Kampung Lamuna

Kampung Lamuna

Oleh:  Sabrina Nurul fuaddah   Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
6
4 Peringkat
104Bab
9.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

5 mahasiswa yang diberikan tugas oleh dosen untuk meneliti tentang kampung Lamuna. Tak mudah untuk tetap tinggal di daerah itu. Kampung itu terkenal sangat angker. Bahkan tidak setiap orang yang datang akan dapat kembali dengan selamat. Konflik percintaan diantara mereka juga sangat dalam. Mendekati dan merelakan orang yang dicintai akan terasa sangat sulit. Tapi mereka harus bekerja sama supaya dapat keluar dari kampung Lamuna. Apakah mereka akan bersatu dan menghilang keinginan pribadi untuk dapat keluar dari kampung Lampung? Bagaimana kisah mereka berlomba? Dan apakah mereka dapat kembali dengan selamat?

Lihat lebih banyak
Kampung Lamuna Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Ayu Shinta
membosankan karna kataku , kata daffa.........
2021-10-13 23:47:15
1
user avatar
Liny Rantawan
mantaaaapp
2021-09-22 21:20:35
0
user avatar
sak Sak
bahasax kurang bagus, banyak yg salah dan membosankan karena menggunakan katanya, kataku, kata kata kata
2021-10-04 16:33:02
0
user avatar
Ahmad Nurul Yaqin
ah jadi males bacaya kanapa sih pakek ditambah kataku kata daffa jadi sebel sendiri
2021-09-24 00:39:56
0
104 Bab
Nama Aku Ayuna
Sampai di kampus, aku sudah ditunggu oleh Daffa, Rafael, Vita dan Ilham. Mereka adalah teman aku sejak saat SMA. Kami sudah bersahabat sangat dekat. Dan aku juga tidak menyangka akan satu universitas dengan mereka berempat. "Ayuna!" Teriak Daffa. "Daffa." kataku sambil menghampiri Daffa. "Kenapa kamu terlambat datang? Semua orang sudah berada di kelas." Kata Daffa. "Tadi aku terlambat bangun dan mengalami macet saat di perjalanan." Kataku. "Begitu, aku sudah menduga itu." Kata Daffa. "Ayo kita masuk ke kelas." Kataku. Aku dan Daffa masuk ke kelas. Semua mahasiswi melihat ke arahku. Mereka pasti tidak suka aku berada didekat Daffa. Ada dua mahasiswa yang membicarakan sebuah kampung. "Kamu tahu tidak ada sebuah kampung yang menakutkan dan berisi banyak keanehan yang terjadi. Di sana ada air putih menjadi merah seperti darah dan makanan juga berubah menjadi ulat bulu dan kaki seribu.
Baca selengkapnya
Konflik Pertemanan
Aku dan Ilham kembali ke kelas dan dosen Ani juga datang ke kelas kami. "Semangat belajar, Ilham." Kataku. "Kamu juga, Ayuna. Semangat belajar dan terima kasih sudah mendukung saya." Kata Ilham. "Kenapa kamu memberi dia semangat, Ayuna? Apa kamu tidak akan memberi aku semangat juga Ayuna?" tanya Daffa. "Benar, aku juga ingin kamu memberi semangat kepada aku." Kata Rafael. "Aku akan mengucapkan selamat kepada kalian juga. Tapi kalian langsung bertanya kepada aku." Kataku. "Benarkah?" tanya Daffa. "Semangat belajar Daffa dan Rafael. Kalian pasti akan mendapat nilai yang bagus." Kataku. "Terima kasih, Ayuna!" Kata Daffa. "Terima kasih, Ayuna!" Kata Rafael. "Selamat siang semuanya!" Kata dosen. "Selamat siang,  dosen Ani!" Kata semua mahasiswa. "Hati ini kita akan membahas masalah ekonomi. Apa ada yang ingin memberi pendapat ten
Baca selengkapnya
Pergi Ke Kampus Bersama
"Perkampungan apa?" tanya Rafael. "Aku juga belum tahu apa namanya tapi kampung itu belum pernah kita datangi karena dosen Budi bilang itu banyak misteri yang harus dipecahkan." Jawabku. Aku dan mereka pergi dari kafe itu. Kami pulang bersama. Saat pagi hari temanku semua sudah berada di depan rumah aku. Mereka sudah menunggu dan ingin pergi bersama dengan aku. "Kalian semua ada di sini?" tanyaku. "Benar, kami ingin menunggu kamu dan ingin pergi ke kampus bersama.  Apa kau sudah siap?" tanya Rafael. "Sudah, ayo kita pergi nanti kita terlambat kalau lama." Kataku."Ayo kita pergi sekarang!" Kata Daffa. "Bagaimanamana kemarin kamu senang tidak makan dengan kami semua?" tanya Rafael. "Senang sekali, terima kasih sudah menegakkan aku pergi ke sana." Kataku. "Tidak masalah, justru kami sangat senang kamu bisa bergabung karena sekarang kamu selalu sibuk di rumah dan tidak bi
