Home / Romansa / Serenade Cinta Dibawah Bintang / Bab 69 Hari Yang Di Rancang Diam-Diam

Share

Bab 69 Hari Yang Di Rancang Diam-Diam

Author: San_prano
last update Last Updated: 2025-07-21 20:14:05

Langit sore mulai berwarna jingga ketika Luna duduk sendirian di balkon kamarnya. Angin menerpa pelan helaian rambutnya yang tergerai, sementara matanya terpaku pada layar ponsel yang sunyi dari notifikasi. Biasanya, jam-jam seperti ini adalah waktu yang paling dia nantikan—menunggu pesan atau telepon dari Adrian. Tapi sejak konser kampus beberapa hari lalu, segalanya terasa... berbeda.

Adrian berubah.

Bukan perubahan besar yang mencolok, tapi cukup membuat Luna gelisah. Balasan chat-nya jadi singkat. Beberapa kali menolak ajakan bertemu dengan alasan sibuk. Senyum yang biasanya hangat kini terasa seperti formalitas. Dan entah kenapa, Luna merasa seperti seseorang yang sedang ditinggalkan perlahan, tanpa peringatan.

“Adrian kenapa, sih?” bisik Luna pada dirinya sendiri.

Ia mengetik pesan di ponsel: *“Kamu sibuk banget akhir-akhir ini, ya?”* Lalu menghapusnya sebelum sempat dikirim.

Daripada semakin tenggelam dalam prasangka, Luna memutuskan untuk pergi ke café langganannya bersama May
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Serenade Cinta Dibawah Bintang   Bab 80 Titik Balik

    Hujan belum juga reda. Derasnya seakan menyamarkan segala suara, kecuali satu—suara di dalam dada Adrian yang makin gaduh. Tangannya memegang erat jaket yang dulu pernah ia berikan pada Luna. Kini hanya tersisa aroma samar yang perlahan memudar.Adrian termenung di kamar yang kini terasa asing. Sejak Luna pergi, suasana rumah itu seperti kehilangan nadanya. Tidak ada lagi tawa kecil Luna saat memeluk kucing liar yang mereka rawat. Tidak ada lagi bau masakan yang ia coba pelajari hanya untuk membuat Adrian senyum. Yang ada hanya diam, dan rasa kehilangan yang kian mencubit.Ia melangkah ke meja belajar Luna, yang tak sempat dirapikan sejak malam itu. Di sana, tergeletak selembar kertas, coretan tangan Luna yang penuh dengan emosi. Adrian mengambilnya hati-hati, membacanya pelan."Aku tidak pergi karena membencimu. Aku pergi karena aku butuh menemukan diriku sendiri, tanpa harus terus mengukur langkah dari jejakmu."Kalimat itu membuat napas Adrian tercekat. Ia sadar,

  • Serenade Cinta Dibawah Bintang   Bab 79 Yang Tertinggal Setelah Pergi

    Langit sore mulai merona oranye, seolah menyambut perpisahan yang belum sempat diucapkan. Adrian berdiri di tepi balkon apartemennya, memandangi jalanan yang dipenuhi mobil dan manusia yang bergerak tanpa henti—berbeda dengan hatinya yang justru terdiam.Kepergian Luna meninggalkan ruang kosong yang tak bisa diisi siapa pun. Aroma lavender dari parfum yang biasa dipakainya masih samar di bantal. Di sudut ruangan, mug teh hijau kesukaannya masih diletakkan dengan rapi. Semua terasa seperti museum dari cinta yang baru saja dikubur hidup-hidup.Adrian menyandarkan kepala ke dinding, mencoba mengulang semua percakapan terakhir mereka. Kalimat Luna terus terngiang."Aku pergi bukan karena aku takut, Adrian. Aku pergi karena aku lelah terus bertahan tanpa didengar."Itu bukan sekadar perpisahan. Itu adalah penegasan. Sebuah keputusan yang lahir dari luka yang tak pernah sembuh, dari harapan yang terus terabaikan. Dan kini, yang tersisa hanyalah dirinya sendiri—dan seribu penyesalan.Di temp

