Share

Bab 28

Author: Saggyryes
last update Last Updated: 2025-12-03 10:37:04

"Siska?" Andini memastikan.

Dia membulatkan mata dan bangkit dari tempat duduknya.

'Siska baru aja datang kan?! Dia nggak denger semua yang gue omongin tadi kan?!' batin Andini, penuh harap.

"Iya! Ini gue!" tegas Siska.

"Di mana Ibu? Gue nggak salah denger kan lo bilang tadi Ibu gue?" tanya Siska. "Gue nggak mau dia bikin Ayah pusing dan sedih lagi, An!"

"Tenang Sis, jangan terbawa emosi!" Andini menenangkan.

"Saat ini, Ibu Zaskia lagi ke ruang tunggu sama Mbak Dila. Tadi, dia sempat bilang kalau... Dia mau mandi dan istirahat di kamar presdir sambil nunggu Om Satria datang." Andini menjelaskan. "Tapi, Mbak Dila mau tanya dulu ke Om boleh apa nggak!"

Siska mengerutkan kening. "Ngapain Ibu istirahat di kamar presdir? Di dekat sini kan banyak.. hotel!"

Andini mengedikkan bahunya. "Entahlah!"

"Ya udah, gue mau ketemu Ibu dulu! Dib ruang tunggu kan ya?!"

Andini mengangguk.

"Ingat Sis, jangan terlalu terbawa emosi! Mau bagaimana pun, dia Ibu kandung lo!" Andini mengingatkan.

"Untuk itu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sentuhan Panas Ayah Sahabatku   Bab 50

    "Satria?!" Mata Satria membola saat mendengar namanya dipanggil. "Lho, Andini?"Bagaimana tidak, saat ini ia hanya mengenakan handuk putih untuk menutupi bagian intinya. Jauh dari tertutup sempurna. Sedangkan handuk kecil di tangannya, ia bawa untuk mengeringkan rambutnya hitamnya yang basah. Wajah tampannya semakin terlihat indah dan segar saat ini. Terlebih, dada bidangnya yang membentuk enam kotak dibiarkan terbuka begitu saja. Seolah sengaja ia biarkan untuk diekspos oleh mata Andini. Di sana, terlihat jelas sisa air berkelok menetes di dadanya. Pemandangan langka yang perlu Andini syukuri pagi ini. "Astaga! Kamu udah datang?" tanya Satria lagi. "I-ia, Om! Eh.. sayang..!" Andini tergagap dan menutup mulut dengan kedua tangannya. Saliva ditenggorokannya naik turun. Matanya sama sekali tidak beralih sedikit pun dari Satria. Satria yang merasa seperti ditelanjangi oleh mata Andini mengerutkan kening. "Tunggu di sini! Saya mau berpakaian dulu!"Satria berjalan menuju lemari

  • Sentuhan Panas Ayah Sahabatku   Bab 49

    "Hotel?" Andini mengerutkan kening. "Iya, hotel..."'Astaga! Apa Andini tidak tau selain Perusahaan RA Company, Pak Satria juga pemilik beberapa perusahaan properti lainnya seperti hotel, mall, dan beberapa perusahaan lainnya?!' batin Dila. Ia melihat Andini seraya menyelidik. "Oh! Oke Mbak. Berarti berkasnya..." Andini mulai merasa panik. Entah kenapa mendengar Dila menyebut hotel membuatnya kaget dan berdesir... aneh.Ia menggeleng singkat. Sama sekali tidak terlihat oleh Dila. Setelah melakukannya beberapa kali dengan Satria, otaknya semakin sering travelling dan berfikir aneh jika ada kata-kata yang menyerempet ke arah... ranjang. "Ini kan, Mbak?" tanya Andini sambil membawa beberapa dokumen ke hadapan Dila. Dila mengangguk. Ia membuka laci meja sebelah kanan atas. "Betul, An. Sama bawa ini juga ya... Kemarin, aku lupa titip kamu." Ia nyengir. Lalu menyerahkan dokumen tersebut kepada Andini. Andini tersenyum. "Oke, Mbak!""Sama ini voucher taksi aku kasih 2 lembar ya, An. Sa

