Share

Serangan Balik Berandal Seksi
Serangan Balik Berandal Seksi
Penulis: Saga

Keperkasaan Morgan : Indahnya Balas Dendam Malam Itu

Eksotisme tubuh besar Morgan sangat kontras dengan sabun yang memenuhi bath up itu. Pria keturunan Portugis-Batak itu menyandarkan punggung lebarnya dengan santai sembari kedua lengan berototnya yang tertumpu di pinggir bath up.

Dia mendongak sambil tersenyum menikmati pijatan jakuzi yang menggelitik perawakan binaraganya. Sesekali tangannya yang sedang memegang botol vodka didekatkan di bibir. Menenggak dengan penuh penghayatan  seakan berada di surga dunia.

“Fuck off that lady! Don’t ever manage my life,” gumamnya saat teringat beberapa menit yang lalu, Angeline, wanita yang menjadi pacar ayahnya itu memarahi habis-habisan hanya gara-gara kebiasaaan balapan dan pulang malam. Padahal sebelum ini, papanya sendiri  sama sekali tidak peduli. Dia dibiarkan liar dan berandal.

“Harusnya kamu menjadi kebanggaan papa kamu. Lihat! Andres, anak Tante yang diangkat menjadi CEO di perusahaan papa kamu. Dia jauh lebih berguna daripada kamu yang tidak tahu diri dengan menghambur-hamburkan uang seenak hati!” cecar Angeline dengan suara meninggi saat Morgan akan menaiki ank tangga menuju kamar. Sengaja supaya Jacob, papa Morgan yang semula berkutat dengan laptop di ruang tengah mendekat, membela calon istrinya itu.

“Sudahlah Sayang, enggak baik marah-marah seperti itu. Nanti cantiknya hilang.” Jacob merangkul mesra pinggang Angeline sambil memberi kecupan ke pundak mulusnya. Morgan mau meludah melihatnya.

“Habisnya anak kamu susah diatur, Honey. Aku sebagai calon ibu tirinya hanya ingin mengarahkan ke arah yang lebih baik. Tapi lihatlah! Dia menatap aku seperti musuh.”

Jacob mengalihkan pandangan ke Morgan dengan tatapan intimidatif. Anak sulung yang seharusnya menjadi jagoan dalam meneruskan segala bisnisnya malah membangkang.

“Morgan! Hormati dia sebagai calon mama tiri kamu! Sudah baik dia menggantikan posisi papa yang super sibuk ini dalam mendidik kamu! Seharusnya kamu berterima kasih dengan dia bukannya melawan terus! Mau jadi apa kamu, hah!”

Morgan tersenyum miris, “Jadi, Papa mau mengalihkan tanggung jawab ke orang lain, begitu?”

“Orang lain kamu bilang? Dia itu calon mama terbaik buat kamu, bahkan lebih baik dari ibu kandungmu yang selingkuh dengan pengusaha tambang itu!” hardik Jacob yang menyangkut-pautkan dengan perselingkuhan mamanya, padahal Jacob sendiri yang memulai terlebih dahulu dengan Angeline.

“Papa bilang dia calon mama terbaik? Bagaimana bisa dikatakan terbaik kalau dia telah menghancurkan rumah tangga Papa dan Mama,” ungkap Morgan yang menjadi luahan perasaannya selama ini.

“Morgan jaga mulut kamu!” Jacob naik tangga hendak memukul Morgan.

“Memang kenyataannya seperti itu kan, Pa? Papa boleh anggap dia sebagai istri, tapi kalau papa memintaku untuk patuh dengannya. Maaf, aku tidak bisa, dia bukan contoh yang baik,” tandas Morgan dengan bijak sambil meneruskan menaiki tangga. Sebagai berandal, dia sangat bisa menyumpah serapahi Angeline. Menganggapnya sebagai wanita murahan penghancur rumah tangga orang. Namun, dia lebih memilih menahan. Dia masih sangat menjunjung attitude, apalagi kepada orang tua.

“Dasar pembangkang! Anak tidak berguna!”

Morgan kembali menegak minumannya. Matanya merah nyalang tergiang perkataan Jacob saat sudah berlalu ke kamarnya. Memang perseteruan ayah dan anak itu semakin memanas, setelah hadirnya Angeline. Bukan ibunya saja yang menjadi korban, melainkan yang lebih parah adalah hati Morgan yang tergores.

Morgan membasuh wajahnya  di bath up. Membiarkan air itu menghangatkan wajahnya yang memang sudah panas.

Amarahnya memunncak tatkala teringat kejadian di lintasan balap beberapa waktu lalu. Di saat itu, dia berhasil mengalahkan Andres, anak dari Angeline yang baru bergabung dengan gang balapnya, tapi sudah berhasil merebut perhatian seluruh anggota gang yang juga Morgan. Perlahan, berniat menyingkirkan Morgan sebagai pemimpin sekaligus pendiri dari gang itu. 

“C’mon! Buat apa kalian tetap berpihak kepada dia kalau aku yang menang? Aku lebih hebat dari dia!” Morgan kepada para sahabatnya itu lebih memilih berkumpul dengan Andres di garis finish.