Baca selengkapnya
Vita menyukai Daffa
"Kita masuk ke kelas sekarang juga." kataku. "Baik, nanti dosen Budi bertanya lagi kepada kita." kata Rafael. "Benar, sekali." acara Daffa. "Vita, kita masuk ke kelas." Kata Ilham. "Baik, aku ingin duduk." Kata Vita sambil terdengar lelah. "Kenapa kamu seperti sehat lelah? Dari tadi aku, Rafael, dan Ilham yang membersihkan ruangan itu." Kata Daffa. "Aku lelah karena aku tidak memakai baju yang terbaik." kata Vita sambil cemberut. "Baju saja jadi masalah?" tanya Rafael. "Tentu saja, aku itu sangat mengikuti tren masa kini. Jadi, tidak boleh ada yang menyaingi aku." Kata Vita. "Berasa paling sempurna sekali padahal tidak terlalu bagus yang kamu pakai." Kata Rafael. "Tentu saja bagus, kamu tidak tahu saja apa yang bagus saat ini." Kata Vita. "Benarkah?" tanya Rafael. "Tentu saja." Jawab Vita. "Sudah, ayo kita masuk ke k
Baca selengkapnya
Pendapat Rafael Sangat Bagus
Mahasiswa informasi yang sudah menumpahkan minuman kepada baju Vita. Vita langsung memarahiku dia. Dan dia meminta maaf kepada Vita.  "Sudah Vita aku memiliki baju ganti, kamu bisa memakai baju milik aku." kataku.  "Bagus kalau begitu." Kata Vita.  Aku mengambil baju ke tempat loker dan membawa kembali ke toilet. Vita ingin memakai baju aku. Dia berpikir dari pada memaksa baju basah lebih baik memakai pakaian aku.  "Bagus juga pakaian kamu, Ayuna. Meski tidak semarak pakaian aku. Tapi terima kasih." kata Vita. "Tentu saja, aku seneng kamu ingin  memakai baju aku." Kataku.  "Dari pada pakai baju yang basah lebih baik pakai  baju kamu, Ayuna." Kata Vita.  "Ayo kita kembali ke kantin." Kataku.  "Baik." kata Vita.  Aku dan Vita kembali ke kantin dan aku mendengar Daffa dan Rafael sesang ribut lagi. Mereka bersaing tentang pelajaran dosen Ani. Mereka berpikir pendapat
Baca selengkapnya
Pergi ke Mall
Kami pergi ke mall dan bersenang bersama. Memainkan banyak permainan sampai puas.  "Bagaimana dengan permainan ini? Apa kamu ingin bermain ini?" tanya Daffa.  "Aku ingin mencobanya." kata Vita. "Aku tidak bertanya kepada kamu, aku bertanya kepada Ayuna. Kamu ingin, bukan?" tanya Daffa.  "Aku.." kataku.  "Udah kamu main permainan itu saja dengan aku?" tanya Rafael.  Aku bingung ingin bermain apa karena adanya dan Rafael menawarkan permainan yang berbeda. Tapi aku tidak ingin membuat Vita marah kepada aku. Lebih baik aku bermain dengan Rafael.  "Aku bermain permainan ini dengan kamu, Rafael." Kataku.  "Kamu bermain dengan aku? Aku seneng sekali, ayo kita main." Kata Rafael.  "Benar, ayo." Kataku. "Kenapa kamu tidak ingin bermain dengan aku? Ini permainan kesukaan kamu." Kata Daffa.  "Aku sedang ingin bermain itu. Maaf nanti saja setelah aku selesai berma
Baca selengkapnya
Ujian
"Ayo kita pergi sekarang kalau begitu." kataku.  Kami makan roti kurus spesial itu.  "Benar kata kalau berdua, ini sangat enak. Aku suka sekali." kataku.  "Apa aku bilang ini sangat enak, karena jarang yang memasak ini dengan saus yang berbeda." kata Rafael. "Benar, saus ini berbeda pasti ini rahasia dari enak makanan ini." kataku.  "Benar sekali, kalau kamu suka kamu dapat memesan lagi. Apa kamu ingin memesan lagi, Vita?" tanya Ilham.  "Tidak perlu, nanti aku bisa gendut jika makan dengan porsi yang banyak." kata Vita.  "Tidak akan secepat itu, masa makan roti dua saja langsung gendut. Itu tidak masuk akal." kataku.  "Tentu saja benar, itu karbohidrat jadi kita tidak boleh makan terlalu banyak." kata Vita.  "Kamu benar, Vita. Kalau begitu biar kau saja yang memakan roti ini. Apa boleh?" tanyaku.  "Tentu saja, kamu suka sekali Ayuna." Kata Rafael. 
