Share

18. Masih Kuliah?

Author: Arthamara
last update Last Updated: 2025-08-04 08:57:43
Doni dan perempuan itu berbagi minuman.

Seperti merokok, Doni mengenal alkohol juga setelah KKN. Dan, selalu membutuhkan di saat level galaunya lebih tinggi.

“Masih kuliah?” Tanya Doni memecah keheningan. Dia sudah meminum 2 gelas cocktail alkohol tersebut.

Perempuan melirik sinis. “Penting kah?”

Doni menghela napas panjang, merasa pertanyaan itu seperti bumerang yang baru saja dia lempar lalu kembali padanya.

“Aku masih kuliah. Sebenarnya aku sudah bosan kuliah. Dari SD aku selalu diminta berprestasi, ranking satu, juara ini dan itu! B4ngsat!” Doni mulai bercerita.

Dia memang penganut faham ‘bercerita dengan orang yang tidak dikenal lebih aman. Dari pada bercerita dengan orang dekat.’

“So?” perempuan itu menyahut.

“Iya aku bosan. Kenapa aku harus selalu menuruti omongan orang tua. Harus ini lah, itu lah, gak boleh ini lah, banggain ortu lah. Lulus cepat, kerja yang bagus! Padahal…”

Doni terdiam, dia menuangkan minuman itu ke gelas lagi. Lalu meminumnya. Lalu dia menuangkan mi
Arthamara

Duh, Don kenapa melakukannya.

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Donita Syihabuan
nah tuh aparatemen mewah
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Semua Perempuan Itu Mengejarku   30. Erna

    Entah jam berapa Doni akhirnya menyerah pada kantuk. Yang dia ingat, alarm ponselnya sempat meraung, mengingatkan jadwal pertandingan Real Madrid—klub kesayangannya sejak SMA. Sambil rebahan, ia memaksakan diri menonton. Gol demi gol lewat seperti mimpi setengah sadar, sampai akhirnya layar TV buram di matanya.Pagi datang tanpa ampun. Riuh suara pintu dibanting, tumit sepatu beradu lantai, dan tawa bercampur omelan dari lorong apartemen menyeretnya kembali ke dunia nyata. Dia mengerjap, menatap jam dinding. Pukul 06.20. Tidak ada waktu bermalas-malasan.Hari ini, bimbingan dengan Prof. Anas dijadwalkan pukul delapan. Tidak boleh terlambat jika ingin proposalnya di-acc minggu ini. Pekan terakhir—satu-satunya kesempatan untuk bisa mendaftar seminar dan lulus 3,5 tahun seperti janji yang ia lontarkan pada orang tuanya.Air dingin dari shower mengalir di tubuhnya, mengusir sisa kantuk. Tapi pikirannya tidak hanya sibuk mengingat poin-poin proposal. Bayangan pertemuan terakhir dengan Prof

  • Semua Perempuan Itu Mengejarku   29. Salah Apartemen

    Doni tiba di kafe Flexibility Senja. Ada sedikit kegaduhan di hati yang menganggu. Tentu karena kejadian barusan. Kata orang, jangan berangkat kerja saat suasana hati tidak baik, nanti kerjaan aka terganggu.“Itu hanya mitos!” pekik Doni, dia melangkah pasti ke kafe. Sebagaimana keterangan Erna sebelum dia mendaftar, karyawan part time akan bekerja menjadi dua shift. Shift pertama dari pukul 13.00-17.30 dan shift kedua masuk dari pukul 18.00-22.00 atau sampai kafe tutup. Kali ini Doni mendapat shift kedua.“Don..” sapa Erna dari area dalam. Dia masih membawa baki. Berlari kecil menghampiri Doni.“Kak Erna, sudah dari tadi? Ini baru jam 17.20, loh.” Ucap Doni setelah melihat jam ditangan.“Erna! Jangan kak! Aku disini dari jam 17.00 Don, sampai nanti malam. Ayo, ke kantor manajer dulu. Ketemu sama Kak Kevin buat tanda tangan kontrak dan daftarin sidik jari kamu di mesin absensi. “ Kata Erna ceria, seperti biasa.“Susah, biarin ah. Ayo, mana ruangannya.” Jawab Doni, semangat.“Tuh, rua