Gilang tersenyum sinis, “Dengan cara sabotase? Apa hebatnya?” Nada Gilang mengejek. Membuat dahi Morgan berkerut.

“Andres kalah karena remnya blong. Sudah bisa ditebak siapa yang real loser di sini.” Adrian diiringi tawa yang lain.

Mendengar ucapan sahabatnya, Otot Morgan menegang. Amarahnya meninggi. Kecurangan tidak pernah ada dalam sepak terjangnya. Seharusnya mereka, orang yang sudah lama mengenalnya tahu itu.

“Kalau licik, licik saja. Tidak usah banyak penjelasan! Lagipula, sekeras apapun usahamu menjatuhkan Andres, Itu tidak akan mengubah apapun,” Kali ini Hendrik, sahabatnya sedari kecil yang berbicara, berbeda dengan Adrian dan Gilang yang mulai akrab dengannya di bangku menengah atas. Amarah yang meluap menjadi terbendung. Masih belum mempercayai omongan-omongan pedas para sahabatnya itu.

Andres dengan gaya angkuhnya berjalan mendekati Morgan. Pria bertubuh sedang itu terlihat memiringkan kepalanya sambil menunjuk-nujuk dada bidang Morgan.

“Kamu dengar sendiri kan? Para best buddy kamu sudah tidak menganggapmu lagi. Harusnya kamu malu tetap bertahan di gang ini, kecuali….” Andres memandang remeh Morgan dari atas sampai  bawah,”urat malumu sudah putus.”

“Seharusnya aku yang berkata begitu. Aku pendiri. Sedangkan kamu perebut. Sama seperti mama kamu yang tidak punya malu menghancurkan keluargaku.”

“Bedebah kamu! Bajingan! cuih!” geram Andres yang meludah tepat di wajah Morgan.

Bukkk!

Morgan membalas dengan sekali hantam tepat di bibir lemes Andres sampai terhuyung jauh. Cara berandal tanpa banyak basa-basi.

Mereka terhenyak. Hendrik langsung menangkap Andres. Sedangkan Gilang dan Adrian menghalau Morgan dengan mendorong-dorong tubuh besarnya.

“Jangan halangi aku menghajar si pengacau itu!”

“Kamu yang pengacau! Pergi kamu dari sini! Kamu sudah tidak dibutuhkan lagi di sini!” sahut Gilang.

Morgan menatap sahabatnya itu tidak percaya. Tidak hanya merebut tahta kepemimpinan, Andres juga berhasil menyingkirkannya sepenuhnya.

Andres mengelap darah disudut bibirnya. Dibantu Hendrik, dia berdiri. Sambil menatap remeh Morgan, dia menyeringai.

“Jangan buang waktu kalian dengan meladeni pengecut seperti dia. Lebih baik kita yang pergi ke Club. Merayakan gang baru kita!" 

“Setuju! Bravo Andres!” sahut mereka serempak sambil mengacungkan kepalan tangan ke langit. Mereka memasuki mobil masing-masing. Meninggalkan Morgan dengan segenap luka pengkhianatan.

Argggh!

Morgan mengacak-acak rambutnya kasar setibanya di basecamp. Ingin rasanya dia menghancurkan segalanya, tapi dia ingat dengan begitu banyak kenangan persahabatan di sini. Tempat di mana dia bisa menenangkan diri dari Mansion yang sudah seperti neraka. Kebersamaan yang hangat, kekompakan, canda tawa bersama para sahabat. Namun semuanya lenyap seketika gara-gara Andres!

Morgan melepas bajunya. Menegak Jack Daniel, minuman keras favoritenya yang ada di atas meja. Menetralkan hawa panas dari tubuh kekar berototnya yang serasa ingin menghantam apapun. Dia butuh melampiaskan kekesalannya kepada Andres!

“Morgan! Ah!”

Morgan tercenung. Tiba-tiba, mendengar suara desahan itu berasal dari kamar. Dia bangkit dan berjalan ke sana untuk memeriksa.

Sepasang mata besar itu melebar tatkala melihat Jenifer yang sedang melakukan pemuasan diri. 

"Enak, Morgan!”

Senyum nakal tersungging. Hormon kelaki-lakiannya mencuat melihat mangsa. Apalagi, ini bukan wanita biasa. Dia kekasih Andres!

Pria yang hanya menggunakan celana jeans itu melangkah dengan mantap. Lebih dekat dengan tubuh bugil Jennifer yang menggeliat sambil memejamkan mata. Membayangkan dijamah oleh sentuhan kasarnya. Morgan mengetahuinya dari setiap kata-kata liar yang terlontar mulut sensual itu. 

“Jangan berhenti Morgan! Lebih dalam!”

“Apanya yang lebih dalam Jennifer?”

Jennifer membuka matannya. Dia terperanjat saat melihat Morgan dengan perawakan bongsor berotot.

“M-Morgan?” Jennifer terbata karena malu. Dia merutuk dalam hati kenapa bisa sampai ketahuan. 

“Enak ya membayangkan aku? Kenapa tidak sama real-nya saja?” ujar Morgan sambil berjalan mendekat.

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Nabila Salsabilla Najwa
Bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
yayayayaya
goodnovel comment avatar
Yuna lie lie
gang mawar ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status