Share

Sebuah pesan

Sekar tidak mau memikirkan itu lebih lanjut, dia langsung tersenyum ke arah kedua buah hatinya, Shasa dan Ridho yang baru saja bangun tidur.

"Hei ... Shasa, Ridho ... baru bangun ya? Mama sudah ada di rumah nih ... jadi kalian bermain lagi sama Mama." Sekar mencium kening kedua buah hatinya bergantian.

"Mama-Mama aku laper!" kata Ridho sembari mengusap-usap wajahnya yang masih terasa ngantuk. Lalu menyentuh perutnya yang bersuara.

"Ridho laper? Nanti Mama masakin ya? dan sekarang kalian mandi dulu, biar wangi. Nanti malam kita jalan-jalan oke?" ucap Sekar sambil mengendong Shasa yang masih bermuka bantal.

"Ita, Ma ... jajan eskrim ya!" kata Ridho wajahnya berubah senang.

"Kalau begitu ... saya mau pulang dulu ya? Sekar. Lagian semua pakaian sudah beres kok," kata Mbak Fitri dari tempatnya.

"Oh iya, Mbak ... terima kasih ya? oh ya, untuk gajian bulan ini, em ... mau transfer atau cas aja?" tanya Sekar kepada Mbak Fitri karena kadang-kadang Mbak Fitri minta gajinya di transfer.

"Untuk sekarang ini ... kayaknya cash aja deh, soalnya saya nggak pegang uang sama sekali. Suami juga gak ngasih duit, pusing," jawabnya Mbak Fitri.

"Oh ... kalau begitu ... sebentar ya! aku ambil dulu uangnya! sayang mandi dulu ya nanti Mama masakin nugget, oke?" Sekar menoleh kepada putranya sebelum dia membawa melangkahkan kaki keluar dari kamar tersebut.

Mbak Fitri pun mengikuti langkah Sekar yang keluar dari kamar Ridho

Sekar terus mengayunkan kakinya sembari menoleh ke arah ruang tengah, dimana suaminya masih berada di sana sedang tiduran dan Sekar terus berjalan ke kamar untuk mengambil tas karena dia mau memberi gaji Mbak Fitri.

Ketika Sekar mau keluar lagi, Mbak Fitri sudah berdiri di depan pintu. "Ini Mbak, gaji untuk bulan ini. Terima kasih ya?"

"Sama-sama." Mbak Fitri pun menghitung uang yang dia terima dari Sekar, yang terhitung sekitar 2.5 juta lagian masa kerja pun di saat Sekar tidak ada saja.

"Kenapa, Mbak? kurang bukan uangnya?" tanya Sekar pada mbak Fitri yang bolak balik menghitung uangnya.

"Ach nggak ... pas kok." Jawabnya Mbak Fitri.

Sekar memberikan gaji kepada Fitri sekitar 2.5 juta sebulan, belum kalau nggak ada beras. Nggak ada belanjaan, yang tak ayal dibelikan sama Sekar. Kekurangan uang juga.

Setelah beberapa saat kemudian, Fitri pun berpamitan kepada Sekar dan ketika melintasi Zulfan, Mbak Fitri melempar lirikan yang mengandung arti kepada pria yang berwajah manis tersebut.

Membuat Zulfan diam-diam tersenyum. Dan pemandangan itu sempat terekam oleh memorinya Sekar.

Namun sekar tidak berkata apapun. Melainkan langsung memandikan putrinya Shasa. Serta mau memakaikan baju pada Ridho.

Setelah memandikan Putrinya ... dan semua sudah baunya wangi, Sekar langsung menggoreng nugget untuk Ridho yang katanya dia lapar begitupun dengan Shasa.

"Sekar, aku pergi dulu ya?" Zulfan menenteng jaketnya sambil berlalu.

"Mau kemana, Mas?" tanya Sekar sambil menyuapi kedua buah hatinya.

"Nongkrong sebentar!" jawabnya Zulfan sambil melintasi pintu.

Sesaat Sekar melongo, melihat kepergian suaminya yang katanya mau nongkrong. Padahal sudah sering dia larang.

Saat ini sudah pukul 10.00 malam dan dari sore suaminya belum pulang juga, katanya nongkrong! tapi sampai saat ini belum tampak juga batang hidungnya. Makan malam pun tadi hanya bertiga dengan kedua buah hatinya sambil jalan-jalan di luar.

Sekar menatapi kedua buah hatinya yang sudah tertidur lelap. Sebelum meninggalkannya, Sekar menyempatkan untuk mencium kedua buah hatinya tersebut.

Setelah itu barulah Sekar meninggalkan kamar tempat mereka tidur, dia berjalan ke ruang tengah dan mengintip dari balik jendela ke arah luar! yang tampak sepi dan gelap. Belum juga ada tanda-tanda suaminya pulang.

"Kemana sih? katanya nongkrong, tapi sudah malam begini nggak pulang-pulang. Di telepon juga nomornya nggak aktif! aneh," gumamnya Sekar.

Sejenak perempuan yang memakai gaun tidur dari bahan satin warna silver itu sedikit mondar-mandir, bak setrikaan. Dia tampak gelisah. Gusar, memikirkan suaminya yang entah di mana dia sekarang.

