkan kekasihnya dengan Ayah Bapak," jawab Agatha dengan kesal.

Seno yang sedang fokus terhadap pekerjaannya namun dia masih tetap mendengar ucapan Agatha, akan tetapi wajahnya tiba-tiba saja menatap Agatha dengan bingung.

"Saya tak tahu rumor itu," jawabnya.

"Bohong, Bapak pasti sengaja membongkar ini semua kan?"

"Bongkar apa?"

Keduanya terdiam ketika saat mendengar suara seseorang dari luar, mereka sangat mengenali suara tersebut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sekertaris Kesayangan Tuan Seno   Bab 39. Melarikan Diri

    Sebentar lagi akan siang hari. Namun, kenapa Agatha tak keluar kamar juga, apa itu terjadi karena kejadian semalam? Lantas Bagaimana dengan pekerjaan Agatha sedangkan sejak tadi Angga terus saja menelepon dirinya. "Kenapa Agatha tak keluar kamar, bagaimana jika Angga bertanya nanti? Tak mungkin aku memberitahukan kalau Agatha marah karena hal itu," ucapnya dengan bingung karena Angga sebentar lagi akan datang ke sini untuk menjemput Agatha sedangkan Agatha sejak tadi tak keluar kamar."Nenek, Mama Agatha mana? Hago ingin makan dengannya," ucap Hago dengan berjalan mendekati nenek Agatha."Sepertinya Mama kamu sedang kelelahan, jadi jangan ganggu dia dulu ya sayang!" jawab sang nenek dan untungnya Hago adalah anak yang mudah mengerti."Kalau begitu Hago nonton dulu sambil menungggu makanan yang Nenek buat," ucapnya tersenyum gemas dan pergi menuju ruang keluarga.Rumah Agatha yang hanya te

  • Sekertaris Kesayangan Tuan Seno   Bab 38. Tersihir Oleh Pak Seno

    Wajah panik dan khawatir apa yang akan terjadi dengan Agatha saat ini. Walau hanya luka kecil saja pada bagian pelipisnya karena batu yang mengenai Agatha itu tidak begitu besar. Namun, tetap saja dia merasa takut jika sesuatu lebih buruk lagi terjadi terhadap wanita yang Seno cinta itu.Seno tak membawa atau memberitahukan siapa pun mengenai kondisi Agatha yang saat ini berada di kamarnya. Dia bahkan setelah melihat kejadian itu langsung saja membawa Agatha pergi dari rumah Agatha, dan tentu saja Agatha tak menolak karena Agatha pingsan bahkan sampai saat ini. Dilakukan Seno saat inu hanya memandangi wajah Agatha yang tengah di periksa oleh dokter."Bagaimana Dok? Apa tidak ada sesuatu yang buruk kan?" tanya Seno dengan raut wajah bingungnya. Tentu saja Dokter itu menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Seno, memang tak ada yang terjadi terhadap Agatha dikarenakan Agatha hanya terdapat luka saja pada keningnya dan darah yang keluar itu sudah dibersihkan hingga bagian kepala

  • Sekertaris Kesayangan Tuan Seno   Bab 37. Rasa yang Harus Dihilangkan

    Dia yang hendak melangkah ke kamarnya. Namun, diurungkan karena melupakan suatu hal. "Aku lupa untuk berbicara dengan Agatha, dia harus membeli susu untuk Hago besok pagi," ucap nenek Agatha takut jika cucunya nanti berangkat pagi-pagi buta dan dia tak saling berpapasan. Walau sudah tua tetapi nenek Agatha sanggup melakukan apapun dengan sendiri. Namun, berbeda jika dia sakit nanti. Dan lagi pula dengan adanya Hago dapat membuatnya tak merasa kesepian. Dia yang saat ini tengah melangkah menuju kamar Agatha tetapi langkahnya terhenti ketika mendengar suara Agatha yang menangis. "Agatha menangis, apa yang terjadi?" ucapnya bertanya dengan dirinya sendiri. Dia yang mengubah raut wajahnya menjadi sangat Khawatir terhadap cucunya takut hal yang tak terduga terjadi di dalam. Namun, dirinya mendengar suatu kalimat yang diucapkan oleh Agatha. Dan dengan cepat juga wajahnya yang tadi khawatir berubah menjadi marah. Brak! Pintu yang dibuka dengan kasar olehnya membuat Agatha terkejut. Mel

