LOGINPernikahan Bayu dan Dona terancam gagal karena kehadiran orang ketiga. Kartika, wanita lugu dari kampung yang mendapatkan tawaran bekerja di rumah Bayu. Tidak menyangka jika Bayu justru terpikat akan sikap dan cara Kartika dalam melayaninya. Keadaan semakin rumit, di hari menjelang pernikahan. Kartika ketahuan telah mengandung anak Bayu.
View More14.25
Ruang rapat, Bhuana Tower Suasana dingin dan tegang menyelimuti selama rapat berlangsung. Tampang mereka tampak serius. Selama lebih dari dua jam rapat berlangsung. Tidak ada satupun dari mereka yang berani memulai dengan guyonan lucu. "Keadaan pasar semakin buruk karena demo kemarin. Saya khawatir, jika keadaan ini terus dibiarkan maka perusahaan bisa bangkrut." "Para investor dari luar juga sudah mulai panik. Bahkan sudah terlihat ada yang menjual semua aset mereka. Semalam saya sudah berkordinasi juga dengan pimpinan untuk mengurangi ekspansi kita di berbagai perusahaan anak cabang, tapi sepertinya itu belum bisa membalikan keadaan jadi baik." "Jadi bagaimana solusi anda Pak? Apa perusahaan harus mengambil langkah terakhir dengan melakukan PHK masal?" Semua orang berubah diam. Kompak menatap depan. Pada seorang pria yang duduk di kursi berbeda dari lainnya. Tatapan wajah mereka banyak memiliki arti. Menaruh harapan besar pada pria itu. Menanti dengan sabar jawaban yang akan diberikan dari semua permasalahan ini. "Huft." Sejenak, Bayu menghela nafas panjang. Sejak datang hingga sekarang ia lebih memilih untuk diam. Menatap kosong pada tumpukan berkas laporan di meja yang menggunung. Tapi bukan berarti ia tidak memikirkan. Bukan berarti juga ia lepas tanggung jawab. Terbukti sejak ia menjabat posisi paling strategis. Selama tiga tahun ini perusahaan sudah banyak melakukan ekspansinya ke berbagai wilayah. Selama ditangannya juga perusahaan banyak memperoleh laba besar. Bayu tetap tenang. Tidak berekpresi meski sorot mata semua orang masih tertuju padanya. Ia memilih untuk bersikap santai. Duduk bersandar pada kursi sambil mengotak-atik ponselnya. * * * Luna Bay Suites, Lantai 30 Drtt drttt drtt Dering ponsel berdering nyaring. Sejenak membuat Kartika menghentikan pekerjaan, melirik cepat ke atas meja. Menatap ke dalam layar putih yang sedang menyala. "Siapa?" Buru-buru ia matikan mesin penyedot debu yang dipegangnya. Menaruhnya dulu lalu berjalan meraih benda pipih tersebut seraya asal mengelap tanganya yang sedikit basah ke baju. 'Hari ini aku pulang lebih cepat dari biasanya. Jadi tolong persiapkan semua.' "Mas Bayu," katanya sedikit terkejut setelah membaca isi pesannya. Tidak biasanya Bayu pulang sedini ini. Biasanya ia akan pulang larut malam atau bahkan tidak pulang. Terkadang memilih menginap di kantor. Kartika masih diam. Mencerna isi pesanya sambil mengetuk-ngetuk ponselnya. Bukannya ia tidak senang. Hanya saja sedikit aneh saja. Ia sendiri juga tidak menganggap ini sebagai beban. Kartika justru dengan senang hati akan melakukannya. Mempersiapkan semua sebelum Bayu datang. "Aku harus cepat-cepat mandi!" serunya tersenyum riang. Bergegas pergi ke kamar untuk mempersiapkan dirinya secara maksimal. Untungnya ia tadi sudah sempat masak. Jadi nanti tinggal ia hangatkan saja. Kartika melenggang pergi, melepas jepit rambut. Rambutnya yang hitam panjang ikut bergoyang ke kanan dan kiri. Bahagianya ia sambil menanggalkan satu persatu pakaian. "Lalalala!" Perasaannya tidak pernah sebahagia ini. Seperti ketiban durian runtuh. Kartika menganggap ini begitu penting dan tidak ingin sampai membuat Bayu kecewa. * * Bhuana Tower "Sintia, tolong kamu reschedule besok pertemuan dengan Pak Pranoto!" "Tapi Pak, ini Pak Pranoto sudah berada di