Home / Young Adult / Senandung Masa SMA / Bab 5 Mantan Pacar

Share

Bab 5 Mantan Pacar

Author: Arumi Sekar
last update Huling Na-update: 2021-09-22 10:02:06

Tak banyak yang tahu kalau Ayla sekolah di SMA Negeri B Tebet karena andil kedua orangtuanya. Sebenarnya nilai ujian Ayla tak mencukupi untuk masuk ke sekolah tersebut. Namun, karena Ayla bersikeras untuk sekolah di sana, mau tak mau, Mama Papanya membantunya untuk masuk lewat “jalur khusus” yaitu jalur perkumpulan orangtua dengan sumbangan pembangunan di luar nominal yang disepakati oleh Dinas Pendidikan.

Tak perlu status kaya atau miskin, yang penting bisa menyediakan sejumlah uang sebagai jaminan sumbangan pembangunan. Nominalnya bervariasi, mulai dari 20 hingga ratusan juta, pihak sekolah bisa menerimanya. Dan siswa yang melewati jalur tersebut akan auto lolos, tanpa melihat nilainya yang mungkin jauh dari sistem perangkingan SMA yang masuk lewat jalur umum.

Selain semua hal itu, ada rahasia lain kenapa Ayla bersikeras masuk ke sekolah ini. Beberapa orang bisa menebaknya dengan benar. Semuanya karena Anton. Anton adalah mantan pacarnya saat SMP, dengan nilainya yang cukup tipis berhasil masuk dan bersekolah di sini.

Anton sendiri, setelah putus dengan Ayla, sebenarnya selalu gagal saat berniat mendekati cewek lain. Selalu saja Ayla menghalangi langkahnya. Entah dia menyebarkan rumor atau dia yang turun langsung menghadapi gebetannya, mempengaruhi mereka agar tidak menghiraukan Anton. Sehingga, Anton bertekad, dia akan mendekati cewek lain yang tidak dikenal Ayla saat nanti SMA. Apalagi SMA ini penuh dengan senioritas, yang pastinya akan membuat Ayla tidak bertingkah seenaknya.

Setidaknya, itulah yang membuat keduanya masih belum move on satu sama lain.

*************************************************************************

Dalam waktu singkat, pengurus kelas 1-3 terbentuk dengan cepat. Gara-gara Praja, Matari didapuk menjadi sekretaris. Praja sendiri, terpilih menjadi wakil ketua kelas, karena kalah dari Dinda, yang sekarang menjadi ketua kelasnya. Namun, karena Praja merasa terpaksa sejak awal, dia terkadang menyuruh Beno atau Hafis untuk menggantikan posisinya. Dinda yang cuma bisa pasrah, akhirnya menurut saja, yang penting tugas mereka beres.

“Eh, istirahat temenin gue dong,” kata Praja ke Matari.

“Ke mana?” tanya Matari.

“Ngumpulin berkas-berkas ekskul. Sama itungin nih, udah semua kumpul belum?”

Matari mendengus.

“Tolong-nya mana?”

“Tolong, Matari yang baik hati….”

Matari menghitung semua lembaran ekskul milik teman-teman sekelasnya. Sudah sesuai jumlah kelas mereka, 40 siswa.

“Sudah lengkap, Bos!”

“Bagus, anak buah. Yuk kita ke ruang guru. Guru mapel Matematika belom dateng kan?”

“Belum sih kayanya. Ya udah ayok!”

Setelah izin ke Dinda, Praja dan Matari berjalan beriringan ke ruang guru. Hampir tiga perempat lembar kertas dibawa seluruhnya oleh Matari. Praja hanya jalan santai disebelahnya membawa beberapa lembar saja.

Malas berdebat, Matari bersenandung menuju ke ruang guru.

“Lagunya Simple Plan ya?” tanya Praja.

Matari hanya mengangguk sambil tetap bersenandung.

“Suka juga lo?”

“Lumayan, dikenalin sama sepupu gue.”

“Eh iya, gue denger sepupu lo sekolah sini juga? Yang mane sih?”

“Sandra namanya, nanti gue tunjukin kalau ketemu.”

“Kelas 1 apa?”

“1-9.”

“Beneran? Cocok kalo gitu!”

“Hah, apaan sih?”

“Nanti lo pura-pura pinjem apa gitu sama sepupu lo ya?”

“Pinjem apaan?”

“Penggaris kek, jangka kek, apalah terserah lo!”

“Emang kenapa?”

“Nanti gue ceritain kenapa.”

Setelah mereka mengumpulkan dokumen ekskul pilihan siswa ke ruang guru, Praja memaksa Matari untuk terus mengikutinya menuju kelas 1-9.

Praja mendorong Matari untuk memanggil Sandra keluar. Kelas 1-9 masih belum ada guru yang datang. Makanya, Matari bisa masuk seenaknya.

“Kenapa lo?” tanya Sandra saat melihat Matari datang bersama seorang cowok bertopi baseball.

