Share

Bertolak

"Untuk sekarang ini, tolong berikan saya ruang. Untuk sendiri dulu, saya pusing dengan keadaan yang ada." Zulfan menyingkirkan tangan Fitri dari wajahnya.

"Terus gimana dong? Kita gimana Mas ..." Fitri tampak risau menatap wajah manisnya Zulfan yang bikin ia selalu rindu pada pria itu.

"Saya kan sudah bilang, berikan saya ruang dulu di saat masalah saya ini belum selesai." Zulfan pun beranjak dan lantas pergi meninggalkan Fitri yang tampak kebingungan.

"Mas, jangan pergi dulu!" panggil Fitri sambil hendak menyusul Zulfan yang kini sudah menaiki motornya. Hatinya merasa kesal, belum selesai bicara sudah pergi saja tuh orang.

*****

Sekar Andini, usia 28 tahun tengah duduk di atas sofa sambil menatapi foto pernikahannya dengan sang suami yang bernama Zulfan.

Lalu dia beranjak dari duduknya, meraih tas kerja lalu berpamitan pada sang suami dan kedua buah hatinya yang sudah dia mandikan terlebih dahulu, agar pengasuh nya datang itu kedua buah hati sudah wangi dan rapi.

"Aku pergi dulu, Mas." Dia mencium tangan sang suami penuh hormat.

"Iya, Dek ... Hati-hati bawa mobilnya, jangan ngebut-ngebut." Balas Zulfan sambil menggendong Shasa, putri bungsu mereka.

"Oke, muahc! Yang anteng ya sayang!" Sekar mencium pipi Shasa yang gembul. Kemudian mencium pucuk kepala Ridho. Setelah itu sekar pun pergi meninggalkan rumah dan penghuninya.

Selama ini, karena suaminya hanya sebagai kuli bangunan yang kadang kerja terkadang nganggur. Makanya Sekar harus berinisiatif untuk membantu perekonomian, demi kelangsungan hidup. Namun apa yang terjadi setelah sekian lama dia membina rumah tangga dan membagi tenaga juga pikirannya. Terdengar suara hembusan yang mengganggu pikirannya.

Sudah sekitar 7 tahun Sekar Andini dan Zulfan berumah tangga dari hidup serba kekurangan, tinggal di ngontrak, dihina orang ... sempat tidak menemukan makan karena nggak punya uang sama sekali. disisihkan juga sama keluarga.

Sampai pada akhirnya ... Sekar dan Zulfan dengan perlahan kehidupan mereka meningkat, keduanya hidup lumayan dan berkecukupan serta mempunyai rumah sendiri bahkan kendaraannya juga.

Motor Vixion yang selalu di pakai Zulfan dan satu mobil sebagai alat transportasi buat Sekar keperluan dan itu kebanyakan hasil dari kerja kerasnya Sekar yang demi merubah perekonomian keluarga. Hingga akhirnya Sekar menjabat sebagai manajer di sebuah perusahaan ternama.

Sekar dari mulai karyawan biasa di sebuah perusahaan, sampai saat ini menjabat sebagai manajer penjualan. Namun suaminya tetap saja menjadi seorang kuli bangunan dan Sekar tidak mempermasalahkan itu, karena dalam soal ekonomi dia pun bisa membantu! yang penting suaminya sayang, tanggung jawab dan perhatian kepada istri dan anak-anak. Itu saja sudah cukup bagi Sekar.

Meskipun perkawinannya bersama Zulfan itu sangat di tentang oleh orang tuanya Sekar, karena menurut mereka apa yang bisa diharapkan dari seorang Zulfan? yang hanya seorang kuli bangunan! sementara Sekar seorang anak dari keluarga yang lumayan mampu dan dia pun lulusan sarjana.

Menjadikan hubungan antara keluarga pun tidak terlalu akur alias tidak harmonis dan kadang terasa lebih asing atau dingin dan cuek satu sama lain.

Sekitar sore hari, Sekar baru pulang dari kerjaannya dan di rumah. Kedua putra dan putrinya yang baru berusia ... Ridho 6 tahun dan yang satu Shasa baru tiga tahun. Mereka berdua setiap harinya di asuh oleh tetangganya sendiri yang bernama Mbak Fitri.

"Assalamu'alaikum ..." suara Sekar yang memasuki pintu utama dan kedua manik matanya Sekar sempat melihat, kalau Mbak Fitri keluar dari kamar pribadinya. Tentunya kamar Sekar bersama suami

Mbak Fitri usianya di atas Sekar lebih tua. Dan dia mempunyai suami dan juga anak-anak, karena mulanya kekurangan ekonomi. Dia mengasuh buah hatinya Sekar.

Karena sudah lama mengasuh anak-anaknya Sekar, sehingga mbak Fitri sudah seperti saudara bagi Sekar. Makan dan minum pun kadang satu wadah yang sama.

Kebetulan anak Mbak Fitri yang paling bungsu usianya sudah di atas 8 tahun, menjadikan dia bisa mengurus kedua anak Sekar lebih leluasa.

Sebenarnya Sekar tak ada masalah dia keluar masuk kamarnya, kalau suaminya, Zulfan sedang tidak ada. Karena memang kadang Mbak Fitri pun sering tiduran di kamar tersebut jika suaminya Sekar sedang bekerja di luar.

Jadi sekalian Mbak Fitri juga menemani Sekar dan anak-anak. Kalau Zulfan sedang tidak pulang ke rumahnya! karena kebanyakan setiap hari pun Mbak Fitri pulang, karena masa kerjanya Fitri hanya di saat Sekar sedang bekerja saja.