jalan. Sebentar lagi akan sampai-, " sahut Sintia langsung terdiam saat sepasang sorot mata tajam mengarah padanya. Glek! Sintia bisa apa, ia glagapan. Tidak bisa membatah satu pun perintah atasan sekalipun argumennya benar. "Ba-baik Pak. Akan saya jadwalkan besok," gagapnya menunduk takut. Bayu baru menerima jawaban itu. Lekas ia memilih untuk segera pergi. Keluar dari gedung perkantoran. "Siapkan mobil saya sekarang!" tegas Bayu pada seorang staf tanpa memandang orangnya. "Baik Pak!" Pria ini lantas pergi. Tidak begitu lama mobil yang diminta sudah siap di depan lobi. Bayu nyalakan dulu sebatang rokok. Menyesapnya beberapa kali lalu beranjak mengendarai sendiri mobil sport hitam miliknya. Mobil sport terbaru buatan Italia yang baru saja tiba di Jakarta minggu lalu. Baru juga ia pergunakan untuk ke kantor hari ini. Sebenarnya membeli mobil baru ini bukan juga bagian dari whislistnya. Mobil sport ini hadiah ulang tahun dari Dona, sang tunangan. Bayu membawa mobilnya lumayan kencang. Menembus jalanan kota yang masih lengang. Belum terlalu padat seperti di jam-jam pulang kantor. Angin sore itu juga cukup berhembus kencang. Menuip helai rambut Bayu yang sedikit panjang. Dengan gayanya, Bayu duduk di belakang kursi kemudi seraya mengenakan kemeja putih yang lengennya ia gulung setengah. Tidak butuh waktu lama baginya untuk sampai di apartemen yang ia huni kurang lebih satu tahun ini. Bayu bergegas turun. Berjalan memasuki private lift yang terhubung langsung ke unitnya. Ting! Pintu lift terbuka. Di depan sana sudah berdiri Kartika yang sudah siap menanti kepulangannya. Bayu menyunggingkan senyuman. Rasanya beban dipundak hilang seketika saat melihatnya. Tanpa berlama, Bayu mendekat. Langsung memeluk erat tubuhnya. "Kamu cantik Kartika," pujinya berbisik. Tidak luput meninggalkan kecupan hangat di pundak wanita cantik ini. "Terimakasih Mas," sahut Kartika malu-malu dengan wajah merona. Meski tidak sekali ini ia mendapatkan pujian begini. Tapi baginya tetap terasa berbeda jika ucapan itu berasal dari mulut Bayu, pria tampan dengan segudang pesonanya. Juga pria yang sudah selama sebulan ini selalu hinggap dipikiran. Bayu masih ingin begini. Bergelendot manja dalam pelukan Kartika. Mencium wangi tubuh Kartika yang memabukkan. Kartika sendiri juga enggan untuk menyudahi, mendorongnya pergi. Ia membiarkan sampai Bayu sendiri yang beranjak darinya. "Aku kangen saat seperti ini sayang," bisiknya mencumbu belakang telinga. Bayu mulai memanas. Menekan tubuh Kartika ke tembok sambil melepas gaun tipis yang Kartika kenakan. Menyesap setiap inci demi inci tubuh indah itu. "Eumphh!" Kartika mengerang hebat. Merasakan serangan brutal di sekujur area tubuhnya yang sensitif. "Mas jangan disini, aku takut ketahuan Mbak Dona." Kartika seketika ingat, mengepalkan kedua tangan. Menahan serangan Bayu selanjutnya. Tidak nyaman saja melakukan hubungan ini terang-terangan. Terlebih, Kartika belum siap dengan semua konsekuensi yang akan ia hadapi. Bayu hanya tersenyum tipis. Tidak nampak kecemasan sama sekali di wajah. "Tenang saja, Dona tidak akan datang. Hari ini dia ada pemotertan di luar kota," ujarnya. Kembali menekan tubuh Kartika, melanjutkan kegilaannya barusan. "Aaahhh!" erang Kartika menjambak kasar rambut Bayu sambil menggigit bibir bawah. Merasakan gerakan naik turun sang pria.Butuh waktu semalam untuk Dona berpikir tentang semua. Foto itu serta temuan pil kontrasepsi di atas kulkas, semakin menguatkan keyakinan jika ada hubungan gelap antara Bayu dan Kartika. Dona tidak bisa menunda lagi, pagi buta ia bergegas pergi menuju apartemen sang kekasih. Mengendarai mobil Suv putih. Memecah jalanan ibukota yang masih