Mau menanyakan kepada teman-temannya, takut dianggap terlalu over protektif, yang akhirnya Sekar masa bodoh dengan cara dia meninggalkan ruang tengah dan memasuki kamar pribadinya.

"Terserahlah mau pulang atau tidak! tapi ke mana juga ya? nggak mungkin nggak pulang? orang bukan lagi kerja kok!" lagi-lagi Sekar bermonolog sendiri sembari menutup pintu kamarnya.

Ting ....

(Sekar, kenapa suami mu dibiarkan begitu saja? sekarang ini dia sedang berduaan dengan Mbak Fitri.)

Itu sebuah pesan dari seseorang yang bernama Mbak Chika. Dia mengatakan kalau suami Sekar, sedang berduaan dengan Mbak Fitri.

Sekar memandangi pesan tersebut dengan perasaan setengah nggak percaya, masa sih ... suaminya berdua sama Fitri malam-malam begini, ada apa? kan Mbak Fitri juga punya suami. Apa dia ... sedang ada urusan? dan kebetulan bertemu dengan Mas Zulfan dan dia mengantarkan nya, suara hati Sekar dengan pelan seraya mengernyitkan keningnya.

Jari Sekar yang bergetar menari di papan keyboard untuk membalas pesan dari Chika.

"Masa sih Mbak? mungkin sedang ada keperluan dan diantarkan sama suami saya," Sekar membalas pesan yang tadi.

Ting ...

(Entahlah, tapi yang jelas mereka sedang berduaan dari tadi sore jalan-jalan. Makanya kamu jangan terlalu percaya dan jangan terlalu baik sama orang,) balasnya Chika kembali.

Sekar sengaja tidak membalas lagi pesan dari Mbak Chika, saat ini dia sibuk dengan pemikirannya sendiri dengan maksud mbak Chika barusan. Dan dia pikir ... apa benar apa yang dikatakan mbak Chika tentang suaminya dan juga Mbak Fitri, pengasuh kedua buah hatinya itu.

Sekar duduk di tempat tidur, membaringkan diri. Pikirannya pun jadi nggak tenang. Yang akhirnya dia hanya mondar-mandir dan sesekali melihat ke arah luar melalui jendela, lalu terdengar suara motor suaminya memasuki garasi.

Sekar buru-baru dan menutupi dirinya dengan selimut, biarkan saja dia masuk sendiri. Orang pintu nggak di kunci.

Zulfan mengayunkan langkahnya. Berjalan memasuki rumah kediamannya tersebut, dan langsung ke kamarnya setelah mematikan lampu ruang tengah. Melihat di atas tempat tidur! sang istri sudah tampak berbaring dan memejamkan matanya.

Membuat Zulfan memelankan pergerakannya! dengan maksud agar tidak mengganggu ketenangan sang istri. Dia membuka semua pakaiannya lalu berjalan ke kamar mandi dengan niat mau membersihkan diri.

Sekitar 15 menit kemudian, Zulfan pun keluar dari kamar mandi dan sudah mendapati sang istri terduduk menatap ke arah dirinya dengan tatapan yang sangat tajam.

"Dari mana Mas? malam-malam begini?" tatap Sekar mengintrogasi sang suami yang tampak segar dan wangi.

"Dari mandi sayang!" jawabnya singkat sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

"Tadi sebelum mandi. Kamu dari mana?" ulangnya sekar kembali dengan nada dingin.

"Oh ... tadi kan sudah ku bilang, aku mau nongkrong!" jawabnya Zulfan dengan santainya.

"Nongkrong di mana? kenapa nomornya nggak aktif? nggak bisa dihubungi, apa terlalu sibuk?" Sekar terus menyelidiki suaminya.

"Aku nongkrong di tempat biasa, di mana lagi? Ponsel ku habis batre nya belum ku charger," jawabnya Zulfan kembali tanpa merasa di curigai.

"Mas, apa enaknya sih nongkrong-nongkrong, kamu itu sudah punya anak lho ... sekiranya sesuatu yang tidak berguna itu tidak usah dikerjakan! tinggalkan saja, daripada nongkrong mending kamu temenin anak!" ucapnya Sekar dengan nada dingin.

"Kan setiap hari juga aku nemen8n anak-anak, ya wajar lah saat kamu ada di rumah aku pergi nongkrong untuk merehatkan otak ini. Pusing di rumah terus, Dek ..." akunya Zulfan tanpa rasa bersalah.

"Kamu merasa pusing karena mengurus anak di rumah? emangnya gimana perannya istri, Mas. Khususnya aku di rumah harus ngurus anak, rumah. Belum di luar harus bekerja menguras otak! emang kamu pikir aku nggak pusing? pusing, Mas. Apalagi ngatur keuangan yang seandainya kekurangan, pusing."

"Eeh, kamu kenapa sih? kan emang aku sudah biasa! aku suka nongkrong? dan kenapa jadi merepet sih pembicaraannya," timpalnya Zulfan sambil berpakaian.

"Iya memang, aku tahu kesukaan mu nongkrong dan sudah sering juga aku larang kamu agar tidak nongkrong! apa gunanya? apa nggak ada sesuatu yang lebih berguna dari nongkrong, Mas? masih banyak kok pekerjaan yang berguna daripada itu." Tambahnya Sekar sedikit menekan ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status