"Wa'alaikum salam ... baru pulang sayang!" jawab salam dari suami Sekar yang baru saja keluar dari kamar yang tadi Mbak Fitri keluar juga dan ngeloyor ke dapur.

"Capek nih ... anak-anak mana?" tanya Sekar sembari mencium tangan suaminya dan suaminya pun tidak lupa mencium kening sang istri.

Kebetulan Berapa hari ini pun suaminya sedang nganggur tak ada kerjaan jadi dia berada di rumah. Kegiatannya paling mengantar Ridho ke sekolah yang kini kelas datu sekolah dasar.

"Anak-anak masih tidur dan Shasa ... dia agak rewel hari ini!" ucapnya sang suami sembari mendudukan dirinya di sofa.

Kedua manik mata Sekar memperhatikan ke arah suaminya, apakah ada yang mencurigakan atau biasa saja.

Di luar, Sekar mulai mendengar desas-desus tentang pengasuh bersama suaminya, Zulfan. Kata tetangga Sekar ... jangan terlalu percaya sama pengasuh kamu itu, siapa tahu dia ada main dan ada niat lain terhadap suamimu! kan siapa tahu aja, toh kamu jarang berada di rumah.

Suara-suara seperti itu mulai sering terdengar dan sampai ke telinga Sekar sejak lama. Namun tidak sekali pun Sekar dengar, ia percaya kalau suaminya bukan sosok seperti itu dan mbak Fitri pun orangnya baik apalagi dia punya suami dan anak. Gak mungkin lah.

Sebelum pergi ke kamar, Sekar mendudukan dirinya di samping sang suami. "Em ... barusan Mbak Fitri habis ngapain ke kamar Kita?"

"Ha?" Zulfan tampak kaget.

"Kalau suami ku lagi nggak ada sih ... nggak masalah bagi aku. Mbak Fitri sekalipun tiduran di sana, tapi ini masalahnya ... suami ku ada di rumah dan sama-sama berada di kamar!" ucap Sekar menatap curiga.

"Ha? dia ke kamar! kapan? nggak ada ach." Elaknya sang suami dengan wajah yang agak-agak gugup.

"Barusan! aku lihat Mbak Fitri dari kamar kita, apa kamu tidur ya?" sambungnya Sekar dengan tatapan yang sangat lekat sama suaminya.

Dan Zulfan berusaha menutupi rasa gugupnya dengan mencoba tersenyum manis ke arah sang istri lalu berkata. "Oh iya, aku tidur, iya. Huam ..." Zulfan pura-pura menguap. " Mungkin dia mengambil sesuatu miliknya Shasa! tadi sempat bermain di kamar, iya bener! paling seperti itu!" Zulfan mengangguk.

Sekar menghela nafas dalam-dalam. "Oh gitu ya!"

Kemudian sekar beranjak dari duduknya berjalan ke kamar dan ingin membersihkan diri terlebih dahulu sebelum menemui anak-anaknya yang katanya masih tidur.

"Mau kemana?" tanya Zulfan menatap sang istri.

"Mau mandi lah!" jawabnya sembari terus berjalan.

Sekar mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamar. Rasanya nggak ada yang aneh sih tetap rapi.

Kemudian Sekar berjalan mendekati tempat tidur, setelah menyimpan tasnya di atas meja. Lalu dia menyentuh tempat tidurnya. "Tempat ini tampak rapi tidak terlihat bekas dipakai, sekalipun anak-anak." Gumamnya Sekar.

Namun instingnya terlalu kuat, sehingga dia merasa ada yang mengganjal. Ada bau-bau sesuatu Apa ... gitu? sekalipun bau pengharum ruangan namun begitu terasa menyengat.

"Bau apa sih! Aneh sekali bahunya, berasa tidak asing sih." Namun pada akhirnya perasaan itu diabaikan, dia langsung mengambil handuk dan membuka lemari untuk mengambil baju ganti, lalu dia berjalan ke kamar mandi gegas membersihkan dirinya di sana.

Tidak lama di dalam kamar mandi, Sekar pun segera keluar lalu merapikan diri di depan cermin, tidak lupa menyemprotkan minyak wangi ke seluruh tubuhnya. Kemudian menyisir rambut agar tampak terlihat rapi.

Setelah itu ... Sekar pun keluar dari kamarnya dan langsung menuju kamar anak-anak. Dimana Mbak Fitri pun berada di sana sedang melipat pakaian anak-anak dan dibereskan nya ke dalam lemari.

"Eeh Sekar dah pulang?" sapanya Mbak Fitri kepada Sekar.

Mbak Fitri memang memanggil Sekar dengan panggilan nama saja, nggak aneh-aneh.

"Sudah. Mbak, dari setengah jam yang lalu! Oh iya Mbak ... tadi aku lihat Mbak dari kamar ku, habis ngapain? maksud aku ngambil apa?" Sekar menatap ke arah Mbak Fitri.

Mbak Fitri tampak sedikit gugup. "It-itu ... ngambil eh bukan! tadi ... Mas Zulfan memanggil Mbak, katanya pengen di panggilkan tukang dipijit, tapi Mbak bilang nanti aja sama suami Mbak, kalau pulang, di suruh datang ke sini untuk memijat mas Zulfan!" jawabnya Mbak Fitri.

Sekar terdiam, memikirkan jawaban Zulfan dan Mbak Fitri yang bertolak belakang, entah mana yang bener?

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status