lengang. "Kartika!!" ucapnya marah penuh dendam. Tangan sudah geram ingin menjambak, bibir ini juga tidak berhenti berkata kotor. Dada rasanya begitu sesak, matanya dipenuhi api amarah. Sampai ingin menangis saja tidak bisa. Ingin segera sampai tujuan, menumpahkan semua kekesalannya pada mereka. Dona sedikit tidak awas pada jalanan yang dilaluinya. Emosinya telah menguasai pikiran. Ia tambah laju kendaraan semakin kencang. "Arrggghhh!" teriaknya marah campur frustasi. Memukul kencang stang mobil. * * Luna Bay Suites, lantai 30 "Eumphh..." Kartika menggigit bibirnya erat. Napasnya tetersengal-sengal saat tubuh Bayu bergerak
Orient Park Hotel bintang lima"Turun sini saja Pak," tutur Kartika dari bangku belakang. Sopir taksi menurutinya. Perlahan memelankan laju mobil lalu berhenti tepat di tempat yang Kartika kehendaki. "Terimakasih," ucapnya lagi. Tidak butuh waktu lama, taksi pun kembali berlalu. Meninggalkannya seorang diri di tempat tadi. Kartika berdiri sejenak, menatap lurus ke depan. Mendongakkan kepala, menatap gedung tinggi yang berdiri megah di hadapannya. Bukan hanya satu, dua tapi disekitar distrik ini banyak berdiri megah gedung-gedung pencakar langit. Tempat ini masih terasa asing untuk ia datangi. Bukan juga tempat yang biasa ia kunjungi. Ini semua karena Bayu yang meminta. Bayu yang sengaja meminta untuk datang kemari. Sekedar menemani ngopi atau haha hihi. Kartika mengeratkan jari jemarinya, menentang tas kecil yang ia bawa dari rumah. Tanpa ragu kaki ini melangkah masuk. Melewati barisan para petugas keamanan yang berdiri di depan lobi. Terus berjalan melewati lo
Luna Bay Suites, 19:45 Kartika beranjak bangun dari tempat tidur. Berada di kamar ini membuatnya begitu nyaman. Terlupa jika hari sudah beranjak malam. Kasur berukuran king dengan selimut wol berwarna krem, selalu saja mengundang untuk datang. Terlebih wangi aroma kayu manis dan vanilla samar-samar menguar dari lilin aromaterapi yang semakin membuat tempat ini terasa hangat. Kartika palingkan dirinya dari sana. Memunguti satu persatu pakainnya lalu memakaikannya kembali ke badan. Sementara, Bayu masih berada di kamar mandi. Menyegarkan kembali tubuhnya setelah senam jasmani. Kartika bisa melihatnya, karena sekat kamar mandi hanya berupa kaca transaparan. Sesekali Bayu kepergok melempar senyum sambil melambaikan tangan pada Kartika yang ada di luar. Kartika menoleh, membalas senyum dan lambain tangan. Sementara Bayu masih berkutat di dalam sana. Kartika berkeliling dulu dalam kamar. Menata barang-barang yang berserakan serta menata foto-foto milik Bayu saat masih duduk di ba
"Bawa saja ini. Alamatnya sudah tertera jelas disitu. Nanti begitu sampai stasiun, kamu hubungin saja temanku. Dia yang akan mengantarmu ke tempatnya." Kartika mengangguk paham saja. Berbekal kartu nama dan beberapa helai salinan baju. Ia nekat pergi bekerja di kota. Tidak mudah memang, tapi ia tidak punya pilihan lain. Minim pendidikan dan juga skill. Hanya pekerjaan ini satu-satunya yang ia bisa lakoni. Kartika sudah sampai pada alamat tujuan. Menunggu di luar, berdiri di ambang pintu masuk unit apartemen. Sambil memegang selembar kartu nama yang diberikan seorang teman."Jadi kamu orangnya?" Kartika tertegun sewaktu mendengar suaranya. Mengangkat wajah perlahan, menatap kagum pada pria yang berdiri di depan. Suaranya sarat kesan seksi dan menggoda. Tidak berhenti sampai disitu saja, kaos tipis sedikit basah serta celana pendek yang pria ini kenakan. Turut membuatnya sampai menelan ludah. "Iya, saya Kartika." Kartika berbicara cepat sambil mengulurkan tangan kanan. "Aku Bayu.


















Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.