Baca selengkapnya
Ujian Telah Selesai
Ujian selesai dilaksanakan dan kami pergi ke kantin untuk makan siang bersama. "Hari ini kita ingin makan apa?" tanya Daffa. "Benar, Kita harus makan yang enak." Kata Rafael. "Kenapa kalian terlihat sangat aneh?" tanya Vita. "Tidak, apa yang aneh?" tanya Daffa. "Benar Daffa, apa yang aneh dari kita?" tanya Rafael. "Itu dia buktinya kalian menjadi kompak biasanya kalian selalu berbeda pendapat." kata Vita. "Mungkin saja dia yang mengikuti aku." Kata Rafael. "Apa? Kamu yang mengikuti aku." Kata Daffa. "Sudah baru saja dibilang kompak ribut lagi." kataku. "Bagaimana kalau kita makan bakso saja" tanya Ilham. "Boleh, ide kamu bagus Ilham." akan Rafael. "Benar, supaya kita menjadi segar." akan Daffa. "Kalian setuju dengan ide dia?" tanya Vita."Memangnya kenapa? Ada yang salah dengan itu?" tanyaku. "Tid
Baca selengkapnya
Mengutarakan Perasaan
Saat sampai di kampus,  Aku bertemu dengan Daffa dan Rafael. Daffa bilang bahwa makan malam dengan Vita akan dibatalkan. "Lalu, Kenapa?" tanyaku. "Tidak ada, aku hanya ingin kau tahu." Kata Daffa. "Benar juga, untuk apa kamu memberitahukan hal tidak penting itu. Ayuna tidak tertarik dengan kisah kalian berdua." Kata Rafael."Kisah kami? Kami tidak memiliki hubungan apa pun hanya sebatas teman saja." Kata Daffa. "Benarkah? Tapi Vita itu mencintai kamu, Daffa. Kamu seharusnya bersikap baik terhadap dia." Kata Rafael. "Lalu, aku mencoba menjalani hubungan dengan orang yang tidak aku cintai. Itu tidak masuk akal dan ah aya akan menyakiti dia saja." Kata Daffa."Sudah itu adalah urusan Kalian berdua. Ayo kita masuk ke kelas sebentar lagi akan dimulai." Kataku."Benar juga." Kata Daffa. Aku dan mereka berdua masuk ke kelas dan Vita belum sampai di kelas kami."Kenapa Vita tidak a
Baca selengkapnya
Makan Malam
Malam ini Daffa dan Vita sedang maka malam berdua. Kalau Ilham tahu, dia pasti akan sedih. Daffa memesan restoran yang bagus untuk Vita. "Selamat malam, Vita!" kata Daffa.  "Selamat malam, Daffa!" Kata Vita "Malam ini kamu sangat berbeda." Kata Daffa.  "Maksud kamu? Apa kamu ingin bilang kalau aku cantik malam ini?" tanya Vita.  "Benar sekali." Kata Daffa. "Kamu bicara seperti itu pasti untuk menghibur aku, bukan?" tanya Vita.  "Kamu memang mengerti apa yang akan aku lakukan. Apa dahulu aku belum berbicara apa pun." Kata Daffa.  "Tentu saja, aku tahu. Tapi aku ingin mengucapkan terima kasih karena kamu telah bersedia makan malam dengan aku. Padahal kamu pasti tidak ingin melakukan ini. Maafkan aku sudah memaksa kamu." Kata Vita.  "Sudah jangan meminta maaf karena kamu tidak salah." Kata Daffa.  "Tetap saja aku merasa tidak enak terhadap kau, Daffa." kata Vita. 
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status