  • Semua Perempuan Itu Mengejarku   28. Jangan Dipegang

    “Apa yang sudah kamu lakukan Don? Kamu menciumku?”Doni memandang lama ke Erna. Ingin rasanya mengulanginya lagi, pipi Erna empuk bagai bayi 4 tahun. Semakin besar gaya tekan yang diberikan, semakin kuat pula gaya dorong yang diberikan. Namun dia urungkan, setelah mendengar perkataan Erna barusan.Dalam posisi demikian, badannya tetap berada diatas, menindih Erna setelah tidak sengaja jatuh bersamaan sebelumnya. Belum ada niatan dia bangun dari posisi intim tersebut.“Kamu beneran menciumku, Don.” Erna kembali meminta penjelasan Doni.Doni sedikit kaget,”Hah? Maaf kak, kebawa suasana”.Erna hanya mengangguk pelan. Netranya fokus ke atas, menatap wajah Doni yang hanya berjarak beberapa centimeter saja. Dalam posisi demikian dia bisa menghirup aroma sabun dari tubuh Doni yang memang baru saja selesai mandi. Demikian juga berlaku ke Doni. Sejenak, keduanya beradu pandang.Hening. Hingga semua seperti bubar sekejap terdengar derap langkah yang mendekat. Itu adalah suami Alisha, orang y

  • Semua Perempuan Itu Mengejarku   27. Apa yang Kamu Lakukan?

    Doni membuka mata. Melepas kubangan mimpi yang selama 7 jam mengitari hidup. Menatap sekilas. Tiada Chika disana. Hanya dia seorang.“Biasanya semua sudah rapi, makanan sudah siap.” Gumam Doni. Dia merasa kehadiran Chika di apartemen seolah menjadi bagian hidupnya. Dia seperti sudah biasa ada Chika disana. Berbagi kamar mandi, atau saling mencicipi masakan. Padahal mereka hanya tinggal bersama kurang dari satu minggu.Setelah mengambil handuk yang menggantung di samping kamar mandi, dia membasahi dirinya laiknya seorang pendosa akan semua serapah dalam keseharian. Busa sabun, shampo sampai pasta gigi kini menghanyutkan dosa yang bisa dibuang dalam keseharian.Suatu kebiasaan yang kerap dia lakukan, tidak mengenakan apa-apa saat keluar dari kamar mandi. Lalu berjalan santai menuju tumpukan baju di lemari.Tok..tok..tokDoni menoleh. “Siapa pagi-pagi gini ketuk pintu sih?” Dia segera mengenakan pakaian dan membuka pintu tersebut. Seorang perempuan sebaya, masih mengenakan handuk di ramb

  • Semua Perempuan Itu Mengejarku   26. Kembali Sendiri

    “Akhirnya ketemu kamu ya? Selama ini kamu tinggal dimana? “ Bentak Reno pada Chika yang sedang meletakan plastik berisi baju yang selesai di laundry. Itu adalah baju Doni. “Apa pedulimu? Mengapa sekarang kau mencariku, hah? Kau kalah judi lagi bukan! “ Chika mulai melawan. “Omonganmu memang iblis! “Chika tertawa, “Raja iblis menyebut pelacur di depannya iblis? Kau lupa kalau omonganmu yang lebih kejam padaku selama ini? “Reno mencengkram mulut Chika dengan tangan kirinya, “Kalau kau pelacur, lalu aku pengguna jasa pelacuran seperti itu? Jangan sebut kata itu lagi di depanku! “Chika segera menyingkirkan cengkeraman tangan Reno. Matanya melotot, “Bukankah benar demikian adanya, Mas? Kau yang memberikanku pada teman-temanmu untuk melayani mereka kalau kau kalah di meja judi! Apa bedanya aku pelacur di lokalisasi dengan di apartemen ini! “Reno memang membenci kata pelacur dan dia tidak menyukai kalimat itu. Dia memang pemabuk dan suka judi, tetapi dia tidak pernah bermain wanita. “

  • Semua Perempuan Itu Mengejarku   25. Siapa Sebenarnya

    Doni segera masuk ke dalam apartemen Sylvi. Nampak di depannya, perempuan itu terluka cukup parah dibagian muka. Baik kening, pipi, dagu hampir seluruh wajah. "Kamu udah gilak ya? habis ngapain sih, bisa berdarah separah ini. " Dia sekonyong-konyong menggendong tubuh ramping Sylvi ke ranjang. Bau alkohol tercium sangat kuat dari jarak yang hanya beberapa centimeter itu. "Kamu habis dari bar? mabuk dan nabrak? " Doni seperti bermonolog. Orang di depannya itu tidak bereaksi sama sekali. Melihat dari luka di tubuh Sylvi, Doni bisa memastikan cewek ini nyetir sendiri dan nabrak. Jika, luka penumpangnya separah ini. Mobil yang dikendarai mungkin bodi depannya sudah tidak terbentuk. "Untung kamu masih pakai sabuk pengaman, kalau gak udah one by one dengan penjaga gerbang neraka. " kata Doni lagi pelan. Dia berkata demikian, karena memang yang terluka parah adalah wajahnya Sylvi. Dia melepaskan pakaian yang dikenakan Sylvi, mengganti dengan baju yang dia ambil dari tumpukan di dalam alm

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status