Sandra bisa menebak, itu adalah Praja, teman sebelah Matari yang sering diceritakannya di rumah. Meskipun berjerawat, Praja adalah sosok cowok yang good looking. Nggak ganteng sih, tapi style-nya oke juga.

“Eh Pipit duduk di sebelah mana?” tanya Praja sok kenal pada Sandra.

“Pipit?” sahut Sandra.

“Iya, Pipit, yang rambutnya potongan cowok,” jawab Praja.

“Pitaloka maksud lo?” tanya Sandra.

“Iya, Pipit kan panggilannya?” seru Praja lagi.

“Tuh dia, baru kelar dari toilet kayanya,” jawab Sandra sambil menunjuk pintu masuk kelas mereka.

Matari memperhatikan cewek yang ditunjuk Sandra. Pipit atau Pitaloka ini adalah cewek kurus bertubuh setinggi dirinya dan berambut cepak ala-ala pixie models. Wajahnya yang mungil dan manis tampak sempurna dengan giginya yang bertaring lebih panjang dibanding orang lain pada umumnya.

“PRAJAAAA! NGAPAIN LO?” seru Pipit heboh.

“Nih mau pinjem jangka, ya kan, Ri, San?” sahut Praja tergagap.

Matari dan Sandra cuma bengong. Tapi Praja buru-buru mengambil jangka milik Sandra yang ada di atas mejanya untuk menyempurnakan alibinya.

“Oh, gitu, eh guru kita udah deket, buruan balik!” kata Pipit.

Praja dan Matari tak sempat menyudahi percakapan mereka dengan Sandra maupun Pipit dan akhirnya bergegas keluar. Karena terburu-buru, Matari tak sengaja menyenggol bahu seorang cowok berkulit pucat yang terburu-buru masuk ke dalam kelas 1-9.

“Sorry, sorry!” kata Matari dan cowok itu hampir bersamaan.

Namun mereka tak memperpanjang lagi, karena guru kelas 1-9 berikutnya sudah berdiri di depan pintu.

“Eh lo tahu nggak, cowok yang lo tabrak tadi, itu mantannya si Ayla,” kata Praja.

“Oh ya?” tanya Matari kaget.

Kaget karena dua hal. Soal Anton itu sendiri dan satunya lagi, dia tak menyangka Praja banyak tahu soal kehidupan Ayla.

“Namanya Anton. Dulu mereka 1 SMP,” sahut Praja sambil berjalan cepat melewati kelas demi kelas menuju ke kelas 1-3.

Matari menarik napas. Tampaknya yang harus satu sekolah dengan mantan pacar bukan hanya dirinya saja. Ada sedikit rasa simpati yang tumbuh pada Ayla karena mereka senasib.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Senandung Masa SMA   Epilog

    Dentingan alat musik keyboard mengalun pelan. Matari tahu itu intro lagu Hoobastank-The Reason. Tak seperti versi aslinya, ada intro tambahan panjang dari gitaris klasik setelahnya.Café rumahan yang tak terlalu besar di bilangan Jakarta Selatan, yang sebagian besar bertema outdoor, memamerkan sound system-nya yang minimalis tapi berkualitas. Café itu penuh dengan siswa-siswi kelas 11 IPS 1, yang salah satu siswinya mengubah café sedemikian rupa sehingga bisa menampung kurang lebih 50 orang.Matari baru tahu, Priscilla punya café rumahan kecil di depan rumahnya. Ulang tahun sweet seventeennya kali ini, diadakan di café rumahan miliknya sendiri. Waitress-nya saja terbatas, karena dari kalangan keluarga sendiri.“I'm not a perfect person… There's many things I wish I didn't do…,” si vokalis mengawali dengan suara yang mirip-mirip penyanyi aslinya, serta merta mem

  • Senandung Masa SMA   Bab 183 Calm Down

    Entah bagaimana Arai dan gengnya menyelesaikan permasalahan mengenai Sindhu. Namun, seminggu kemudian, Sindhu masuk dengan beberapa plester serta perban di wajah dan kakinya, setelah sebelumnya dia tak masuk 2 hari. Dia mengaku jatuh dari sepeda motor yang dikendarainya. Tapi Matari tahu, itu ulah Arai dan para cecunguk GWR.Yang lebih menakjubkan, Sindhu sudah tak berani menatap Matari secara terang-terangan. Sesekali jika kepergok, dia langsung memalingkan muka. Dia juga berubah menjadi lebih pendiam dan tak banyak omong seperti sebelumnya.“Rai, lo apain sih dia?” tanya Matari saat jam pelajaran olahraga berlangsung.Arai yang sedang menunggu giliran sepakbola, hanya tertawa-tawa.“Udah gue bilang kan, kalo permasalahan kandang sendiri mah nggak akan ketahuan. Gue jamin,” jawab Arai mengambang.“Dia bilangnya jatuh dari motor, itu beneran?” tanya Matari.“Ya enggaklah.”“Trus?&r