  • Sekertaris Kesayangan Tuan Seno   Bab 36. Perasaan yang Disembunyikan

    Masih bingung dengan jawaban yang harus dia berikan, Agatha tak tahu harus menerima Angga atau tidak. Dia yang masih saja memikirkan ucapan Seno mengenai perasaan Seno saat malam itu, sedangkan dirinya baru saja tadi pagi melihat Seno sudah berpaling dengan wanita lain. Dan lagi pula dia tak mungkin menolak Angga yang sudah mempersiapkan ini semua. Tidak lama kemudian Agatha terkejut dengan kedatangan Neneknya dan juga Hago yang berada di tempat ini juga."Kalian berdua ada disini?""Iya, kami telah menyaksikannya sejak tadi," jawab Nenek Agatha sehingga membuat Agatha tersenyum. Dia pun memeluk Neneknya dan membisikkan sesuatu kepada sang Nenek."Apa jawaban yang harus aku berikan?" tanya Agatha dengan suara pelan."Terima saja!" jawab Sang Nenek sehingga membuat Agatha terdiam.Jawaban keduanya saling bertolak belakang. Neneknya yang menyetujui jika Angga menjadi calon Suami Agatha sedangkan Agatha masih bimbang. Namun ketika dia melihat wajah Neneknya dan Hago tampak bahagia membua

  • Sekertaris Kesayangan Tuan Seno   Bab 35. Sebuah Lamaran

    Karena seorang wanita hubungan seorang Ayah dan anaknya hancur. Seno yang tak terima jika wanita yang dia cinta dihina seperti tadi. Agatha bukanlah wanita selalu saja berpikiran mengenai harta, dia wanita tulus yang menerima seseorang dengan apa adanya. "Jika Ayah terus mengatakan hal buruk tentang Agatha, maka aku tidak akan lagi menginjakkan kaki di tempat ini sekali pun Ayah memaksaku!" ucapnya dalam Seno berusaha mengancam Ayahnya agar tak terus-menerus mengatakan hal buruk mengenai Agatha. Keluarganya yang sudah hancur tanpa ada seorang Ibu dan Seno hanya dibesarkan oleh Ayah yang keras kepala dan tak memiliki hati. Walau sikap Seno tidak jauh berbeda dari Ayahnya, namun dia masih memiliki hati dan berpikir keras tentang perasaan seseorang. Kini Seno tak akan lagi melangkahkan kakinya dan menginjakkan rumah milik sang Ayah. Rumah yang dulu banyak kenangan bahagia ketika saat-saat bersama dengan Ibunya dan keluarganya termasuk dibilang keluarga harmonis, akan tetapi dalam

  • Sekertaris Kesayangan Tuan Seno   Bab 34. Pertengkaran Seno dan Pak Broto

    Mendengar suara bising dari meja yang tak jauh dari tempatnya, dan ketika Seno memutarkan pandangannya dia melihat seseorang yang saat ini berada di dalam hatinya itu tengah berdiri, bahkan suara yang tadi dia dengar berasal dari wanita tersebut."Kenapa ada Agatha? Apa dia bertengkar dengan Angga atau mungkin dirinya cemburu melihat aku bersama dengan Dinda?" tanyanya dalam hati. Bukan hanya Seno saja yang melihat Agatha, Ayah Seno pun juga mengetahui keberadaan Agatha di tempat yang sama.Kepergian Agatha membuat Pak Broto tersenyum, tanpa rencananya semua berjalan dengan lancar. Sedangkan Seno justru merasa bingung dengan Agatha tadi. Dia sontak berdiri dan ingin hendak mengejar Agatha, namun sesuatu menahan langkahnya."Mau kemana kamu? Cepat duduk!" ucap Ayah Seno dengan mencekal tangan.Mendengar itu Seno tak bisa mengelak, dia telah membuat janji terhadap Ayahnya dana akan selalu menuruti ucapan Sang Ayah tanpa membantahnya sedikit pun.Dia sebenarnya masih menganggung malu deng

