Luna dalam Lara

Luna dalam Lara

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-09-28
Oleh:  EmilBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
13Bab
20Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Lidya, seorang gadis yang tumbuh besar di sebuah desa terpencil, mengalami pengalaman pahit yang mengubah hidupnya. Dengan hati yang hancur dan rasa sakit yang mendalam, ia memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya dan nekat merantau ke kota metropolitan. Di sana, ia tidak hanya mencari kehidupan baru, tetapi juga berencana untuk membalaskan dendamnya. Ia mengubah dirinya menjadi wanita berkelas dan menjadi seorang pelacur yang mempermainkan para pria terpandang. Namun, di tengah misinya, ia bertemu dengan seorang pria misterius yang justru membuatnya harus kembali menghadapi masa lalu yang selama ini ia coba lupakan.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Kehilangan di Desa Terpencil

Malam itu, bulan menggantung sempurna di atas desa, menjadi saksi bisu setiap bisik dan janji. Lidya mencengkeram erat tangan Rizal. Gaun sederhana yang ia kenakan basah oleh embun. Matanya berkaca-kaca menatap Rizal yang tersenyum teduh.

"Kau tahu, betapa aku mencintaimu, kan, Lidya?" bisik Rizal, suaranya terdengar meyakinkan.

Hati Lidya berdebar. Ia hanya mengangguk, terlalu bahagia untuk bicara.

"Aku akan buatkan rumah di pinggir sungai itu," lanjut Rizal, menunjuk ke arah sungai yang mengalir tenang. "Akan ada kebun bunga yang luas. Kau bisa tanam melati sebanyak yang kau mau. Kita akan hidup bahagia selamanya di sini."

Setiap kata Rizal terdengar seperti melodi terindah di telinga Lidya. Janji-janji itu terasa begitu nyata, seindah mimpi yang diwarnai oleh kebahagiaan.

"Kalau begitu, kau harus percaya padaku," bisik Rizal lagi, semakin mendekat. "Ini adalah bukti cinta kita. Aku akan menikahimu."

Di bawah bujukan Rizal dan janji-janji pernikahannya, Lidya yang diliputi cinta dan percaya, mengangguk. Ia tidak tahu bahwa saat itu, ia sedang menjatuhkan dirinya ke dalam lubang yang paling gelap. Ia menyerahkan seluruh dirinya, kehormatan yang ia jaga selama ini, hanya untuk janji-janji yang ternyata adalah kebohongan.

Paginya, Lidya menunggu di depan rumahnya, menatap ke arah jalan setapak yang biasa dilalui Rizal. Menit-menit berubah menjadi jam. Jam-jam menjadi sore. Namun, bayangan Rizal tak kunjung terlihat.

"Lidya, kau kenapa, Nak? Dari tadi Ayah lihat kau melamun terus," tanya sang ayah dari teras, suaranya dipenuhi kekhawatiran.

Lidya tersentak, lalu memaksakan seulas senyum. "Tidak, Ayah. Aku hanya sedang ingin menyiram bunga-bunga ini."

Ia mengambil gayung dan mulai menyiram bunga melati, tetapi pikirannya tetap kosong.

"Ayah dengar Rizal sudah pergi ke kota, ya?" tanya sang ayah, matanya menatap Lidya lekat-lekat.

Lidya membeku. Gayung di tangannya bergetar. "Aku... aku tidak tahu, Ayah."

"Kamu tidak apa-apa, kan, Nak?" tanya sang ayah.

"Aku baik-baik saja, Ayah," jawab Lidya, meskipun suaranya bergetar.

Malam itu, Lidya tidak tidur. Ia duduk di jendela, memeluk lututnya, menatap bulan yang bersinar. Bulan yang dulu ia lihat bersama Rizal, kini terasa begitu dingin dan jauh. Janji-janji manis yang dulu terasa nyata, kini berubah menjadi bayangan yang menghantuinya. Yang ia rasakan bukanlah dendam pada Rizal, tetapi dendam pada dirinya yang dulu.

Kepolosan itu telah direnggut paksa, dan di tempatnya, kini tumbuhlah benih-benih kemarahan pada diri sendiri. Ia tahu, jika ia tidak melakukan sesuatu, ia akan terus terjebak dalam rasa sakit ini. Ia harus menemukan jalan keluar. Jalan keluar dari rasa sakitnya, dari masa lalunya, dan dari desa yang telah menjadi saksi bisu kehancuran batinnya.

"Lidya, kau tidak tidur, Nak?" suara ibunya terdengar dari balik pintu.

Lidya tidak menjawab. Ia hanya menatap surat yang ia pegang. Surat itu berisikan tulisan tangan Rizal. "Aku akan kembali, Lidya. Tunggu aku." Lidya meremas surat itu kuat-kuat, membuat kertasnya berkerut.

Ia melihat bayangan dirinya di cermin, seorang gadis dengan mata kosong yang tidak lagi ia kenali. Ia membalas tatapan itu, seolah-olah berjanji. "Selamat tinggal, Lidya yang lama."

Ia berbalik, mengambil tas kain yang sudah ia siapkan, dan melangkah keluar. Dengan langkah perlahan, ia melewati pintu kamar ayahnya dan ibunya yang tertutup, memastikan tidak ada suara yang bisa membangunkan mereka. Hatinya terasa sakit, namun tekadnya lebih kuat. Ia membuka pintu rumah perlahan, melirik ke arah kebun melatinya. Bunga-bunga itu tampak layu di bawah sinar rembulan, seolah-olah ikut merasakan kesedihan yang sama. Itu adalah pemandangan terakhir yang ia lihat sebelum berbalik dan melangkah pergi, menuju jalan setapak yang gelap, meninggalkan semua yang ia kenal di belakangnya.

Namun, saat kakinya menginjak jalan desa, sebuah suara memanggil namanya. Bukan suara orang tuanya, melainkan suara yang asing, datang dari bayangan gelap di bawah pohon beringin tua. Suara itu begitu akrab, dan begitu menakutkan, membuat Lidya membeku di tempatnya.

"Tidak kusangka kita akan bertemu lagi, Lidya."

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
13 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status