  • Senandung Masa SMA   Bab 182 Cerita Arai

    Setelah menceritakan semua yang dia dengar dari Daffa, wajah Arai tampak konyol. Dia malah setelah itu tertawa-tawa. Gigi taringnya, yang dulu menarik, sekarang terlihat menyebalkan bagi Matari.“Tenang, Ri. Tenaaaang aja. Gue mau kasih tahu kabar mengejutkan soal dia buat lo,” kata Arai kemudian.“Apaan tuh?” tanya Matari.“Kalo ada tambahan cerita gini, gue jadi ikutan pengen mukulin dia.”Matari tampak bingung. Arai kemudian melanjutkan bicara.“Jadiiii, anak-anak GWR itu mau mukulin dia udah lama. Kayanya sih minggu depan bakalan mukulin dia.”“Hah? Rame-rame?”“Iya, tapi aslinya tetep 1 lawan 1 lah, cuma emang kita dateng bareng-bareng. Mukulinnya gantian aja.”Matari bergidik takut.“Hei, udah biasa kaya gini di geng gue. Target sekolah lain emang lagi dipending dulu, mengingat kita diawasin banget kan sekarang sejak desas-desus peredaran

  • Senandung Masa SMA   Bab 181 Curhatan Matari

    Matari menghela napas, saat malam minggu itu, Arai untuk kesekian kalinya muncul lagi di rumahnya. Hebatnya, Tante Dina sekarang akrab dengannya. Bahkan Ayah, juga secara terang-terangan menyapa dengan lebih ramah seperti saat menyapa teman-teman perempuan Matari.Ayah bahkan tak pernah ramah pada Iko, tetangganya. Ataupun Praja, yang dulu sering mengantarkannya perempuan.“Elo kenapa tobatnya pas udah putus, bego? Nggak inget lo dulu nggak berani masuk ke sini?” ledek Sandra yang akan pergi bermalam mingguan dengan Cakra, seperti biasanya.“Diem aja lo bawel! Kan gue udah sering bilang, kalo statusnya temen, lebih santai,” jawab Arai membela diri.Matari cuma terkekeh dan memberikan asbak pada Arai. Cowok itu sedang merokok di sudut teras.“Auklah, gelap! Gue ke sebelah dulu ya, mau fotokopi dulu. Si Cakra nanti ngejemput di situ. Gue udah bilang nyokap sih, Ri,” kata Sandra sambil membuka pagar.Matari m

  • Senandung Masa SMA   Bab 180 Kejuaraan Basket Antar Sekolah

    Seluruh SMA Negeri dan Swasta yang mendaftar, akan datang bertanding di sekolah Matari secara bergantian merebutkan piala Basket antar SMA se-DKI. Seperti biasa, untuk acara pembukaan, banyak ditampilkan acara-acara penghibur seperti tari tradisional, paduan suara hingga cheers yang Bersatu dengan para breakdancer.Dari tempat duduk penonton, Matari bisa melihat bahwa Sindhu cukup mahir beratraksi meskipun tubuh cowok itu tak setinggi yang lain. Mengingat proporsi tubuhnya juga tambun.“Gue kaya liat bola hidup lagi beraksi tahu nggak?” ledek Kian berbisik pada Matari.Matari cuma tertawa kecil. Matari sejujurnya tak terlalu fokus. Karena acara ini, dia sebenarnya juga didapuk jadi panitia bergabung dengan para volunteer dari sekolah lain.Namun, karena dia ditunjuk ambil bagian di keamanan acara, tugasnya hanya mondar-mandir di area penonton, area sekitar lapangan, area luar dan lain-lain. Patrolilah istilahnya.“Gue patrol

  • Senandung Masa SMA   Bab 179 Cerita Daffa di Siang Hari

    Jam kosong hadir setelah sekian lama. Matari dan teman-teman di kelasnya bergiliran ke kantin untuk diam-diam membeli makanan. Sesuai arahan Daffa, agar pergi tak bersamaan dan cepat kembali. Berjaga-jaga kalau ada guru piket yang datang mengecek tugas yang diberikan.Dalam beberapa hal, Matari sudah mulai enjoy ada di kelas ini. Meskipun saat istirahat, dia akan nongkrong dengan Praja cs, namun, kelas ini tak terlalu buruk, meskipun Sindhu membuatnya tak nyaman.Matari baru kembali dari kantin, duduk bersama berdekat-dekatan dengan Kian, Yana, Priscilla dan Anya. Mereka sedang heboh membahas cerita hantu yang sedang hits menyebar di kalangan sekolah mereka. Kisah ini dialami oleh para anak kelas 10 yang kemahnya kali ini diadakan di sekolah, karena permintaan para wali murid.Sebagian besar dari mereka merasa keberatan diadakan di bumi perkemahan yang biasanya. Mau tak mau, akhirnya kemah diadakan di sekolah dengan mendirikan tenda di tepi-tepi lapanga

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status