  • Sekertaris Kesayangan Tuan Seno   Bab 33. Pembelaan Untuk Diri Sendiri

    Tak tahan dengan dirinya selalu saja disebut dan dipandang buruk oleh Pak Broto dan jika dia melawannya pun tak akan menjadi masalah sebab dirinya sudah tak bekerja di tempat perusahaan milik Pak Broto.Wajah Agatha yang terlihat marah besar sontak langsung saja melemparkan Pak Broto dengan segelas air putih yang berada di depan matanya.Byur!Pakaian yang terlihat mewah kini sama di depan mata Agatha ketika melihat sudah lusuh dan basah karena air yang disiram olehnya. "Sebelumnya maaf Pak jika saya melakukan hal yang baru saja saya lakukan. Seharusnya Bapak itu sadar, sudah tua jangan berbuat dosa dengan ucapan yang keluar dari mulut Bapak itu."Sedangkan seorang pria tua yang saat ini berada dihadapan Agatha terlihat marah karena dirinya yang biasa dihormati justru dihina, bahkan orang yang menghina dia adalah wanita bawahan seperti Agatha."Kamu bagi keluarga saya hanyalah debu, sesuatu yang harus dihilangkan atau dibersihkan. Bahkan karena debu seluruh keluarga mendapatkan penyak

  • Sekertaris Kesayangan Tuan Seno   Bab 32. Agatha Aku Mencintaimu!

    Berjalan dengan hati-hati dan tanpa suara agar tak ada yang menyadari kepergiannya. Agatha yang saat tadi berteleponan dengan Pak Seno dan dia sungguh terkejut saat Pak Seno sudah berada di dekat rumahnya. Agatha antara percaya ataupun tidak, namun tak ada salahnya jika dia melihat. Kini dirinya sudah berhasil berada diluar rumah tanpa sepengetahuan siapapun. Udara yang sejuk menusuk kulitnya yang begitu putih dan mulus. Menggunakan pakaian tidur dengan sebuah sendal berbulu."Dimana Pak Seno? Apa mungkin dia hanya berbohong dan mengerjai aku?" tanya Agatha sambil melihat ke berbagai arah. Dia sebenarnya sedikit merasa tak yakin jika Pak Seno benar-benar berada di rumahnya, karena sekarang itu sudah menunjukkan jam satu malam.Agatha yang terus-menerus melihat-lihat dia tersentak kaget saat melihat seorang pria bertubuh tinggi dengan menggunakan topeng badut. Tubuhnya tiba-tiba saja menjadi kaku dan wajahnya terlihat sangat pucat."Siapa kamu?" tanya Agatha dengan gemetar ketakutan.

  • Sekertaris Kesayangan Tuan Seno   Bab 31. Angga yang Berubah

    Entah dibawa kemana dirinya oleh Angga, Agatha benar-benar merasa bingung sebab dia tak kembali pulang ke rumah melainkan ke suatu tempat yang begitu asing baginya."Angga kita kenapa ke tempat ini?" tanya Agatha saat melihat sebuah hotel besar. Dia yang tak tahu jika dibawa ke tempat seperti ini sebab selama perjalanan dirinya tertidur. "Tak apa-apa, kita akan bermalaman yang lama disini!" Angga berucap, namun terlihat dari raut wajah marah Angga, beberapa kalimat yang diucapkan itu melainkan sebuah perintah."Aku menolak Angga, aku ingin pulang!" Agatha menolak ajakan Angga dengan keras.Melihat sang kekasih yang berani membantahnya membuat Angga sungguh kesal.Plak!Tamparan keras mengenai pipi kanan Agatha. "Kenapa menampar aku Angga? Kau berubah!" Teriak Agatha dengan merasa sangat kecewa melihat Angga yang kasar.Selama bertahun-tahun pacaran dulu dia tak pernah melihat Angga bersikap kasar seperti ini, namun sekarang Angga benar-benar dengan berani menampar dirinya."Maaf Agat

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status