  • Serenade Cinta Dibawah Bintang   Bab 78 Pergi, Bukan Melarikan Diri

    Langit Jogja pagi itu tampak cerah, menyambut Luna dengan kehangatan yang berbeda dari ibukota. Angin berembus pelan membawa aroma tanah dan dedaunan yang baru tersentuh matahari. Sesuatu yang sudah lama tak ia rasakan—ketenangan.Luna menarik napas panjang di dalam mobil sewaan yang membawanya dari stasiun ke penginapan. Tas ransel kecil di pangkuannya terasa lebih berat dari seharusnya, seolah bukan hanya berisi pakaian dan buku sketsa, tapi juga beban hati yang belum selesai disusun.Begitu tiba di penginapan bergaya rumah joglo itu, Luna disambut oleh senyum ramah pemilik tempat, Mbak Intan, yang sudah dikenalkan oleh Maya. “Mbak Luna, kamarnya sudah siap ya. Di pojok, dekat taman. Kalau butuh apa-apa tinggal panggil.”Luna mengangguk sambil membalas senyum itu. “Terima kasih, Mbak.”Kamar kayu dengan jendela besar menghadap taman memberikan suasana nostalgia. Luna duduk di ranjang, membuka tirai, dan membiarkan cahaya matahari menari di wajahnya. Ia membuka buku

  • Serenade Cinta Dibawah Bintang   Bab 77 Diantara Dua Dunia

    Langit senja di akhir pekan itu tampak seakan meniru suasana hati Luna—lembut namun dipenuhi bayang keraguan. Di ruang tamu apartemen mereka yang kini mulai dipenuhi katalog pernikahan dan undangan pratinjau gaun, suasana justru dingin. Duduk di sisi berlawanan sofa, Luna dan Adrian sama-sama memegang ponsel mereka, namun tidak benar-benar terhubung.“Jadi... Mama kamu beneran minta pernikahan dimajuin ke Desember?” tanya Luna pelan, mencoba terdengar netral meski jantungnya berdebar kencang.Adrian mengangguk tanpa menoleh. “Iya. Katanya mumpung semua keluarga besar bisa kumpul. Kalau nunggu tahun depan, kemungkinan besar banyak yang nggak bisa hadir.”Luna menggigit bibir. “Tapi kita udah rencanain awal tahun depan. Supaya persiapan juga lebih matang, dan... kerjaan kamu juga nggak terlalu padat.”Adrian mendesah, kali ini menurunkan ponselnya. “Lu, aku ngerti. Tapi kamu juga tahu, aku lagi ngejar momentum proyek ini. Labelnya udah setuju ngebuat single duet sama penyanyi Korea itu.

  • Serenade Cinta Dibawah Bintang   Bab 76 Pelabuhan Harapan

    Pagi itu, semilir angin membawa aroma laut yang asin dan menyegarkan, mengiringi langkah Luna dan Adrian menuju dermaga kecil di pinggiran kota. Langit bersih, biru tanpa cela, seolah ikut merestui perjalanan mereka kali ini—sebuah perjalanan yang bukan hanya tentang tempat, tapi tentang keberanian melangkah ke masa depan.Luna menggenggam erat tangan Adrian, jemarinya hangat dalam genggaman pria itu. Hatinya berdebar, bukan karena gugup, tapi karena kebahagiaan yang begitu tenang. Setelah semua badai yang mereka lewati—salah paham, perpisahan, rasa ragu—kini mereka berdiri di tempat yang sama, dengan arah pandang dan tujuan yang serupa.“Kenapa pilih tempat ini?” tanya Luna pelan, menatap ke laut yang luas.“Karena di sini, pertama kali aku sadar… kalau aku nggak mau ke mana-mana selain sama kamu,” jawab Adrian tanpa ragu. “Tempat ini jadi pelabuhan, bukan cuma untuk kapal, tapi juga untuk harapan kita.”Luna tertawa pelan. “Puitis banget, Mas.”Adrian mengangka

  • Serenade Cinta Dibawah Bintang   Bab 75 Satu Tekad Dalam Langkah Baru

    Udara pagi itu membawa semilir aroma laut dari kejauhan, bercampur dengan bau tanah basah setelah hujan semalam. Cahaya matahari menyelinap perlahan di antara dedaunan yang bergoyang lembut diterpa angin. Di sebuah rumah kecil milik keluarga Adrian yang kini menjadi tempat tinggal sementara mereka berdua, Luna berdiri di depan jendela, menatap langit yang mulai cerah.“Bentar lagi acara lamaran kita bakal jadi perbincangan banyak orang ya,” gumam Luna pelan, setengah tertawa.Adrian yang baru saja keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya ikut tersenyum mendengarnya. “Kita bukan selebritas, tapi kisah kita udah kayak drama Korea ya?”Luna menoleh dengan senyum tipis. “Bedanya, kita beneran hidup di dalamnya.”Mereka tertawa kecil. Tawa yang lepas, hangat, seperti menandai babak baru dalam hidup yang kini mereka masuki bersama-sama. Namun, di balik tawa itu, masing-masing menyadari bahwa langkah yang mereka ambil bukan sekadar tentang romansa. Ini tentang menyatukan dua per

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status