  • Sentuhan Panas Ayah Sahabatku   Bab 48

    "Halo, Sis?" tanya Andini. Ia sengaja menelpon Siska karena rasa penasaran yang terus memintanya untuk mencari tahu. Selain itu, ia juga ingin memastikan alasan status yang dibuat oleh Siska 20 menit lalu. "Iya, An.. Kenapa?" tanya Siska di seberang sana. "Maaf ya untuk hari ini.. Gue benar-benar nggak bisa ke sana tadi." ucap Andini penuh dengan penyesalan. "Lo tau kan kondisi Tante gue? Gue nggak mau dia kenapa-kenapa lagi, Sis.. Gue.. " "Iya, gue paham kok, An. Lo nggak perlu minta maaf sampai segitunya." jawab Siska. "Meski awalnya gue sempat kesal dan sedih sih... Tapi alasan lo kan emang benar, An.." Siska menjelaskan. "Lagian, gue juga nggak mau kalau semisal lo datang ke acara gue terus tiba-tiba terjadi suatu hal yang membuat lo sedih. Gue pasti bakal nyesel banget, An. " Ia sengaja memotong pembicaraan Andini. Ia tidak mau Andini terus merasa bersalah hanya karena tidak bisa datang ke rumah untuk merayakan ulang tahunnya. Ulang tahun yang biasa mereka rayak

  • Sentuhan Panas Ayah Sahabatku   Bab 47

    "Ibu?!" tanya Zaskia saat ia hampir saja sampai ke meja makan. Senyumnya mengembang lebar. Siska dan Satria saling bertatapan sekilas, lalu memandang ke arahnya. Tak lama kemudian, Siska mengangguk pelan. Dalam hatinya, ia berharap agar Zaskia tidak salah paham dengan ucapannya tadi. Zaskia berjalan mendekati Siska dan memeluknya dengan lembut. Dengan senang hati, Siska menerima pelukkan itu. "Kamu tenang aja sayang, Ibu udah di sini. Kamu jangan khawatir, Ayahmu pasti akan mengabulkan semua permintaan kamu." Zaskia melepas pelukkannya perlahan dan melihat ke arah Satria. "Bukan begitu, sayang?"Satria menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Ia sama sekali tidak tertarik untuk menjawab pertanyaan Zaskia. Siska yang paham akan situasi mulai tidak kondusif mencoba meluruskan kesalahpahaman dan mencairkan suasana. "Bu.. Maaf sepertinya Ibu... salah paham." Siska nyengir. Zaskia mengerutkan kening. "Apa maksud kamu salah paham, Sis? Tadi Ibu dengar sendiri kok, kalau k

  • Sentuhan Panas Ayah Sahabatku   Bab 46

    "U-udah... Tante." jawab Andini, pelan. Tapi masih bisa terdengar di telinga Serena. Serena tersenyum tipis. "Yah, sayang ya.. Padahal, Tante punya anak laki-laki ganteng banget loh, An!" "Oh gitu ya, Tante." jawab Andini. Ia sengaja berpura-pura tidak tau tentang Dion. Agar pembicaraan mereka tidak terlalu melebar. Serena menganguk. Matanya masih lurus menatap Andini. Seolah ia sedang menilai sambil mempromosikan anak semata wayangnya. "Iya. Dia itu anak yang mandiri, An. Bahkan untuk karirnya sendiri pun ia memilih jalan yang berbeda dari Papinya." tutur Serena bangga. "Wah keren ya, Tante." jawab Andini menanggapi. "Iya, keren kan. Oh ya, ayo di makan dan minum dulu, An!" ajak Serena. "Tante udah lapar nih." Ia tersenyum. "Iya, Tante."Bi Minah tadi menyajikan catering yang Andini bawa serta beberapa makanan lain dan minuman untuk mereka berdua. Untuk mempersingkat waktu dan tanpa malu-malu lagi, Andini mengambil nasi, daging bebek panggang, dan tumis caylan. Selesai makan

  • Sentuhan Panas Ayah Sahabatku   Bab 45

    "Su-sudah, Pak!" Andini mengangguk ragu. Ia melihat Zaskia yang mengekor di belakang Satria menatap nanar ke arahnya. "Ayo!" ucap Satria. Andini mengangguk dan berjalan menghampiri Satria. "Jadi kamu lebih milih dia dibanding aku, Sat?" bentak Zaskia. Ia menunjuk Andini lalu beralih menunjuk dirinya sendiri. Satria melihat ke arah Zaskia. "Seperti yang kamu lihat! Tidak perlu saya jelaskan lagi, kan?!" Satria kembali menoleh. Lalu ia berjalan beriringan dengan Andini, meninggalkan Zaskia sendiri di sana. "Sat!" panggil Zaskia lagi. Namun percuma. Andini dan Satria terus berjalan tanpa memperdulikan panggilannya. "Sayang... " panggil Andini. Ia melihat ke arah Satria. Akhirnya Andini bersuara juga setelah cukup lama mereka berada di dalam mobil. "Iya?" tanya Satria tanpa mengalihkan pandangannya. Ia fokus memperhatikan jalan. Andini mengerutkan kening. "Apa nggak masalah?" "Nggak masalah apa maksud kamu?" Satria menoleh ke arah Andini sebentar, lalu kem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status